"Allah selalu punya rencana yang tidak terduga. Pertemuan memang biasanya berujung dengan perpisahan, akan tetapi mudah bagi-Nya untuk mempertemukan kembali kedua insan yang telah lama terpisah."
🌷🌷🌷
Sosok perempuan memakai dress berwarna lilac dengan rambut yang terurai duduk di sebuah resto besar milik Firza. Ia duduk dengan anggun sambil menikmati hidangan yang ada di hadapannya.
"Halo, sister apa kabar?" sapa Tante Lilis seraya menghampiri perempuan tersebut.
Perempuan tersebut lantas berdiri dan matanya menyipit menatap Tante Lilis dengan serius.
"Oh My God, Lilis apakah benar ini kamu?" gumam perempuan tersebut dengan gaya bicara yang sedikit kebarat-baratan.
"Iya benar, ini Lilis sahabatmu saat kuliah. Lihatlah aku datang ke sini bersama mereka," gumam Tante Lilis sambil menoleh ke arah aku, Firza, dan Om Renaldi.
"Wait, ini Renaldi sahabat aku juga kah?"
Perempuan itu mengamati Om Renaldi dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Lantas Om Renaldi membuka kacamata hitamnya, lalu perempuan itu berseri-seri dan spontan berteriak menyebut nama Om Renaldi dan Tante Lilis, ia pun langsung memeluk Tante Lilis dengan sangat erat.
Sepertinya mereka adalah sahabat yang sudah lama terpisahkan, sebab dari pertemuannya saja sudah terlihat jelas betapa bahagianya perempuan tersebut saat bertemu kembali dengan Om Renaldi dan Tante Lilis.
Kami pun bergabung dan duduk bersama perempuan tersebut, kemudian Tante Lilis mulai memperkenalkan diriku pada perempuan itu.
"Hai, salam kenal ya, An-nisa Kha-li-lisa Nad-"
"Panggil saja saya Acha," aku memotong ucapan perempuan tersebut yang sangat kesulitan menyebut nama panjangku.
"Maklum, Clara ini terlalu lama tinggal di Spanyol, apalagi namamu kental sekali dengan Bahasa Arab, jelas dia sangat sulit menyebutnya," bisik Tante Lilis padaku.
Perempuan yang berbicara dengan gaya kebarat-baratan itu bernama Clara. Dugaanku benar ternyata ia adalah sahabat Om Renaldi dan Tante Lilis yang merupakan seorang penulis handal. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak lama, akan tetapi beberapa tahun yang lalu mereka dipisahkan oleh jarak. Jika dilihat-lihat, persahabatan mereka persis layaknya aku, Zahro, dan Firza.
"Acha, kamu suka menulis sejak kapan?"
"Sejak Acha lulus SLTA, Tante," jawabku seraya memotong steak.
"Wow, luar bisa," sanjung Tante Clara seraya memberikan bertepuk tangan.
Aku dan Tante Clara kemudian saling bercerita tentang pengalaman saat pertama kali menjadi seorang penulis. Tak lupa, kami pun berbagi suka duka yang terjadi saat mulai berkecimpung di dunia kepenulisan. Tante Clara juga banyak memberi ilmu serta motivasi kepadaku agar kelak bisa mengikuti jejaknya menjadi seorang penulis handal yang karyanya mendunia. Aku benar-benar beruntung bisa bertemu dengan orang sehebat dia.
"Eh iya, Cha, bagaimana nih rasanya bisa menjadi menantu Lilis dan Renaldi?" celetuk Tante Clara.
Aku dan Firza tersentak mendengar pertanyaan Tante Clara. Alis kami terangkat secara bersamaan, lalu saling menatap heran.
"Menantu?" ujarku dengan Firza secara serentak.
"Clara, Acha ini sahabatnya Firza," jelas Tante Lilis.
"Sahabat? Hahaha aku kira dia istrinya Firza. Wah jangan-jangan suatu hari nanti kalian bakal menikah seperti Lilis dan Renaldi. Dahulu, mereka juga kan berawal dari persahabatan lalu berujung ke pelaminan," tutur Tante Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear F : Cinta & Ikhlas
RomanceMasa muda adalah masa di mana seseorang mencari jati diri dan eksistensi, bahkan mencari cinta sejati. Banyak orang yang terjebak dalam cinta yang belum saatnya, namun pada akhirnya mereka selalu dihadapkan dengan derita dan kecewa. Saat kau menjala...