CHAPTER 9

741 71 23
                                    

Begitu sampai di ruang makan, tatapan Samuel langsung jatuh pada Selene yang sudah ada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu sampai di ruang makan, tatapan Samuel langsung jatuh pada Selene yang sudah ada di sana. Wanita itu duduk diam di depan Valen. Dia tak menyadari keberadaannyaㅡatau mungkin wanita itu sudah sadar tapi mengabaikannya. Sepertinya jawaban yang kedua.

"Lama banget sih, Sam?" Samuel langsung mendapatkan pertanyaan ketika duduk di samping Selene. "Mama sama Selene nunggu kamu dari tadi. Kenapa nggak turun-turun sih? Selene pasti sudah lapar banget ya, Sayang?"

Samuel menoleh ke Selene, mendapati profil samping wanita itu. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya. Wajahnya masih tak ada ekspresi, tapi di satu sisi juga terlihat sungkan. Dia melirik Samuel sekilas, dan Samuel langsung memalingkan wajah ke depan.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Valen, memecah keheningan lagi. Sebenarnya ini agak canggung. Samuel dan Selene tidak pernah sarapan bersama sebelumnya. Selain karena mereka baru menikah sehari, mereka juga tidak akan melakukan hal tersebut. Semua ini terjadi hanya karena Valen ada di sana.

Selene hanya mengangguk. Dia menatap semua sajian makanan di depannya dengan mata yang tidak bisa berkedip. Dia tidak terbiasa makan sebanyak dan tentunya semewah ini. Menu-menu di sana juga terlihat sangat asing di kedua matanya. Dia menoleh ke Samuel yang sekarang tengah melahap satu kentang wedges berbumbu BBQ ke dalam mulutnya.

Beberapa saat kemudian, Samuel ikut menoleh, dan keduanya berakhir bertatapan lagi.

"Kamu kerja apa, Selene?"

Tubuh Selene tersentak. Dia langsung menoleh ke Valen yang menatapnya penasaran. "Ma," yang menjawab malah Samuel. "Biarin Selene makan dulu. Jangan tanya-tanya dulu. Mama bisa tanya ke aku kalau Mana mau."

Tangan Selene yang menggenggam garpu menusuk sosis bakar di piringnya, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Perlahan, dia mengunyahnya pelan, dan tak butuh waktu lama makanan itu langsung masuk ke dalam perut.

Rasanya seperti sedang mimpi. Wanita itu bahkan tidak pernah mengizinkan dirinya untuk bermimpi bisa menikmati makanan yang lebih layak dari sebungkus mie instan dan selembar roti yang sudah kering. Entah mengapa, tapi dadanya tiba-tiba menjadi penuh. Kedua mata wanita itu mulai memanas ketika tubuhnya merinding hebat saat suapan-suapan berikutnya masuk ke dalam mulut. Suatu keajaiban Selene bisa makan makanan yang layak seperti ini.

"Katanya burung dara itu baik kalau dimakan sama ibu hamil." Tatapannya sekarang jatuh pada piringnya yang sekarang terdapat seekor burung dara yang sudah digoreng. Dia sedikit mendongak, mendapati Valen yang tengah menatapnya dengan senyuman. "Makan," ucapnya dengan gerakan dagu. "Kalau kamu makan burung dara nanti, waktu kamu melahirkan anak kamu, pasti ganteng atau cantik. Oh ya, kamu udah hamil berapa bulan?"

"Tujuh belas minggu," balas Selene pelan.

"Berarti udah bisa tau jenis kelaminnya dong. Laki-laki atau perempuan, Selene?" tanya Valen langsung berubah antusias. Samuel yang ada di samping Selene juga langsung menghadap kepada wanita itu.

Miracle in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang