Part 9 : Memalukan

43 15 51
                                    

"Apa pun yang terjadi, tetaplah tersenyum."

🌷🌷🌷

Lamaran? Firza hari ini akan melamarku? Argh, rasanya ingin aku buang beribu prasangka yang muncul dalam pikiranku.

Seketika, kata "lamaran" terus menerus menghantui pikiranku. Walaupun aku belum tahu maksud dan tujuan mereka menemuiku untuk apa, namun rasanya firasatku mengatakan bahwa mereka akan membicarakan suatu hal yang menuju ke arah sana.

Aku lantas duduk di samping bunda dan menyalami Om Renaldi beserta Tante Lilis. Aku berusaha bersikap rileks, walau sebenarnya jantungku berdegup kencang disertai perasaan tak karuan.

"Om Renaldi, Tante Lilis, kapan pulang dari Belgia?"

"Sudah dari 2 hari yang lalu, Cha," tutur Tante Lilis disertai senyuman manisnya.

Om Renaldi dan Tante Lilis ternyata sudah berada di Indonesia sejak 2 hari yang lalu. Tapi, mengapa Firza tidak cerita padaku dan Zahro ya? Apa mungkin Firza sengaja tidak bilang karena ... ah, sudah cukup jangan menerka-nerka lagi wahai diriku.

"Acha, katanya mau tinggal di pesantren ya sambil berkarya? Tadi, Firza cerita banyak tentangmu di mobil," celetuk Tante Lilis seraya tertawa.

Firza lalu tersenyum malu dan menundukkan kepalanya. Aku merespon ucapan Tante Lilis hanya dengan anggukan kepala saja, sebab entah mengapa diriku mendadak gugup untuk berbicara di depan mereka.

"Sebelumnya Om dan Tante mohon maaf nih sudah ganggu waktunya Acha, tapi selain hari ini memang tidak ada waktu lagi bagi kami berdua untuk menemuimu, mengingat nanti sore Om dan Tante akan berangkat lagi ke Belgia," ucap Om Renaldi dengan tatapan yang cukup serius.

"Iya, Om. Tidak apa-apa, eum tapi kan sekarang ayah Acha tidak ada di rumah, jadi bagaimana?"

Ucapanku sontak membuat mereka bingung dan ruang tamu pun mendadak hening tanpa ada sedikit pun yang bersuara. Apakah ada yang salah dengan ucapanku? Namun, aku rasa tidak ada yang salah, sebab jika seorang laki-laki akan melamar seorang wanita maka ia harus bertemu walinya terlebih dahulu kan? Kebetulan, ayah memang belum bisa pulang ke rumah karena pekerjaannya di kota benar-benar padat sekali.

"Hahahahaha."

Ruang tamu yang beberapa detik lalu hening, kini tiba-tiba dipenuhi oleh gelak tawa yang sangat menggema. Bunda pun ikut tertawa bahkan sambil menggelengkan kepala.

Aku menatap mereka dengan penuh kebingungan. Sebenarnya ini ada apa? Mengapa semuanya tampak aneh?

"Acha, kamu sedang berpikir apa, nak?" tanya bunda sambil memegang tanganku.

"E-eum A-acha ...."

"Kamu berpikir bahwa hari ini aku datang ke rumahmu bersama papah dan mamah itu untuk melamarmu ya?" ujar Firza sambil menahan tawa.

Aku belum bisa memahami maksud mereka, lalu tetap diam dan berlagak seperti orang bodoh yang sangat kebingungan. Tante Lilis kemudian beranjak dari tempat duduknya, lalu duduk tepat di sampingku.

"Acha sayang, kamu masih ingat kan dengan janji Om dan Tante saat 4 tahun yang lalu?" tanya Tante Lilis. Aku pun mencoba untuk mengingat-ingatnya.

Dear F : Cinta & Ikhlas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang