08. Agratama Dan Sang Bimantara

803 114 11
                                    

Don't Like don't Read

Banyak typo di mana-mana

Selamat membaca....

Italic : flashback


Ini cerita tentang  Agratama dan Bimantaranya.


12 tahun adalah jumlah waktu yang di lewatkan Jian untuk mengenal dan hidup bersama Agratama bersaudara.

Jian melewatkan 20 tahun hidupnya sebagai anak bungsu sebelum bertemu Danny dan Hazel.

Kala itu usianya menginjak ke 20 saat mengenal Danny Agratama dan Hazel Agratama, sosok yang mengajarkannya bagaimana caraya menjadi seorang kakak, menjaga yang lebih muda.

Danny adalah adik tingkatnya di universitas tempat Jian menimba ilmu, kala itu sang sulung Agratama berusia 19 tahun dan sang bungsu baru menginjak usia 5 tahun.

Daulu Jian tanpa sadar meneteskan air matanya saat mengetahui Danny dan Azel di tinggalkan kedua orang tua mereka di usia yang sangat belia.



September 2009

Ini hari pertama Danny masuk perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan Bisnis, sebenarnya bukan kemauan Danny untuk memilih jurusan itu, tapi Danny harus menjaga apa yang orang tuanya tinggalkan.

Perusahaan peninggalan orang tuanya memang sedikit kurang stabil akhir-akhir ini, beruntungnya sang paman mau mebantu mengurusnya.

Danny tinggal di apartemen di samping unit pamannya, dia hanya hidup dengan adiknya jadi jika tetap tinggal di rumahnya yang besar terasa sangat sepi.

"Azel, kamu di sini dulu sama kak Juna sama tante Nala sama om Tanu yah. Kakak mau sekolah dulu"

Danny berjongkok di depan Hazel. Menatap mata bulat adiknya dengan lembut.

"Om, tante Danny titip Azel yah. Nanti sore Danny jemput Azel"

Danny mengusap rambut Azel dengan lembut sebelum pergi ke universitasnya hari ini.



Saat ini halaman universitas Danny terlihat ramai oleh mahasiswa berseragam hitam dan putih.

"Akh maaf ka, saya nggak sengaja"

Karena kurang fokus dengan sekitar Danny menabrak seseorang yang memakai almamater universitas,
'ah panitia ospek ternyata' - Danny.

"Nggak papa ko, itu udah mau mulai kamu cepet ke sana kih"

"Kalau begitu saya pamit ka"

Danny meninggalkan tempat itu tanpa menyadari ada sesuatu yang terjatuh darinya.

"Eh ini atributnya anak tadi kan. Bisa kena marah bang Bima ini mah"

Dia, Jiandra Bimantara, wakil ketua komdis angkatan tahun ini. Meski dia masih semester 3 namun sepak terjang tentang ketegasannya sudah tidak di ragukan lagi.

Semua angkatan di universitas ini sudah mengenal siapa itu Jiandra, kecuali mahasiswa baru tentunya.

"Buat yang atributnya nggak lengkap silahkan maju" suara berat Bima sang ketua panitia ospek tahun ini menggema di lapangan tempat mahasiswa berkumpul.

Danny berdiri dengan gugup di tempatnya, karena seingatnya dia sudah memasukan atribut penting untuk ospek itu kedalam tasnya tapi kenapa sekarang tidak ada. Mau tidak mau dia harus maju menghadap bang Bima (itu panggilan yang di tujukan untuk Bima) .

MATCH! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang