Enam

106 24 0
                                    

Membahagiakan orang lain itu sama juga dengan membahagiakan diri sendiri. Alasannya adalah ketika kita membahagiakan mereka, Tuhan ikut memudahkan jalan kita ke depannya.

- Kirana Larissa -

Naura membawa satu kotak piza yang tadi dibawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naura membawa satu kotak piza yang tadi dibawanya. Kirana menyuruhnya untuk membagikan kepada para karyawan yayasan lainnya. Perlu diketahui, yayasan ini memiliki sedikitnya lima pegawai yang terdiri atas dua pegawai wanita dan tiga pegawai pria. Tugas-tugas mereka juga bervariasi. Naura sendiri mendapatkan tugas sebagai bagian resepsionis yang bertanggung jawab atas kedatangan tamu yang hendak mengunjungi keluarganya atau pun yang baru saja ingin menitipkan keluarga mereka.

Yayasan ini sendiri bukan hanya menaungi orang-orang berkebutuhan khusus saja. Di sini juga membuka panti jompo sebagai bagian lain dari yayasan. Dana perawatannya selain dari sumbangan para donatur, Dave dan Kirana juga menambah pemasukan untuk biaya perawatan para penghuni panti tersebut.

Naura memasuki ruangan tempat para karyawan lainnya berkumpul. Gadis itu meletakkan piza yang tadi dibawanya ke atas sebuah meja dari kayu jati lalu duduk di kursi plastik berwarna hijau.

"Widih, piza lagi nih. Lagi banyak duit lo, Ra?" celetuk cowok duduk di sofa di dekat Naura. Dia adalah Guntur Kastara, pegawai bagian kebersihan panti.

"Kaya dia mah Tur, kayak monyet," timpal Bayu sembari tertawa terbahak-bahak.

"Ledekin aja terus, tunggu aja ntar ada kiriman spesial dari gue, jangan sampe nyesel yak." Naura menatap kesal pada Bayu.

"Mau kirim apaan nih, kalian berdua dah jadian yak, gaada kabar-kabar nih, kebiasaan." Gadis lainnya menyahut kesal. Dia Mega Danica, pegawai bagian dapur dan konsumsi panti.

"Ngaco lo, mana mau gue jadian ama cowok yang kelakuannya kayak cacing kremi gitu, gak sudi gue," jawab Naura sembari bergidik.

"Sembarangan lo, gue yang ganteng kayak Park Chanyeol gini dikatain kayak cacing kremi. Awas aja ntar suatu saat nanti lo tersepona sama kegantengan gue." Bayu memasang ekspresi penuh percaya diri.

"Iyain dah, monggo halunya dipersilahkan sampe kutub utara pindah ke kutub selatan," celetuk seorang cowok yang duduk di dekat Bayu. Dia adalah Surya Narendra, pegawai bagian keamanan dan infrastruktur.

Sedang asyiknya mengobrol, seorang cowok datang dengan ekspresi datar. Dia adalah Ranu Manggala, pegawai bagian kebersihan. Dibandingkan Bayu, Guntur dan juga Surya, Ranu lebih pendiam dan berbicara kalau ada perlunya saja. Sama seperti sekarang, saat datang ke dalam ruangan dia malah duduk diam sembari memainkan ponselnya.

"Aura ruangannya kok berubah jadi suram sih, Tur, lo bawa demit dari luar yak?"

"Sembarangan lo Bang, ngapain juga bawa yang begituan, masih inget Tuhan gue Bang, lo kali yang bawa begituan."

"Mana ada, Surya nih keknya yang bawa begituan, ngaku lo Sur," tuduh Bayu pada Surya.

"Duh, berisik amat sih kalian, ganggu banget, pergi sono!" jawab Ranu yang kesal dengan ributnya Bayu yang membahas hal tidak penting.

Semuanya terdiam hening ketika Ranu berbicara. Naura tahu kalau Ranu saat ini sedang letih, apalagi hari ini dia mendapatkan tugas berat dari Dave untuk membersihkan kamar yang hendak ditempati oleh penghuni panti yang rencananya datang minggu depan.

"Ini pizanya dimakan, Mbak Kirana bilang jangan sampe buang-buang makanan, mubazir," ucap Naura memecah keheningan yang hadir di antara mereka. Gadis itu langsung membuka kemasan piza dan membagikannya secara rata.

* * *

Kirana duduk di kursi dekat koridor panti ditemani oleh Kakaknya, Dave. Semilir angin meniup rambutnya perlahan dan membuat wajah Kirana tertutupi oleh rambut tersebut. Dave dengan sabar memindahkan rambut agar wajah cantik adiknya tidak terhalangi oleh adanya rambut-rambut itu.

Sebagai Kakak yang baik bagi Kirana, Dave memperlakukan adiknya itu selayaknya Kakak memperlakukan Adiknya. Meskipun, Kirana buta sejak lahir, hal itu tidak menghalangi niat Dave untuk terus menjaga dan menyayangi Kirana.

Bagi Dave, Kirana itu adalah nafasnya. Kehadiran Kirana menjadi alasannya tetap kuat selama bertahun-tahun. Kepergian Ibu mereka menjadikan Dave cukup berubah. Tekanan batin akibat kepergian, Hani, Ibu Dave dan Kirana membuat Dave hampir berniat untuk bunuh diri agar bisa menyusul Hani. Tapi, Kirana berusaha menguatkannya hingga saat ini Ia mampu bertahan.

"Kak, kok diem aja. Ada masalah, ya?" Kirana memecah lamunan Dave. Cowok itu tersadar dari lamunannya dan menggengam tangan Kirana.

"Kakak nggak kenapa-napa kok, kamu nggak usah khawatir sama Kakak." Dave meyakinkan Kirana bahwa dirinya sedang baik-baik saja.

"Kak Dave bohong, pasti ada yang lagi Kakak pikirin, kan? Sini ceritain ke aku, siapa tahu aku bisa bantu."

Dave terdiam. Sulit sekali menutupi masalah yang sedang dihadapinya dari Kirana. Adiknya itu memang sangat peka padanya. Seakan-akan Kirana bisa membaca pikiran Dave. Cowok itu tersenyum sembari mengusap puncak kepala Kirana.

"Kakak gapapa kok, beneran. Cuman kecapekan aja tadi habis ngurus ada penghuni baru panti yang dateng minggu depan." Dave mencoba menenangkan Kirana agar tidak cemas padanya.

Kirana tersenyum lega. Gadis itu nampak tenang setelah Dave jujur mengatakan hal itu padanya. Tak berselang lama suara anak-anak panti terdengar ramai. Dave melirik ke arloji yang berada di pergelangan tangan kirinya. Jarum jamnya menujukkan pukul 10.00 WIB. Jam tersebut memang sudah dijadwalkan oleh Dave sebagai jadwal bagi anak-anak untuk berjemur agar kesehatan tulang mereka tetap terjaga sekaligus menjadikan virus-virus yang bisa saja ada di tubuh mereka mati terkena panas mentari.

"Kak, aku mau ke tempat anak-anak boleh, kan?" tanya Kirana pada Dave.

Cowok itu mengangguk sembari mengelus lembut pipi Kirana, "boleh, Kakak bantuin ya," jawab Dave sembari membantu Kirana berdiri. Dengan penuh ketelatenan, Dave membawa Adiknya itu mendekat ke arah kerumunan anak-anak yang sedang berjemur, tampak Naura dan Mega juga yang membantu anak-anak tersebut untuk duduk berbaris dengan rapi.

"Baris yang rapi ya, kalo gak rapi nggak Kakak kasih ice cream," seru Naura mencoba membuat anak-anak tersebut duduk dengan rapi.

Dave tersenyum melihat anak-anak yang patuh dengan para pegawainya. Hatinya merasa bahagia melihat mereka semua. Anak-anak yang tak memiliki keluarga dan juga di antaranya bahkan sengaja dibuang oleh orang tuanya bisa menemukan kebahagiaan mereka di sini.

Dave teringat kata Hani padanya saat dulu masih seusia anak-anak itu. Ibunya itu selalu berkata kalau ketika mereka menyayangi seseorang dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan apapun dari mereka. Kelak Tuhan akan memberikan semua kemudahan pada mereka. Sejak saat itulah Dave merasa apa yang Hani katakan membuat hidupnya berubah. Cowok itu ingin hidupnya berguna bagi orang-orang di sekitarnya.

Almarhum Ayah Dave dan Kirana juga mengajarkan mereka untuk menolong sesama. Hal itu sudah diajarkan Beliau sejak dini agar nantinya Dave dan Kirana terbiasa untuk melakukan perbuatan terpuji. Dan sekarang, itu pun terjadi. Apa yang mereka inginkan sudah Dave dan Kirana lakukan.

TBC

Bojonegoro, 12 Agustus 2021

IMPERFECTUM [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang