Tasya menerjapkan matanya dengan berat, rasa perih langsung menjalar pada punggungnya saat ia tanpa sengaja menggerakkan tubuhnya. Erangan dan rintisan kecil terdengar dari mulutnya merasakan nyeri itu masih ada. Punggung masih penuh bercak darah yang sudah mengering atau masih basah dan sayatan itu bekum diobati dan dibiarkan begitu saja.
"Sudah bangun, hm?" Suara Axel membuat tubuh Tasya kembali menegang.
Tanya ingat jelas semalam bagaimana Axel menyiksanya dengan sayatan pisau yang menyakitkan dan beberapa gigitan pada tubuhnya sampai kulitnya koyak, teringat dengan jelas sesakit apa itu sampai mata Tasya membengkak karena terus menangis menahan siksaan Axel.
Tapi beruntung dirinya tidak diperkosa bukan. Tasya bersyukur Axel tidak memperkosanya, Tasya takut dengan keadaan kedepannya jika Axel sampai memperkosanya, mungkinkah menjadi buruk atau lebih buruk, Tasya sulit membayangkannya.
"Punggungku sakit, Axel." Cicit Tasya dengan gemetar.
Dengan rasa tidak bersalahnya, Axel tersenyum manis tanpa rasa beban.
"Itu akibatnya kalau kamu berani berbohong padaku." Ucap Axel dengan suara beratnya.
Tasya kembali menangis. Sampai kapan hidupnya yang penuh ketakutan ini berakhir, Tasya merindukan kehidupannya yang dulu saat belum bertemu Axel. Tasya rindu hidupnya yang dulu.
"Maafkan aku. Tolong jangan sakiti aku lagi." Ucap Tasya terisak dipelukan Axel.
"Aku tidak akan menyakitimu kalau kamu tidak membuatku murka, Sweetheart." Ucap Axel tersenyum tanpa dosa sambil mengusap air mata Tasya.
"Aku akan mengobati lukamu." Axel langsung bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil kotak P3.
Seperginya Axel, Tasya menenggelamkan wajahnya dibantal dan menangis. Demi apapun punggungnya sangat sakit dan tubuhnya juga pegal-pegal karena semalaman tidur dengan tengkurap. Bahkan tubuh atasnya masih telanjang. Kenapa Axel tega melakukan ini padanya.
"Jangan menangis sayang atau aku akan mengukir tubuh lagi." Ucap Axel yang sudah datang membawa kotak P3 langsung membuat Tasya terdiam tanpa mengangkat wajahnya.
"Aarrkkhh!! SAKIT AXEL! APA YANG KAMU LAKUKAN!" Teriak Tasya merasakan luka sayatan di punggungnya bertambah sangat perih disaat Axel menempelkan kapas yang sudah dibasahi seperti air dingin, tapi berakhir sangat perih.
Tubuh Tasya bergerak-gerak sangking perihnya lukanya yang terkena kapas basah itu. Hal itu membuat Axel sedikit kesulitan mengobati luka Tasya karena tubuh Tasya bergerak-gerak seperti belatung kepanasan.
"Dian Tasya! Alkohol ini cepat membuat lukamu kering dan bisa membunuh bakterinya." Ucap Axel yang menahan punggung Tasya agar berhenti bergerak.
Alkohol! Hei, pantas saja sangat perih saat terkena lukanya. Apa Axel tidak memikirkan itu.
"Sakit Axel!! Kamu kira tidak sakit, hah?!" Tanpa disadari Tasya, dirinya membentak Axel membuat Axel menatap tajam Tasya.
"Aakkhh! Axel sakit!" Pekik Tasya lagi merasakan lukanya ditekan oleh Axel.
"Kamu bernai berteriak padaku, huh?! Kamu mau aku menghukummu lagi?!" Bentak Axel semakin menekan luka Tasya dengan kapas yang masih basah oleh alkohol membuat Tasya semakin menangis dan menjerit kesakitan.
"AAARRKK!! SAKIT AXEL, MAAFKAN AKU HIKS!"
Tangisan Tasya langsung mereda begitu Axel tidak menekan lukanya lagi dengan kapas yang dibasahi alkohol itu. Tasya tidak bohong kalau itu sangat sakit sampai membuat tubuhnya gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother's Obsession (COMPLETED)
Fiksi Remaja(Cerita orang tua Raga dan Artha) [BELUM REVISI] Axel Aldriano Afferd, laki-laki berwajah dingin dan memiliki jiwa iblis didalam tubuhnya, terobsesi pada kakak perempuanya yang bernama Tasya Adriana Afferd. Sejak kematian sang Mama saat menikah deng...