six - a glance of hope
"but now my focus is not on you, dad."
**
T R I S H.Hari yang paling tidak kutunggu pun tiba. Lebih tepatnya sudah terlaksana. Semuanya sudah resmi. Ayahku telah resmi menikah dengan Meredith. Dan setumpuk aturan baru akan segera terlaksana. Aku bersyukur karena aku telah bertemu Liam. Setidaknya, ada hari yang lebih kutunggu-tunggu sehingga aku bisa melewati hari ini.
Tadi pagi, aku sudah menemani ayah dan ibu tiriku ke gereja. Yup, pemberkatan pernikahan. Acara itu berlangsung khusyuk dan damai. Di gereja, aku banyak berdoa dan bersyukur. Lebih tepatnya aku bersyukur karena aku masih bisa hidup hari ini, bernafas tanpa selang dan tabung oksigen, dan mempunyai rencana yang lebih pasti mengenai masa depan.
Di gereja aku juga menemukan sedikit kedamaian dalam pernikahan ini. Setidaknya, dengan pernikahan ini ayahku bahagia. Mungkin, jika Meredith benar-benar jahat dan akhirnya kisah keluarga Eastwood seperti Cinderella, setidaknya Meredith tidak mempunyai 2 anak tiri. Dan aku punya tiga orang bodyguard yang siap membantuku jika ia macam-macam. Jangan salah, gitu-gitu Fitzie meraih sabuk hitam karatenya tahun lalu. Kebahagiaan tidak ada yang bersifat kekal bukan? Jadi aku akan membiarkan ayahku bahagia, walaupun kebahagiaan yang ia cari tidak bersifat kekal.
Beberapa saat yang lalu aku juga sukses menjadi bridesmate yang baik untuk wanita pilihan ayah. Jika kau tanya apakah aku menyukainya, jawabanku adalah tidak. Namun setelah dipikir-pikir, ayahku berjodoh dengan Meredith. Mereka berdua sama-sama cinta uang, jahat, dan tidak berperikemanusiaan. Mereka bisa melengkapi satu sama lain.
Kupandangi langit-langit tempat resepsi pernikahan ini berlangsung. Terdapat awan-awan yang sangat indah. Lagi-lagi, uang bisa membeli apapun. Ruangan tempat pernikahan ini dilaksanakan didominasi warna merah maroon dan emas. Berkelas, memang. Dan tampaknya seluruh tamu undangan menikmati pernikahan mewah ini. Siapa coba yang tidak? Mereka tentu ikut berbahagia karena terlaksananya pernikahan Adam, si pemilik hotel.
Jika semuanya tampak menikmati pesta ini, aku tidak. Semua orang tampak berbincang-bincang satu sama lain meninggalkanku diam seorang diri. Aku hanya bisa menemani adikku yang tampak menikmati semua hidangan-hidangan ini. Dia memang rajanya makan.
Jika kau tanya kemana Jack, ia berada dipojok dekat stan wine bersama teman-teman bangsawannya. Aku aneh, mengapa ia bisa berteman dekat dengan orang yang melihat segala sesuatunya dari derajat? Bukankah itu pertemanan yang palsu?
Keith dan Autumn juga sibuk menjamu keluarga jauhku. Aku memang putri Adam yang paling jarang berinteraksi dengan keluargaku yang lain. Memang, aku selalu menggunakan Fitzie sebagai alasanku. Dulu saat Fitzie masih kecil, aku selalu menemaninya kemanapun ia mau pergi dan semua keluargaku menganggap itu kelakuan seorang kakak yang baik. It was a great excuse, isn't it?
"Fitzie. Aku cari makanan sebentar, ok?" ucapku mencari alasan. Aku sudah gerah karena hanya berdiam diri selama satu jam ini. Ia mengangguk seakan tidak peduli. Memang, sekalinya bertemu dengan makanan, ia tidak akan peduli dengan hal lain. Mungkin, jika ada gempa bumi pun ia akan tetap menikmati makanannya dengan santai.
Akupun mengedarkan pandanganku ke seluruh stan-stan makanan. Mengapa aku sangat tidak berselera, ya? Kulihat seseorang melambaikan tangannya kepadaku. Liam. Aku tersenyum lalu menghampirinya.
Yes! Paling enggak, aku nggak mati kutu selama pernikahan ayahku ini.
"You did it, girl!" ucap Liam. Aku tersenyum lebar dan mengangguk. "Jalanmu sangat anggun tadi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dimension
FanfictionMenjadi anak dari seorang pebisnis sukses tidak selamanya menyenangkan. Bagi Trish, kehidupan itu membuatnya muak. Ia sering menyakiti dirinya sendiri, dan ia ingin sekali mengakhiri kehidupannya. Kembaran, kakak laki-laki, bahkan kekasihnya tidak b...