CHAPTER 12

761 71 32
                                    

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Selene pada Samuel saat keduanya sudah berada di mobil yang akan mengantarkan mereka ke hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Selene pada Samuel saat keduanya sudah berada di mobil yang akan mengantarkan mereka ke hotel. Setelah menjalani penerbangan selama hampir dua jam itu, akhirnya mereka sampai juga di Bali. Langitpun sudah tidak segelap tadi, dan kini matahari juga mulai terlihat di sana.

"Nessa."

"Umur berapa?"

Samuel terlihat berpikir. "Mungkin dua tahun?" Dia terdengar tidak yakin. "Tunggu-tunggu. Tiga tahun? Empat tahun? Entahlah. Aku juga nggak tau."

"...." Selene menatap pria di sampingnya datar. "Kamu nggak tau umur keponakan kamu sendiri?"

"Nggak," ucap Samuel santai.

"Hadiah?" tanya Selene dengan raut yang masih datar. "Kamu datang tanpa mempersiapkan apa-apa?"

"Aku datang ke sana itu sudah hadiah."

"...." Selene menatap suaminya malas.

"...." Dan Samuel hanya balas menatap Selene dengan alis terangkat, sama sekali merasa kalau tidak ada yang salah dengan ucapannya itu.

"Aku mau lihat wajah-wajah keluarga kamu." Raut jail langsung Samuel pasang langsung di wajahnya ketika mendengar permintaan Selene. "Jangan salah paham. Aku cuma nggak mau mereka nggak yakin dengan kita karena aku yang nggak tau apa-apa, Samuel. Bukannya sangat aneh kalau aku nggak tau ini siapa dan itu siapa? Pasangan yang saling mencintai tentunya paham keluarga masing-masing kan?"

Samuel mengangguk, mengerti walaupun raut jail itu masih setia di sana. Dia lantas mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi yang berfungsi sebagai tempat pencarian. "Kamu nggak punya foto keluarga kamu?"

Pria itu menggeleng. "Buat apa? Cari di google juga udah banyak," balasnya santai. Lantas dia langsung mendekatkan diri pada Selene dan menyodorkan ponselnya. "Siapa yang paling tampan?" tanyanya dengan cengiran dan raut jail di wajah. "Aku lah. Nggak usah dijawab."

Selene melirik Samuel sekilas, dan langsung mengabaikannya. "Ini Nessa?" tanyanya sembari menunjuk seorang bocah kecil yang sedang tersenyum manis ke kamera. Dia terlihat lugu dan manis sekali. Rambutnya dikuncir dua, gigi kelincinya terpatri lucu, dan adanya lesung di sisi kanan kirinya yang semakin membuat bocah itu menggemaskan.

"Dia mirip sekali sama Mamanya," gumam Selene pelan ketika menatap seorang wanita cantik yang tengah memangku Nessa. "Kalau aku nggak salah ingat, namanya Alanza ya?" tanya Selene sembari mendongak, menatap wajah Samuel.

Samuel memgangguk, dan Selene segera mengembalikan tatapannya ke ponsel pria itu.

Tatapannya sekarang jatuh ke seorang pria yang tidak tersenyum sama sekali ke kamera. "Kakak kamu?"

"Kakak tiri," koreksi Samuel. "Kita sama ayah, beda ibu. Hanya beda setahun."

Selene mengangguk lagi, paham. Daniel dan Samuel sama seperti dia dan Giselle. Mereka saudara tapi berbeda searatus delapan puluh derajad. Dari foto saja, Selene tahu kalau Daniel sangatlah mendominasi, kaku dan otoriter. "Ini Noel, anak pertama Daniel."

Miracle in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang