09-Malam Yang Indah

58 28 16
                                    

🦋HAPPY READING 🦋


|09-Malam Yang Indah|

Setelah semuanya menyelesaikan tugas-tugas mereka, bang Radit berbicara kepada Bram untuk mengumpulkan anak-anak di vila ke kamarnya 'tuk membasah soal kepulangan mereka.

"Bram kumpulin anak-anak kesini". Perintah bang Radit.

"Siap, bang". Bram langsung mengikuti perintah bang Radit dan memanggil anak-anak kumpul ke kamar.

Semua nampak heran, bingung, dan penuh pertanyaan. Shalsa mulai canggung semenjak kejadian kemarin.

Sesampainya di kamar mereka melihat bang Radit yang duduk bungkuk namun ia tetap terlihat gagah dengan kaki yang bertolakan dan kepala yang tertunduk. Ternyata bang Radit sudah menunggu kedatangan mereka.

"Bang, udah kumpul semua nih". Ucapan Bram membuat bang Radit mendongakkan kepalanya. Bang Radit tersenyum.

Semuanya heran dan bertanya-tanya. Mereka duduk membentuk setengah lingkaran dihadapan bang Radit. Dengan Shalsa yang ada di hadapan bang Radit.

"Bang, ada apa?". Tanya Jaka.

"Iya, nih. Inyong jadi ndredek". Lanjut Asep.

"Sabar, pasti nanti tau". Jagad 'pun mulai ikut bicara.

Shalsa hanya terdiam, ia bingung harus bicara apa. Di tambah ia juga malu dengan bang Radit. Bebannya pun selalu ikut menyiksanya.

Sedangkan Bram dan Chika sedang mencuri-curi
Pandang. Sepertinya mereka mulai jatuh cinta

Lalu, bang Radit?. Bang Radit menatap wajah Shalsa yang daritadi menunduk itu. Ia melihat Shalsa penuh dengan tekanan.

"kita pulang besok. Banyak masalah yang harus kita selesaikan". Ucapan bang Radit itu membuat semua terkejut kecuali Bram dan Shalsa.

Bram yang memang sudah tau daritadi dan Shalsa memang tak perduli. Ia hanya memikirkan kesendiriannya yang ditinggal orangtuanya kerja.

"H-HAH?!. Serentak semua terkejut.

"Bang, lo kan lagi sakit. Kata dokter juga kita harus 10 hari disini biar lo sembuh total. Kalau pendapat gue sih mending nanti dulu, deh". Pendapat Jaka.

"Tapi bener kata bang Radit, kita udah lama gak sekolah, euy". Jawab Asep.

"Lo mau kalau pas kita sekolah terus terjadi sesuatu sama bang Radit? Secara lukanya yang belum sembuh begitu". Jagad menghela nafas berat.

Bram dan Chika yang fokus curi-curi pandang itu tidak terlalu memperhatikan apa yang sedang dibahas.

Sedangkan Shalsa hanya menunduk melamun. Bang Radit bingung ingin bicara apa lagi. Ia sebenarnya ingin tetap disini bersama Shalsa, namun ia juga harus pulang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya di SMA.

"Gue minta maaf semuanya, karena gue, kalian jadi kena imbasnya. Tapi gue mutusin buat pulang besok, soalnya masalah sama Satria belum kelar ditambah kita udah bikin orangtua kita khawatir. Gue udah sembuh, kok". Bang Radit menatap wajah teman-temannya satu persatu untuk meyakinkan mereka.

"Y-yaudah bang, kalau itu mau lo mending sih kita pulang aja kali ya. Pasti mamah papah gue udah nyariin gue". Jawab Jagad.

"Yang lain setuju, gak?". Tanya bang Radit.

"Setujuuuuu". Semua menjawab setuju kecuali Shalsa.

Bang Radit memperhatikan Shalsa daritadi, nampaknya ia memang benar-benar sangat penuh tekanan saat ini.

"Ee, yaudah kemasi barang-barang kita, besok pagi kita pulang, setelah itu kita sekolah". Bang Radit langsung berdiri dan mulai mengemasi barang-barangnya.

Abang RaditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang