Tasya menggigit bibirnya sambil menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi, tubuhnya gemetar karena memikirkan wanita yang mengatainya lagi. Apa karena dirinya orang mati? Tidak, itu tidak mungkin. Tasya yakin Axel pasti bercanda. Tidak mungkin melenyapkan orang hanya karena menghina hal sepele.
Tapi, Axel tidak pernah bercanda dalam perkataannya. Axel berbeda dari orang pada umumnya yang masih memiliki belas kasih, Axel tidak memiliki itu. Apa yang harus dirinya lakukan? Axel tidak suka dirinya memohon hanya demi melepaskan wanita itu. Lantas apa yang harus Tasya lakukan?
Tasya tidak ingin orang mati karena dirinya. Tasya bingung harus melakukan apa supaya Axel tidak melakukan hal mengerikan itu. Sudah cukup Tasya tau Axel membunuh Marillya secara tragis, Tasya tidak mau orang mati lagi karena dirinya.
"Apa yang kamu pikirkan, sayang?" Suara berat Axel membuat Tasya tersentak kecil, lalu menatap Axel.
"Bisa kamu tidak melenyapkannya?" Tanya Tasya dengan suara gemetar.
Axel langsung tau maksud Tasya pun langsung tersenyum, ah tidak. Lebih tepatnya menyeringai. "Jangan memerintahku, Swertheart. Aku membenci itu."
Tasya semakin tegang dengan jantung yang berdebar kencang. Meremas tasnya yang terbuat dari bahan kulit hewan dengan kuat. Suara Axel membuatnya tidak bisa berkutik. Tapi dirinya harus menghentikan Axel untuk melenyapkan orang hanya karena dirinya.
"Apapun yang kamu inginkan, aku akan memberinya. Tapi jangan membunuhnya." Tasya bersuara dengan gemetar, dirinya tidak punya pilihan lain selain perkataan itu.
"Memang apa yang kamu berikan, sayang? Kamu tidak punya apapun untuk memberiku." Ucap Axel tanpa menatap Tasya, menatap jalanan sambil menunggu Tasya berkata.
"I know. Apapun yang tidak aku miliki, kamu bisa memintanya. Tapi jangan bunuh dia, Axel."
Axel menyeringai mendengar itu, menarik.
"Kalau aku mengatakannya, apa kamu akan melakukannya, sweetheart?" Tanya Axel memberhentikan mobilnya untuk mematuhi lampu merah.
Tasya ragu, takut Axel meminta apa yang memang tidak bisa ia berikan. Tapi Tasya harus menyelamatkan wanita itu. Jantungnya semakin berdetak kencang melihat senyum mematikan Axel.
"Apapun." Ucap Tasya dengan yakin.
Axel menyeringai.
"Oke, aku akan memintanya saat kita dirumah."
"Kenapa tidak sekarang?" Ucap Tasya cepat.
Axel tersenyum sambil menjalankan mobilnya karena lampu sudah hijau. Ini akan menjadi permainan yang sangat indah untuknya.
"Persiapkan dirimu dari sekarang, sayang. Permintaanku nanti membutuhkan waktu cukup lama." Ucap Axel sambil mengusap kepala Tasya dengan satu tangannya, sedangkan tangan satunya mengendalikan kemudi mobil.
Tasya semakin gemetar, apa yang akan diminta Axel padanya. Tasya harap itu tidak membuatnya takut melakukannya.
"Apa kamu tetap membunuhnya?" Tanya Tasya lagi.
Axel menyeringai. "Aku belum meminta apapun padamu, sweetheart. Jadi aku masih tetap bisa membunuhnya."
Tasya melebarkan matanya. "Tapi kamu sudah setuju, Axel!"
"Ya, itu benar. Tapi apa aku sudah meminta sesuatu darimu?" Tanya Axel balik dengan senyum misteriusnya.
Tasya terdiam. Axel belum meminta apapun padanya, otomatis niat Axel akan membunuh wanita itu masih aktif.
"Jangan membunuhnya, Axel."
"Aku belum membunuhnya, sayang. Buat apa kamu takut?" Ucap Axel.
"Memang apa yang kamu inginkan, Axel?!" Pekik Tasya dengan perasaan campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother's Obsession (COMPLETED)
Fiksi Remaja(Cerita orang tua Raga dan Artha) [BELUM REVISI] Axel Aldriano Afferd, laki-laki berwajah dingin dan memiliki jiwa iblis didalam tubuhnya, terobsesi pada kakak perempuanya yang bernama Tasya Adriana Afferd. Sejak kematian sang Mama saat menikah deng...