02-Pulang sekolah

75 30 29
                                    

|02-Pulang sekolah|

"Kalian semua jangan ada yang pulang lewat lapangan yang Deket pasar!". Radit memberhentikan semua siswa-siswi SMA dan memberitahu mereka bahwa jangan pulang lewat lapangan dekat pasar.

Radit tidak mau ada orang luar yang menjadi korban dalam tawuran ini karena Radit akan membabi buta disana!.

"Lah, Chik, rumah gue kan ngelewatin itu. Aneh sih itu orang, mau ngapain juga gak ngebolehin pulang lewat so---". Kalimat itu terpotong setelah Chika menepuk jidat Shalsa.

"Woy, Sa! Kalo kata Radit jangan pulang lewat sana yaudah jangan lewat sana, kan kita bisa lewat dari jalan tikus. Lagian pasti mereka mau tawuran kalo kek gitu mah".

"Eh, kok lo bisa tauu?!" Tanya Shalsa dengan tatapan tajam.

"Y-ya tau lahh, kan gue gak kudet kayak lo!. Jawab Chika sombong.

"Dah, ayo Sa, kita pulang lewat jalan tikus". Chika menggandeng tangan Shalsa.

"Hah?! Lewat jalan tikus? Ya kali, jauh oneng. Mana pulang pasti gatel gatel ini badan karena banyak rumput-rumput yang banyak ulet bulu disana. Enggak enggak, gue gak mau". Shalsa melepas tangan Chika yang tengah menggandeng tangannya. Ia tetap tidak mau tau, ia tetap mau lewat jalan yang di larang oleh Radit.

"Yaudah, serah lo. Gue mau lewat jalan lain aja, lo kalo mau lewat sana yaudehh". Chika menghela nafas kasar.

"Oke, gue gak takut!".

°°°°°

"Kata Chika mau ada tawuran, lah mana?! Sepi kayaknya, mending gue lanjut jalan aja nanti kena marah bunda kalo lama-lama. Gue mau cerita hari ini sama bund---".

"Awass!!!!!!!!!!!!!!!!!!!".

Ada seorang pria bertubuh gemuk dan kekar sedang berlari kearah Shalsa dengan membawa sebuah balok kayu yang cukup besar. Pria itu tidak sengaja menumbur Shalsa karena yang dipikirannya hanyalah serang, serang dan serang geng elang.

"Aduh! Bundaa, kaki Shalsa sakit bund tolongin hiks hiks". Shalsa terjatuh karena tertumbur oleh seorang pria gemuk dan kekar sehingga dia terjatuh dan kakinya terkilir.

Dia bingung akan pulang bagaimana lantaran tidak bisa jalan. Dan, ya ampun, tawurannya sudah di mulai. Tuh, gak dengerin kata Abang Radit sih.

"Tolong!! Tolongin gue. Gue gak bisa jalan". Shalsa berteriak meminta bantuan kepada beberapa orang yang lewat begitu saja di hadapannya, namun tetap tidak ada satupun yang membantunya karena sibuk dengan tawuran mereka. Mereka menganggap mereka berhenti mereka mati.

"Bundaa, hiks hiks". Shalsa menangis sambil memegang kakinya yang begitu terasa sakit.

"Ayo, bangun!". Radit menggenggam tangan Shalsa.

"Gue gak bisa bangun, kak. Kaki gue sakit banget, mungkin terkilir". Jawab Shalsa dengan nada lirih dan linangan air mata di pipinya.

Tanpa pikir panjang dan aba-aba siap grak, Radit langsung menggendong Shalsa. Ya ampun, bang Radit bikin baper, hiks.

"Eh, eh. Lo kok gendong gue sih, turunin gue burann. Takut jatuh nih!". Shalsa menggerak-gerakan badannya berharap Radit menurunkannya. Namun alhasil Radit hanya diam dan tidak berkata apa-apa.

Semua orang memperhatikan Radit dan Shalsa, namun hal itu tidak membuat Radit malu. Pikirnya keselamatan wanita lebih penting dalam situasi seperti ini.

Radit membawa Shalsa ke dalam mobilnya yang terparkir di belakang pasar. Yah walaupun kadang sering bawa sepeda ke sekolah tapi mobil Radit selalu stand by dengan supirnya yaitu om Bagus.

Abang RaditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang