CHAPTER 22

729 69 29
                                    

Silakan mendengarkan lagu di atas sembari membaca chapter ini. Terima kasih. 🤍

Selene terduduk di ranjangnya dengan wajah termenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selene terduduk di ranjangnya dengan wajah termenung. Baru saja dia merasa kalau semuanya mulai membaik. Baru saja dia bisa tertawa lepas seolah-olah tidak ada beban yang harus dia pikul.

Baru saja Selene merasa lega dengan semua yang terjadi kepadanya; hubungannya dengan Samuel yang semakin membaik; pria itu yang semakin perhatian kepadanya dan janin yang dia kandung; serta masa lalu yang perlahan-lahan mulai dia lupakan. Semuanya tampak seperti baik-baik saja.

Tapi, seakan-akan dunia ini memang tidak pernah mendukungnya untuk merasa tenang. Tiba-tiba saja Thomas datang lagi. Selene lupa kalau renternir Thomas tidak akan pernah berhenti mengejarnya. Apalagi dengan wajahnya yang terekspos di mana-mana sekarang. Sebagai istri Samuel. Tapi tidak seperti yang dia pikirkan, bukan renternir Thomas yang datang, melainkan dalangnya sendiri.

Kedua matanya menerawang jauh. Pikirannya tanpa dicegah menjadi kacau lagi, sibuk berkelana memikirkan cara yang harus dia lakukan untuk mendapatkan seratus juta itu.

Selene tidak mungkin memberitahu Samuel. Dia tidak mau menjadi beban bagi pria itu. Seperti yang Gandra AdriannoㅡKakeknyaㅡkatakan, kehadirannya selalu menjadi benalu bagi semua orang. Maka dari itu dia tidak mau melakukannya kepada Samuel. Dan juga, bagaimana bisa Selene mengatakan pada suaminya kalau dia sedang membutuhkan seratus juta dalam waktu yang sangat cepat? Dengan alasan kalau Ayah kandungnya membutuhkannya?

Selene seharusnya tahu. Sekali dia membantu Thomas, pasti akan ada waktu yang kedua, ketiga, dan seterusnya.

Di sisi lain, Selene juga sudah tidak bekerja lagi karena semua orang melarangnya untuk melakukannya.

Tapi sepertinya dia harus kembali bekerja. Agar semuanya bisa tetap baik-baik saja. Mungkin dia memang harus bekerja lagi.

Tubuhnya selama satu minggu terakhir ini juga sudah sangat membaik. Tangannya tanpa sadar mengusap perutnya pelan. Tapi masalahnya, dia harus bekerja di mana? Dan bagaimana cara memintanya kepada Samuel?

Dia sibuk merenung hingga tak sadar kalau pintu kamarnya sudah dibuka. "Lin?"

Tubuhnya spontan langsung terkesiap. Matanya langsung jatuh pada Samuel yang sedang menatapnya. Senyum terpatri di wajah tampan pria itu, memaksa Selene untuk ikut menyusul. "Kamu melamun?" tanya Samuel yang kini sudah berdiri di depan Selene. Sebelum berbicara lagi, dia menyempatkan diri untuk mengecup bibir istrinya sekilas. "Kamu nggak sadar aku masuk ke dalam?"

"Oh," Wanita itu mulai salah tingkah. Dia menggeleng dan segera memberikan senyuman samar. "Iya," ucapnya singkat.

Keduanya saling menatap lagi. Dan tiba-tiba Samuel menyipitkan kedua matanya. "Ini," ucapnya seraya menyentuh darah yang sudah mengering di ujung bibir Selene. "Kenapa?"

Miracle in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang