---------------------------------
sekedar rayuan, tanpa adanya suara yang terdengar sebagai balasan hingga berujung kematian yang membeku di udara-- marentinniagara --
---------------------------------One Squell of Kasta Cinta and the others
-- happy reading --
🎋🎋
..
.
TIDAK ada penjelasan lebih atau melebihkan pengertian atas sebuah prasangka yang sejatinya tanpa harus diucapkan pun telah diketahui artinya. Apalah arti berucap jika pada akhirnya hanya mengambang di udara tanpa adanya balasan dan lebih terkesan mati bersama molekul-molekul tanpa nyawa.
Musim masih sama namun sepertinya hati tak lagi peduli untuk apa bahkan untuk siapa kokohnya kaki ketika berdiri.
Masa depan cerah, kehidupan lebih tenang dan hidup normal tanpa ada gangguan. Siapa yang tidak menginginkan semuanya, menjalani kehidupan dengan baik, tidak mengganggu kepentingan orang lain justru akan lebih baik jika dalam hidup kita membawa kebaikan untuk mereka.
Pekerja kemanusiaan, orang bilang seperti itu. Jadi pantaslah jika memilih bersikap menjadi manusia seutuhnya.
Berjalan di koridor rumah sakit, beberapa kali bersimpangan dengan tenaga kesehatan yang lain membuat wajah bergerak untuk tersenyum kepada mereka. Hingga sekelompok dokter koas terlihat di ujung matanya.
Berjanji di dalam hati, tidak ingin mencari masalah. Wafiq berusaha untuk menekan perasaannya. Hal memalukan baginya adalah berebut perempuan yang memang belum pantas untuk diperebutkan. Rasa ingin melindungi, rasa ingin memiliki, rasanya seperti pecundang yang mengklaim haknya padahal jelas de facto atau pun de jure tidak ada hak yang menempel atas sesuatu pun di sana.
"Nafiza, tuh ada dokter Faiyaz. Keren ya kemarin belain kamu sampai sebegitunya. Dokter Ardi saja sampai kicep loh."
"Eh, katanya nrs Nadia kemarin mereka berdua dapat peringatan keras loh, bahkan manajemen sampai akan mengeluarkan SP tapi direktur RS memberikan abolisi untuk masalah itu."
"Yang benar?" Bisik-bisik suara teman-teman Nafiza membuka pembicaraan tentang dokter internship yang namanya kemarin baru mengguncang jagat perparamedisan di rumah sakit tempat Nafiza menjalani program koasnya. Apalagi kalau bukan triagle masalah Nafiza, Wafiq dan juga Ardiansyah Abubakar.
Harapan, sapaan seperti biasanya akan Nafiza dapatkan dari seorang Faiyaz Mufazzal, sayangnya senyuman sekilas itu hanya sekedar basa-basi untuk menunjukkan keramahan kepada sesama. Sekilas dan tatapan itu bukan lagi milik Nafiza meski hatinya sangat ingin untuk dilihat.
"Selamat pagi Dokter Faiyaz." Tanpa aba-aba serempak bak pengambilan nada dasar pada suatu koor, suara sekelompok teman Nafiza menyapa Wafiq yang berpapasan dengan mereka.
"Pagi," singkat, padat dan sangat jelas. Lalu berlalu begitu saja seolah mengacuhkan persoalan kemarin bersama Nafiza. Padahal Nafiza ingin sekali menghentikan langkahnya, berbicara kepada Wafiq secara langsung untuk meminta maaf.
Nafiza hanya bisa menelan ludahnya. Sementara Wafiq sendiri harus bisa membentengi hati. Tujuannya berada di rumah sakit ini bukan untuk menunjukkan kekuatannya, bukan pula menunjukkan siapa yang akan menjadi pemenang saat tantangan duel yang dilayangkan Ardi kepadanya, bukan. Wafiq hanya ingin bekerja atas dasar kemanusiaan. Masih perlu banyak belajar, masih membutuhkan banyak bimbingan, dan kedua tangannya akan dipergunakan untuk membantu orang lain bukan untuk membuat mereka masuk ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECTIFIER
Teen Fiction🖐🖐 Hai, berjumpa lagi dengan keluarga Mufazzal 🖐🖐 ada cerita Faiyaz Wafiq Mufazzal di sini. Dengan siapa? lihat, baca dan nikmati 😍😍 ---------------o0o--------------- Melihatnya sebagai seorang wanita sejak kali pertama aku mengenalnya. Itu a...