Tasya terbangun dari tidurnya langsung merasakan remuk pada tubuhnya, rasa lelah dan remuk itu membuat Tasya sempat meringis kecil terutama dibagian pusat tubuhnya yang terasa sangat linu. Pikirannya langsung jatuh waktu semalam Axel menggempurnya dengan kasar dan itu berulang-ulang setelah klimas Axel pertama sampai membuat Tasya hanya bisa pasrah dibawah Axel dengan desahan yang terus keluar dari mulutnya. Memikirkan itu membuat Tasya merinding, dia sudah having sex bersama adiknya sendiri.
"Sudah bangun, heh?" Suara serak Axel membuat Tasya langsung menoleh kebelakang menatap Axel.
"Axel, jangan memelukku terlalu erat, tubuhku sakit semua." Ucap Tasya mencoba melepaskan tangan Axel yang memeluknya erat. Demi apapun tubuh mereka masih telanjang dan itu saling bersentuhan membuat Tasya sedikit tidak nyaman.
Axel tidak mendengarkan malah memberikan kecupan-kecupan basah dibahu Tasya yang polos dan menghirup aroma memabukkan Tasya. Tasya sudah menjadi miliknya sepenuhnya. Dengan benih yang sudah ia tanam didalam perut Tasya. Tasya tidak akan bisa kemanapun darinya, kalau Tasya tetap memaksa pergi, maka jaminan kaki Tasya sebagai gantinya, memotong semua kaki Tasya.
"Axel hentikan!" Ucap Tasya yang geli dengan perlakuan Axel.
Axel terkekeh lalu membalikkan tubuh Tasya dengan perlahan untuk menghadapnya. Axel tau kalau Tasya lelah karena dirinya terus menggempurnya tanpa henti. Salahkan saja Tasya yang membuatnya tidak bisa berhenti.
"Apa selelah itu?" Tanya Axel mengusap pipi Tasya.
Tasya mendesis. "Tentu saja, kamu terus melakukanya."
Axel terkekeh lagi. "Tapi kamu menikmatinya, sayang." Ucap Axel membuat Tasya memutar bola matanya malas.
Tasya teringat dengan pembicaraan semalam soal wanita itu. Dia sudah memberikan apa yang Axel inginkan, lalu apa Axel tidak akan berniat membunuh wanita itu lagi?. Dengan keberaniannya, Tasya menanyakan hal itu pada Axel.
"Axel, Apa kamu tidak membunuhnya kan? Tidak kan?. Aku sudah memberikan apa yang kamu minta. Jadi kamu tidak akan membunuhnya kan?" Tanya Tasya dengan cemas.
Walaupun wanita itu sempat membuatnya kesal dengan hinaannya, tapi Tasya tidak jahat untuk melihat wanita itu mati karena dirinya. Himself not a bad person.
Axel terdiam sejek menatap Tasya, lalu tak lama menyeringai membuat Tasya kembali berdetak kencang dan kembali dilanda rasa takut. Apa yang akan Axel katakan, sungguh membuat Tasya berdetak semakin kencang.
"Maaf sweetheart, wanita itu harus tetap mati karena berani menghinamu." Ucap Axel tenang membuat Tasya langsung membeku dengan mata yang membesar, jantungnya seakan langsung terhenti mendengar itu.
"Tidak Axel, kamu pasti berbohong." Ucap Tasya yang coba untuk tenang. Demi apapun dirinya tidak mood untuk diajak bercanda dalam situasi ini.
Axel tersenyum miring. "Apa wajahku menunjukkan kebohongan?"
Tasya melihatnya dan itu tidak ada kebohongan sama sekali. Tidak mungkin Axel membohonginya, dirinya sudah mengorbankan masa depannya untuk Axel hanya demi menyelamatkan nyawa orang dan sekarang Axel membohonginya. Sungguh brengsek.
"Aku akan tetap membunuhnya, sayang."
"Kamu sudah setuju untuk tidak melenyapkan dia kalau aku memenuhi keinginanmu, Axel! Aku sudah memenuhinya!! Kamu berbohong padaku, Axel! Aku benci padamu!" Pekik Tasya dengan kemarahan, kecewa dan sedih bercampur menjadi satu.
Tasnya menangis sambil memukul-mukul dada Axel untuk menumpahkan rasa marahnya. Axel membohonginya membuat Tasya kecewa. Tasya terus saja memukul-mukul dada Axel dengan kepalan tangannya tanpa mau berhenti. Axel brengsek!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother's Obsession (COMPLETED)
Novela Juvenil(Cerita orang tua Raga dan Artha) [BELUM REVISI] Axel Aldriano Afferd, laki-laki berwajah dingin dan memiliki jiwa iblis didalam tubuhnya, terobsesi pada kakak perempuanya yang bernama Tasya Adriana Afferd. Sejak kematian sang Mama saat menikah deng...