"Axel aku ingin menagih keinginanku padamu waktu didapur tadi." Ucap Tasya berdiri didepan Axel yang bermain games diponsel.
Axel menatap Tasya dan mematikan ponselnya, Axel melipat kedua tangannya dan menunggu Tasya mengatakan sesuatu yang Tasya ingin dan dirinya akan mengabulkannya. Ini pertama kalinya Tasya mengidam saat hamil. Axel harap permintaan Tasya tidak yang aneh-aneh.
"Aku ingin mangga muda. Bisa kamu carikan?" Ucap Tasya tersenyum membuat Axel mengangkat sebelah alisnya.
Axel mengangguk. "Aku akan menyuruh Jeremy untuk mencarikannya--"
"Tidak, aku ingin kamu sendiri yang mencarinya. Jeremy akan aku suruh menari balet nanti." Ucap Tasya tersenyum lebar membuat Axel mendesah.
Kenapa ibu hamil sangat menyulitkan seperti ini, tapi jika tidak dikabulkan makan anaknya anak terus ngiler. Axel mengangguk pasrah dan berdiri, Axel memegang bahu Tasya menatap Tasya dengan pasrah.
"Kenapa yang kamu inginkan aneh sekali." Heran Axel lalu memberi kecupan didahi Axel.
"Lakukan saja, bayinya yang minta." Ucap Tasya terkekeh.
"Aku akan carikan mangga muda untukmu, jangan terlalu dekat dengan Jeremy saat aku tidak ada, mengerti?"
Tasya mengangguk mantap. "Pergilah, mangga muda sulit didapat. Mungkin butuh waktu lama."
"Aku pergi, pastikan menurut dengan perintahku." Ucap Axel lalu pergi setelah mengusap kepala Tasya dengan lembut.
Melihat Axel pergi, Tasya terkikik. Ini saatnya mengerjai Jeremy lagi untuk membuang waktu luang menunggu Axel berhasil mendapatkan mangga muda. Tasya tersenyum senang dengan riang Tasya berlari kecil keluar dari rumah untuk mencari keberadaan Jeremy.
Tasya tidak sabar melihat Jeremy menari balet didepannya, pasti sangat lucu. Memacari Jeremy dihalaman mansion, akhirnya Tasya melihat keberadaan Jeremy yang duduk dikursi taman bawah pohon dengan laptop di pangkuannya, tanpa pikir panjang lagi Tasya berlari kecil untuk menghampiri Jeremy dengan senang. Tasya duduk disamping Jeremy dan membuat Jeremy terkejut melihat Tasya.
"Kenapan kau disini?" Tanya Jeremy yang lupa akan sopan santun pada Tasya karena terkejut.
Tasya mengedikkan bajunya acuh. "Yaaaa, sepertinya rasa sopanmu padaku sudah hilang."
Jeremy berdehem menyadari kesalahannya membuat Tasya terkikik. "Maafkam saya, Nona."
"It's oke, aku menyukainya kamu berbicara santai seperti itu padaku, tidak seperti robot." Ucap Tasya tidak masalah dengan itu, lagi pula Tasya sudah bosan melihat Jeremy terlalu sopan seperti robot saja.
"Apa yang ingin Nona inginkan?" Tanya Jeremy dengan sopan.
Tasya melihat laptop Jeremy dan dilaptop itu Jeremy mengerjakan sebuah data kantor. Tasya mendesah, sepertinya Jeremy belum bisa ia kerjai saat ini melihat kesibukan Jeremy yang semakin padat saja. Tidak mungkin kan Tasya memaksa untuk mengganggu Jeremy bekerja demi keinginannya, yang ada Tasya yang semakin menambah beban Jeremy saja.
Melihat Nonanya melihat laptopnya dengan sedih, Jeremy pun akhirnya berbicara. "Saya mengerjakan beberapa dokumen yang harus diselesaikan, Nona."
"Aku tau." Ucap Tasya lesu bersandar pada sandaran kursi.
"Apa yang Nona inginkan?" Tanya Jeremy lagi.
Tasya menggeleng. "Aku tidak mau mengganggumu bekerja. Kamu kerjakan saja kerjaanmu sampai selesai."
Jeremy mengangkat sebelah alisnya. "Tidak apa-apa Nona, apa yang ingin Nona inginkan? Saya akan melakukannya."
Tasya menatap Jeremy malas. "Kamu mau menari balet didepanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother's Obsession (COMPLETED)
Jugendliteratur(Cerita orang tua Raga dan Artha) [BELUM REVISI] Axel Aldriano Afferd, laki-laki berwajah dingin dan memiliki jiwa iblis didalam tubuhnya, terobsesi pada kakak perempuanya yang bernama Tasya Adriana Afferd. Sejak kematian sang Mama saat menikah deng...