---------------------------------
𝒕𝒉𝒆𝒓𝒆 𝒊𝒔 𝒏𝒐 𝒍𝒐𝒈𝒊𝒄 𝒊𝒏 𝒔𝒍𝒂𝒏𝒅𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒇𝒂𝒍𝒔𝒆𝒉𝒐𝒐𝒅, 𝒊𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒓𝒖𝒏 𝒊𝒕 𝒘𝒊𝒍𝒍 𝒅𝒆𝒇𝒆𝒂𝒕𝒔 𝒊𝒕𝒔𝒆𝒍𝒇-- marentinniagara --
---------------------------------One Squell of Kasta Cinta and the others
-- happy reading --
🎋🎋
..
.
BERSIKAP adil, salah satu hal yang sepertinya memang harus dilakukan oleh semua orang, terlebih para pemangku jabatan atau setidaknya mereka yang harusnya bisa memberikan suaka kepada yang lemah. Namun pada kenyataannya, mereka yang terlihat kuat justru seringkali memanfaatkan atau bahkan melakukan penindasan atas kelemahan itu.
Dikatakan adil memang tidaklah harus sama. Semua pas menurut porsinya masing-masing. Dan memverifikasi kebenaran informasi dengan berbagai macam pertanyaan bukanlah sebuah sikap ketidakadilan yang seringkali diucapkan oleh mereka yang berniat untuk playing victim, merasa terdholimi atas perbuatan yang sebenarnya telah mereka lakukan sendiri. Harusnya lebih bisa dimengerti bahwa banyaknya pertanyaan itu merupakan awal dalam tindakan untuk mengambil keputusan dengan cara yang adil.
Apa susahnya menjawab, jika merasa tidak bersalah tentu kita tidka perlu takut untuk menghadapinya. Yah walaupun keadilan itu tetaplah milik dzat penguasa alam semesta namun setidaknya sikap ini diambil supaya tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Mengapa harus Wafiq? Jelaslah karena dia ditugaskan sebagai ketua panitia yang harus bertanggung jawab atas kelancaran acara bahkan jika harus terjadi kecelakaan seperti ini. Hingga pertanyaan itu menggiring sebuah jawaban untuk bisa diakui si pelaku.
"Bukan hanya satu yang bersaksi, tapi banyak pasang mata melihat jika kamu berniat untuk mencelakai Nafiza, Harumi. Benar seperti itu bukan?"
"Mengapa jadi saya yang seolah dikorbankan untuk mengakui, bisa jadi mereka berkonfrontasi untuk memojokkan saya karena tidak menyukai saya." Berkelit atau sekedar alibi untuk menghindari sebuah tuduhan yang memang telah nyata di depan mata.
"Tidak perlu harus memutar CCTV untuk mematahkan alibimu itu kan Harumi?" Wafiq yang mulai geram dengan jawaban berkelit yang diberikan Harumi terlihat emosi.
"Anda ini seorang dokter kan, bukan seorang penyidik terlebih seorang provost."
"Rum, jawab saja pertanyaan Faiyaz. Semua orang sudah melihatmu melakukan penjegalan itu." Ardi yang juga berada di tempat interogasi mulai bersuara.
"Kak__" Ardi menggeleng lemah, mengisyaratkan kepada Harumi untuk mengakui semuanya. Yakin bahwa Nafiza itu tipe perempuan yang akan dengan mudah memaafkan namun tidak dengan panitia, semakin berkelit punishment yang akan diterima Harumi bisa fatal. Apalagi dia baru bekerja sebagai dokter koas.
Selayaknya makhluk hidup, perasaan kecewa itu tentu tidak akan pernah jauh dari dalam benak. Jangankan manusia yang memiliki akal pikiran sempurna hewan pun juga mengenal rasa kecewa. Sayangnya tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama. Mereka hidup pun dengan beragam alasan, ada yang bertahan hidup karena memperjuangkan namun ada juga yang diberikan perjuangan tapi abai dengan banyak alasan. Intinya selalu ada alasan untuk berkelit demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Padahal masalah itu hadir akan menuntun pada sebuah kedewasaan, memandu pada rasa syukur bagaimana bisa menyelesaikan tanpa harus menyakiti orang lain. Namun sekali lagi kembali kepada rasa kecewa yang terlalu berlebihan dan entah karena sebab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECTIFIER
Teen Fiction🖐🖐 Hai, berjumpa lagi dengan keluarga Mufazzal 🖐🖐 ada cerita Faiyaz Wafiq Mufazzal di sini. Dengan siapa? lihat, baca dan nikmati 😍😍 ---------------o0o--------------- Melihatnya sebagai seorang wanita sejak kali pertama aku mengenalnya. Itu a...