27-Perkara surat panggilan

15 1 0
                                    

🦋Seorang pria akan selalu berusaha melakukan segalanya demi orang yang dia sayang🦋






|27-Perkara surat panggilan|

Bang Radit berdiri di pintu dapurnya melihat mamanya yang sedang memasak sembari membawa selembar surat di tangannya. Mama Radit yang sibuk memasak 'pun tidak begitu mempedulikan dengan kehadiran putranya itu.

Tubuh bang Radit sedikit gemetar ketika ia akan memberikan surat panggilan orang tua dari sekolahnya kepada mamanya.

Bang Radit terus berfikir bagaimana caranya supaya ia tidak dimarah oleh mama dan papanya. Terlintas dipikirannya 'tuk tidak memberikan surat itu supaya ia bisa selamat dari amukan kedua orangtuanya. Namun, hal itu malah menjadi simalakama olehnya  jika ia tidak memberikan surat itu bisa jadi pihak sekolah menemui langsung kedua orangtuanya. Bang Radit dalam dilema.

"Nak, kamu ngapain kok daritadi berdiri di sana?" Tanya mama bang Radit yang heran dengan tingkah putranya itu.

Bang Radit membulatkan matanya panik "e-eng-ggak kok m-mah" jawab bang Radit terbata-bata.

Mama bang Radit tersenyum dan tetap melanjutkan masakannya. Pikirnya mungkin anaknya tidak memiliki pekerjaan lain dan hanya ingin melihat mamanya memasak.

Bang Radit makin bingung dan bimbang. Setelah beberapa menit ia berfikir akhirnya ia memutuskan 'tuk mengatakan bahwa mamanya mendapatkan surat dari sekolahnya. Bukan surat panggilan yang akan ia katakan, melainkan surat undangan karena sebuah acara khusus 'tuk anak-anak pilihan.

Bang Radit berjalan ke arah mamanya "m-mah?" Bang Radit menatap wajah mamanya.

"Iya, nak. Kenapa?" Tanya mama bang Radit.

Bang Radit terdiam sejenak lalu mengambil nafas kasar "jadi gini, mamah dapet surat undangan dari sekolah. Besok ada acara khusus anak-anak pilihan dan anak mamah ini termasuk kedalamnya. Jadi, besok mamah ke sekolah Radit, ya" bang Radit memasang wajah kasihan.

"Jam berapa?" Tanya mama Radit yang sedang sibuk menggoreng ikan.

"Jam 08.00, mah. Mamah beneran hadir, ya. Kalau mamah gak hadir nanti Radit dimarahi guru" pinta bang Radit.

Mama bang Radit mengangguk mengerti. Mama bang Radit percaya begitu saja karena memang sebelumnya anaknya ini jarang sekali berbohong. Sekali 'pun berbohong mungkin hanya demi kebaikan orang lain.

Bang Radit berjalan kembali ke kamarnya. Alasan lain ia berbohong adalah ia tidak mau jika mamanya tahu bahwa ia berkelahi dengan Bayu hanya karena Shalsa, maka bisa saja hubungan mereka tidak direstui.

Bang Radit merebahkan tubuhnya di atas king size miliknya "maafin Radit, mah. Radit terpaksa ngelakuin ini karena Radit gak mau kehilangan Shalsa" bang Radit menatap foto mamanya di galeri ponselnya.

Bang Radit tiba-tiba teringat dengan Shalsa. Wajah Shalsa melintas begitu saja dibenaknya.

"Ah, mau ketemu Shalsa, lah" bang Radit mengambil ponselnya lalu menelfon Shalsa.

Tuttttt ...... Tuttttt ..... Tuttttt ......

Shalsa : "Halo, ada apa sayang?"

Bang Radit : "ketemu yok, kangen
                          nih"

Shalsa : "oke, dimana?"

Bang Radit : "cafe ambyar, ya
                        sayang"

Abang RaditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang