"Kata 'pulang' memang terdengar lebih indah daripada kata 'pergi'. Namun, pantaskah engkau pulang saat diri ini sudah tidak peduli lagi terhadap segala tentangmu yang dulu pernah ku sebut rindu?"
🌷🌷🌷
Aku termenung di dalam kamar seraya menikmati keindahan mentari pagi. Angin pagi pun terasa begitu sejuk dan membuatku sulit beranjak dari kamar karena ingin terus menikmati suasana pagi yang indah dari balik jendela. Sembari merapikan jilbab, aku terus menerus menatap ke luar dan mengamati bunga mawar yang berjejer di depan jendela kamar.
Bunga mawar katanya lambang dari sebuah cinta, lantas siapa ya orang yang akan memberiku bunga tersebut sebagai bentuk dari ungkapan rasa cinta? Ah, lagi-lagi aku mengkhayal yang berlebihan, gumamku dalam hati.
"Acha ... cepat bersiap-siap, Nak. Zahro dan Firza sudah menunggumu di teras rumah."
Aku tersadar dari lamunan dan terperanjat kaget saat bunda tiba-tiba berdiri di sebelahku.
"Hah? Firza dan Zahro sudah datang, Bun? Kenapa mereka tidak mengabariku?"
"Hm, mereka katanya sebelum berangkat sudah berkali-kali meneleponmu, tapi tidak tersambung melulu teleponnya, coba cek ponselmu barangkali bermasalah," jawab bunda seraya mengusap kepalaku.
Aku bergegas mengecek ponselku setelah bunda berkata seperti itu. Akan tetapi, ternyata ponselku masih dalam keadaan mati dan belum sempat dinyalakan setelah semalaman di cas.
Pantas saja, aku tidak menerima dering telepon dari mereka. Ternyata, ponselku masih dalam keadaan mati, desisku dalam hati seraya menggelengkan kepala.
"Tepat hari ini, bunda akan melepas sosok yang sangat bunda cintai untuk mengejar mimpinya. Anak yang selalu berada di sisi bunda, kini harus tinggal jauh dan ...."
"Bunda ...." Aku memotong ucapan bunda lalu berbalik badan dan memeluk bunda dengan sangat erat.
"Cukup, Bun. Jangan berkata begitu. Acha memang akan pergi untuk mewujudkan mimpi dalam berkarya seraya menimba ilmu di pesantren. Namun, sejauh apa pun Acha pergi, hati Acha tetap akan menyertai bunda dan rumah ini tetaplah menjadi tempat Acha pulang."
Aku dan bunda terisak satu sama lain, sebab tepat hari ini aku harus pergi ke pesantren dan akan meninggalkan bunda selama beberapa waktu. Berat bagiku untuk pergi jauh dari bunda. Begitu pula dengan bunda yang sedari malam terus menerus berada di sampingku serta memberiku berbagai nasihat.
"Acha jaga diri baik-baik ya, jangan banyak bertingkah dan jaga kesehatan," ucap bunda sambil mengusap linangan air di pipiku.
Aku mengangguk dan tidak berkata sedikit pun, wajahku menunduk dan tidak sanggup menatap bunda yang terus menerus terisak sebab akan berpisah denganku.
"Neng Acha, barang-barang sudah bibi antarkan ke mobil, Zahro dan Firza sudah menunggu Neng Acha di luar," ujar Bi Irah yang tiba-tiba menghampiriku dan bunda.
"Oh iya, Bi. Makasih ya, kalau begitu Acha akan segera menghampiri mereka," tuturku sembari mengusap air mata.
Perlahan, aku mulai berjalan meninggalkan kamar dan bunda mendampingi di sisiku. Sepertinya, hari ini bunda tidak ingin melewatkan waktu sedetik pun denganku, sebab ia tidak mau beranjak sedikit pun dari sampingku.
"Kak Achaaaa!"
Saat di dekat pintu depan rumah, Ezra dan Fadhil berteriak memanggil namaku, kemudian mereka berlari menghampiriku dan keduanya sontak memelukku.
"Kak Acha jangan lama-lama perginya," tutur Ezra dengan sedikit terisak.
"Ezra nantinya enggak ada teman buat berantem," lanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/271487897-288-k538358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear F : Cinta & Ikhlas
RomanceMasa muda adalah masa di mana seseorang mencari jati diri dan eksistensi, bahkan mencari cinta sejati. Banyak orang yang terjebak dalam cinta yang belum saatnya, namun pada akhirnya mereka selalu dihadapkan dengan derita dan kecewa. Saat kau menjala...