Chapter 13

36.7K 1.5K 23
                                    

Sudah seminggu Axel mengajari banyak Tasya bela diri dan hanya sedikit pula yang dibisa Tasya selama Axel mengajarinya beberapa jurus. Axel pula meminta imbalan selama masa pengajaran setelah latihan dan Tasya mau tak mau harus menuruti apa kata Axel. Tasya sudah sedikit tau taktik dalam penyerangan dan penguncian yang sudah diajarkan Axel.

Dan saat ini kedua sejoli itu kembali berlatih diarena tinju. Kali ini mereka tanpa pengamana. Tasya yang tanpa sarung tangan seperti kemarin-kemarin dan Axel yang tanpa bantal penampung tinju. Ini latihan yang kesekian kalinya.

"Sekarang lawan." Pintah Axel diangguki Tasya.

Tasya mulai bersiap menyerang dan mulai menyerangnya dengan layangan tunjuan yang sedikit amatiran dan Axel yang menghindarinya sesekali memberikan lawanan dan dihindari Tasya dengan baik. Mereka melakukan itu berulang-ulang hingga Tasya merasa sangat kelelahan dan berkeringat.

Tasya membaringkan tubuhnya melentang sambil mengatur nafasnya yang tersengal. Sambil menyeka keringatnya. Sunggu terlalu lelah untuk berlatih bela diri. Itu lah mengapa Axel bisa menguasai semua jenis bela diri.

Tak!

"Akkhh!" Tasya memegang dahinya saat merasakan ada sesuatu yang meleparinya dan melihat ternyata Axel lah pelakunya yang melemparinya dengan tutup botol.

Tasya mengusap dahinya lalu berdiri menatap Axel kesal. Lemparan itu sungguh sakit walaupun itu hanya tutup botol plastik.

"Sakit!" Ucap Tasya menatap Axel kesal.

Axel hanya perpadangan datar tanpa dosa. Hei! Dia memang melakukan hal apapun tanpa beban dan dosa sedikitpun.

"Sudah kubilang, kamu terlalu lemah untuk memiliki bela diri." Ucap Axel pedas membuat Tasya mendelik.

"Kamu tau, wanita yang kamu sebut lemah itu juga bisa kuat! Maka dari itu aku memintamu mengajariku bela diri!" Senggut Tasya tak terima, tapi kenyataannya memang begitu.

Axel menarik bibirnya, membentuk senyuman miring yang membuat Tasya takut sendiri. "Benarkah? Tunjukkan kalau kamu tidak lemah. Kamu seperti mamamu yang tidak berguna itu."

Tasya terdiam sejenak dengan pandangan kemarahan terpancar dimatanya, mama yang sudah tiada dilibatkan dalam hal ini, apa lagi Axel menyebutnya 'Tidak Berguna', hal itu membuat Tasya merasa emosi dengan perkataan Axel. Lalu mengangguk. Tasya mendekati Axel dengan tujuan untuk menghajar Axel dan mulai menyerang Axel dengan asal tapi tetap saja bisa dielak Axel. Hal itu membuatnya jengkel setengah mati, dia berharap kalau pukulannya mengenai wajah Axel untuk melampiaskan kemarahannya pada Axel yang selalu semena-mena padanya dan menghina mamanya yang sudah tiada.

"Jangan menghindar!" Tasya berhenti dengan nafas yang tersengal-sengal dimatanya masih terpancar kemarahan.

Axel bisa lihat kemarahan Tasya pada matanya saat mengatai mamanya 'Tidak Berguna'. Axel tau Tasya sangat marah dengan perkataannya, tapi Axel tidak perduli.

"Kalau aku tidak bisa menghindar, aku akan terkena pukulan." Enteng Axel datar menatap Tasya.

Tasya yang sudah maraha mengepalkan tangannya kuat dan mulai mendekati Axel.

"Kamu tau, tidak sepantasnya kamu mengatakan orang yang sudah tiada tidak berguna semasa dia hidup, APA LAGI YANG KAMU HINA ADALAH MAMAKU, BRENGSEK!!"

Bugh!

"Arrkkh!"

Axel sedikit membungkuk merasakan pusat tubuhnya ditendang keras oleh Tasya membuat pusat tubuhnya berdengung nyeri. Tendangan itu tendangan kemarahan dari Tasya.

Bugh!

"Kamu tau, setiap hari aku harus menahan apa yang aku rasakan! Kamu selalu membuatku menjadi gadis rendah yang kamu nikmati sekuka hatimu, Bugh!... Kamu selalu membuatku tertekan setiap saatnya, Bugh!... Kamu tidak tau bagaimana hancurnya hidupku saat aku kehilangan Mamaku dan kamu membuatku semakin hancur! Bugh!..." Perkata demi kata Tasya keluarkan dari lubuk hatinya yang selama ini dia pendam.

Axel membiarkan Tasya melepaskan kemarahan didalam hatinya dengan cara membiarkan Tasya memukulnya. Axel ingin lihat seberapa Tasya menyimpan segala unek-uneknya dari dalam hatinya yang tidak Axel tau. Melihat kemarahan yang terpancar dari mata Tasya, Axel tau kalau Tasya sudah sangat marah karena dirinya.

"Aku menuruti kemauanmu karena aku takut padamu dan sering mengancamku dengan pilihan yang sulit untuk aku pilih! Kamu membuatku semakin menjadi buruk, Axel... Dan sekarang kamu mengatai Mamaku yang sudah tiada tidak berguna?... MAMAKU MATI KARENA PAPAMU, SIALAN!!" Pekik Tasya dengan air mata yang keluar dari pelupuk matanya, dia tanpa sadar mengeluarkan semua apa yang ia pendam dalam hatinya.

"Aku ingin membunuhmu, tapi aku tidak bisa melakukannya! Kamu selalu memaksaku untuk melakukan hal yang membuatku menjadi rendah dan semakin membuatku tertekan! KAMU MEMBUATKU JADI LEBIH BURUK!!"

"Lalu kenapa kamu tidak membunuhku?" Tanya Axel dengan seringainya. Lebam menghiasi sudut bibir Axel dan pipi Axel.

Tasya terdiam. "Karena aku bukan pembunuh sepertimu!"

Sekarang Axel tau apa isi hati Tasya.

"Tentu. Kalau kamu membuatku marah, maka aku bisa melakukan apa yang pernah aku katakan untuk mengancammu dengan mudah dan membuatmu semakin hancur..." Seringai Axel. "Sampai kamu mau menyerahkan dirimu sepenuhnya padaku."

Tasnya mengepalkan tangannya kuat. Kenapa Axel bisa setega itu? Ah benar, dia titisan dari iblis, mana mungkin ada rasa kasihan darinya.

"Kamu brengsek!!" Maki Tasya emosi.

"Memang, itu sebabnya jangan pernah bermain-main denganku." Ucap Axel sambil mendekati Tasya hingga dihadapan Tasya.

"Karena aku bisa melakukan apa yang aku inginkan padamu." Lanjutnya dengan nada pelan, namun masih bisa didengar Tasya.

Tasya mulai memukul-mukul dada Axel dengan kepalan kecilnya melupakan kalau dia bisa sedikit bela diri.

"Kamu jahat!! Kamu jahat! Aku benci padamu, kamu brengsek! Aku benci pada-- eemmpt."

Axel menahan kedua tangan Tasya, lalu menarik kepala Tasya dan mencium Tasya sedikit menuntut. Axel suka bila Tasya mengeluarkan segala unek-uneknya padanya, walaupun harus memancing Tasya terlebih dahulu.

Tasya memberontak saat mendapatkan ciuman itu dari Axel. Air matanya terus keluar. Sekarang Axel benar-benar menujukkan kalau dirinya gadis rendah.

"Le... Passs!!" Berontak Tasya, tapi Axel berhasil memanggut bibirnya lagi.

Axel terus mencium Tasya sampai Tasya benar-benar tenang. Terbukti beberpa menit Axel merasakan Tasya tenang, walau itu kelelahan karenanya. Tapi Axel masih mencium Tasya, kali ini lembut tidak seperti tadi yang menuntut.

"Segala apa yang kamu katakan, kamu tetap milikku, Tasya." Ucap Axel setelah melepaskan tautan bibirnya pada Tasya.

Tasya menangis. "Aku membencimu! Sangat membencimu."

Axel tersenyum lalu menarik Tasya kedalam pelukannya, membiarkan Tasya menangis dalam pelukannya. Axel tersenyum, ini yang Axel mau, melihat Tasya melepaskan semuanya dengan tangisan. Axel tau itu semua karena dirinya, tapi Axel lakukan supaya Tasya menjadi miliknya.

"Kalau kamu tidak ingin lebih hancur lagi, maka serahkan dirimu sepenuhnya padaku. Aku tau kamu menyerahkan dirimu hanya setengah jiwamu, tapi aku ingin sepenuhnya jiwamu." Ucap Axel sambil mengusap kepala Tasya.

"Kamu jahat, Aku membencimu, sangat!" Racau Tasya sambil menangis.

Kenapa Axel selalu membuatnya begini. Dia sudah menuruti apa kata Axel, tapi Axel tetap memperlakukan dirinya semena-mena yang membuat Tasya membenci itu dan membenci dirinya sendiri karena dengan bodoh menikmati sentuhan Axel.

"Dan rasa bencimu padaku akan hilang secara perlahan"






To be continued...

19Maret2021

Step Brother's Obsession (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang