ii

1.3K 115 20
                                    

two - you're the light

"the moment you come, the moment i realized that i still have hope."

**

T R I S H.

"Eastwood & Co. Hotel, staying with a pleasure," ucap Jack sambil melongo saat kami sampai di hotel milik ayah. Bangunan ini sungguh minimalis dan megah, suasananya yang hangat pun membuat siapa saja yang masuk ke hotel ini berasa dirumahnya sendiri--maksudku istana sendiri. Jack menggandengku masuk dan semua pegawai ayahku membungkuk memberikan hormat.

"Welcome to the most comfortable place on earth, Mister and Miss Eastwood Junior," sapa sang manager hotel. Jack terkekeh geli mendengarnya. Bagaimana mereka tahu kalau kami adalah anak ayah? Aku, Jack, Keith, maupun Fitzie tidak pernah mau ikut campur dengan urusan bisnis ayah karena pekerjaan kami selalu dinilai tidak sempurna dimatanya. Kami memilih untuk mencari kesibukkan sendiri.

"Good try, sir!" canda Jack. "Dimana ruangan yang perlu kami hadiri?"

"Panggil aku Graham. Aku akan membantu kalian dengan apapun yang kalian butuhkan, I'm your personal companion," ucap Graham. Aku tertawa mendengarnya. Itu membuat Jack dan Graham menoleh kearahku--ralat, hampir semua orang di lobby hotel itu melihat kearahku.

"What's so funny?" tanya Graham.

"Kau! Hahaha! Kau mengatakan bahwa kau seorang personal companion, sama seperti kartun bantal putih yang memiliki muka titik-garis-titik! Aku lupa siapa namanya," ucapku sambil masih tertawa puas.

"Maksudmu Baymax?" tanya Jack.

"Nah! Itu!" ucapku. Graham terkekeh mendengar perkataanku yang kekanak-kanakan.

"I'm not your personal healthcare companion, Miss Eastwood. Just a personal companion," ucapnya sambil terkekeh.

"Sama saja!" seruku dengan nada ceria. Apapun yang ia bicarakan terdengar lucu karena ia memiliki perawakan seperti bola dan suara yang cempreng. "Oh ya, panggil aku Trish. Aku merasa tua jika dipanggil miss."

"Sebaiknya kalian masuk, Mr. Eastwood pasti sudah menunggu," ucap Graham sambil mempersilahkanku masuk kedalam sebuah ruangan besar. Ruangan itu di dominasi warna abu-abu dan hitam. Pilar-pilarnya di cat putih bersih, sementara seluruh perabotan di dominasi warna hitam dan putih. Gaya khas ayah sekali. Di dalamnya banyak sekali orang-orang sedang bertemu kangen, ataupun bercanda-canda riang. Sepertinya ini akan menjadi malam yang sangat panjang. Sangat-sangat panjang.

"Hey, Jack and Trish!" sapa ayah. Disebelah kanannya, terlihat seorang gadis seusia Keith, kakakku. Gadis itu berpakaian dress megah dan dengan santainya bergelayut manja di lengan ayahku. Sesekali ia mencium pipi ayahku. Ugh, itu memuakkan. Siapa dia? Apakah dia jalang yang disewa ayah?

"Hi, Dad!" sapa Jack balik. Aku hanya tersenyum. Aku melepaskan pegangan tangan Jack terhadapku dan memilih untuk berjalan menuju sebuah piano putih. Sepertinya piano itu baru. Aku menarik kursi piano itu dan mendudukinya.

Kuraba perlahan tuts-tuts piano itu sebelum akhirnya memutuskan untuk memainkan sebuah lagu yang amat aku sukai. Fix You dari Coldplay. Lagu itu amat menyentuh karena lagu itu menceritakan apa yang kurasakan sepenuhnya. Rasa dimana seluruh hidupmu telah hancur, sementara kamu mencoba memperbaikinya. Namun tidak ada lagi yang kembali utuh. Tidak akan pernah.

Setelah memainkan intro dengan mulus, aku bersiap untuk menyanyikan bait pertama. Anggap saja aku penyanyi yang dibayar Mr. Adam Connor Eastwood, aku tak peduli.

DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang