---------------------------------
cemburu itu laksana sebuah cinta dan benci, keduanya datang pada waktu yang bersamaan-- marentinniagara --
---------------------------------One Squell of Kasta Cinta and the others
-- happy reading --
🎋🎋
.
.
.DRAMA kehidupan tak ubahnya seperti sebuah film atau sinetron yang langsung disutradarai oleh dzat pemilik hidup setiap hambanya. Cerita yang mengalir pun tak ubahnya seperti sebuah script yang harus dihafal namun tidak ada siaran ulang karena waktu akan selalu berjalan maju tidak akan pernah bisa kembali mundur.
Banyak alasan juga tentunya mengapa banyak orang berada di kursi biru berhadapan dengan sebuah layar yang disorot sebuah proyektor dan menikmati setiap alur demi alur dengan penuh antusiasme. Terkadang gerak tubuh penonton mengikuti adegan secara tidak langsung sesaat keseruan dalam adegan film itu menggugah andrenalin mereka.
Sayangnya kali ini tidaklah demikian adanya bagi seorang Ardiansyah Abubakar. Awal rencananya mengajak Wafiq untuk jalan keluar karena dia ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting, menurutnya. Setelah keduanya melihat sesuatu yang mengganjal dalam sebuah pertemuan tanpa sengaja yang tidak tertulis dalam list jalan bersama Wafiq malam ini, selama hampir dua jam berada di dalam cinema Ardi hanya berpikir adakah sesuatu yang membuat Wafiq terlihat salah tingkah di depan Nafiza. Padahal awalnya Ardi hendak menceritakan kepada sahabat tentang keinginannya bisa lebih dekat dengan Nafiza.
"Brow, kamu kenapa? Sudah seperti cewek PMS aja. Tadi ngajak nonton film tapi kok sepertinya tidak bisa menikmatinya?" tanya Wafiq saat mereka berdua telah keluar dari cinema.
"Sok tahu lu, emang kelihatan banget ya?"
"Elah__jadi cowok baperan amat sih. Ya udah sekarang mau kemana nih?"
"Pulang," jawab Ardi.
Wafiq tertawa puas ingin meledek temannya namun diurungkan saat melihat raut wajah Ardi tidak ingin diajak bercanda alias serius seperti hendak melakukan penjahitan setelah anaestesi lengkap dilakukan.
"Elu kenal dimana Yaz dengan Nafiz?" Wafiq kembali memberikan perhatiannya saat kakinya bermain dengan pedal gas dan rem manakala mereka berdua keluar dari area parkir Tunjungan.
"Memang apa urusanmu?" Wafiq masih fokus dengan jalan berputar-putar yang mereka lalui untuk turun dari gedung.
"Bah nih anak makin songong sepertinya."
"Fiza itu adik kelasku dulu, kakak sepupunya nikah dengan kakakku. Puas?" tidak ada yang perlu disembunyikan bukan? Kenyataannya memang seperti itu.
Seperti oase bagi Ardi mendengar pernyataan Wafiq, sepertinya dia memang telah salah sangka kepada temannya ini. Tentu saja Wafiq mengenal Nafiza karena kakak dan kakak sepupu Nafiza menikah. Hanya saja ketika mengingat kembali bagaimana cara Wafiq memandang Nafiza hatinya masih sangsi atas pengakuan temannya, sepertinya masih ada yang disembunyikan oleh Wafiq.
Cemburu, Ardi mengetahui bahwa itu adalah sifat negatif yang bahkan hampir semua orang tidak suka dan mungkin Nafiza juga tidak suka jika orang yang baru dikenalnya bersikap seperti ini. Namun seperti Ardi harus meminta maaf, saat kini rasa cemburu itu mulai hadir menyeruak di dalam hatinya meski dia sendiri tahu meski tidak memiliki hak untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECTIFIER
Teen Fiction🖐🖐 Hai, berjumpa lagi dengan keluarga Mufazzal 🖐🖐 ada cerita Faiyaz Wafiq Mufazzal di sini. Dengan siapa? lihat, baca dan nikmati 😍😍 ---------------o0o--------------- Melihatnya sebagai seorang wanita sejak kali pertama aku mengenalnya. Itu a...