Ketika hidup kita bisa berharga bagi orang lain, maka kita sangat beruntung bisa menjadi alasan mereka untuk tetap bertahan hidup.
- Kirana Larissa -
Bayu melepas penatnya sejenak setelah membersihkan semua bagian di dalam ruangan tempat karyawan berkumpul. Naura datang dari arah dapur menghampiri Bayu sembari membawakan cowok itu segelas air mineral dingin untuk melepas dahaganya setelah sedari tadi membereskan ruangan sekaligus memasang lampu.
"Nih, diminum," ucap Naura sembari menyodorkan sebotol air mineral ke arah Bayu.
"Makasih banyak, Ra." Bayu menerima air mineral tersebut lalu membuka tutupnya.
"Sama-sama." Naura tersenyum dan ikut duduk di samping Bayu yang meneguk air mineralnya.
Terdengar suara bel rumah yang berbunyi. Naura mendekat ke arah jendela di dalam ruangan tersebut yang kebetulan langsung mengarah ke halaman depan. Ekor mata gadis itu menangkap sosok Angkasa yang berdiri sembari menenteng sebuah kantung berisi tiga kotak piza.
"Bay, ada Angkasa tuh di luar, samperin gih!" titah Naura pada Bayu yang memainkan ponselnya.
Cowok itu meletakkan ponselnya dan ikut melirik ke arah jendela. Benar saja, ada Angkasa yang berdiri sembari menunggu orang dari dalam bangunan untuk keluar. Tanpa berpikir lama, Bayu keluar dari ruangan tersebut untuk menghampiri Angkasa.
Derap langkah kaki Bayu terdengar cepat melewati koridor bangunan tersebut. Ia pun berhasil sampai di depan pintu keluar. Angkasa yang menunggu sedari tadi cukup terkejut melihat keberadaan Bayu di tempat itu.
"Kok lo ada di sini?" Angkasa menatap kebingungan mengenai keberadaan Bayu di tempat itu.
"Gue kan kerja di sini Sa, baru beberapa hari yang lalu sih gue ngelamar di sini. Kebetulan gue butuh cuan tambahan pake jaga-jaga pas akhir bulan, hehe." Bayu terkekeh.
Angkasa mengangguk paham, Ia pun segera memberikan kantung berisi piza pada sahabatnya itu. Sebelum pergi, Angkasa sempat bertanya sedikit perihal gadis bernama Kirana yang pesanannya kemarin dia antarkan. Bayu menjelaskan sedikit mengenai gadis itu. Angkasa cukup tertarik mendengarkannya.
"Ntar aja pas di tempat kost gue ceritain panjang lebar. Anggep aja ini spoiler, oke."
Angkasa mengangguk dan berpamitan pada Bayu. Sepeda motor cowok itu melaju pergi meninggalkan yayasan rumah disabilitas tersebut. Bayu bergegas masuk ke dalam bangunan tersebut dan memberikannya pada pemesannya yang tak lain adalah Dave.
* * *
Bayu mengetuk perlahan ruangan bercat abu-abu yang letaknya berada di dekat tangga menuju ke lantai dua. Perlu diketahui juga kalau bangunan yayasan ini terdiri atas tiga lantai. Bagian bawah digunakan sebagai kantor, dapur, juga kamar mandi dan beberapa kamar bagi penghuni panti dan orang-orang yang berkebutuhan khusus dan tidak bisa menggunakan akses tangga seperti orang yang lumpuh, lansia, dan juga para penghuni yang tuna netra. Di lantai kedua digunakan sebagai ruangan anak-anak yatim, para penghuni yang tuna rungu dan tuna wicara serta ruangan kumpul bagi para pegawai.
Untuk bagian atas atau lantai tiga digunakan sebagai gudang dan beberapa kamar untuk orang-orang yang ditampung sebagai tuna wisma, selain itu juga digunakan sebagai tempat olahraga bagi para karyawan yayasan. Rumah disabilitas ini juga terdapat kamar mes atau kamar untuk pegawai yang tidak memiliki tempat tinggal yang berada di lantai tiga. Surya sebagai karyawan lama yang bekerja di yayasan tersebut mengaku sering sekali menginap di mes dikarenakan dulu saat statusnya sebagai mahasiswa menuntutnya untuk tinggal di sana dikarenakan aksesnya yang cukup mudah dan jaraknya yang tak terlalu jauh dari kampusnya.
"Tok...tok.....tok..." suara ketukan pintu ruangan yang diketuk oleh Bayu.
Dave yang sedang membaca koran pun meletakkan benda itu ke atas meja lalu menatap Bayu yang datang sembari membawa kantung berisi kotak piza tadi. Cowok itu memberikan isyarat agar Bayu masuk ke dalam ruangannya.
Cowok itu masuk ke dalam ruangan dan meletakkan bungkusan tersebut di atas meja kerja Dave. Ia menatap sekilas Dave yang kembali membaca koran yang tadi sempat diletakkannya di atas meja. Bayu bergegas berpamitan pada Dave dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
* * *
"Tur, tolong ambilin gue minum dong, haus bet nih," titah Surya sembari mengipasi tubuhnya yang berkeringat setelah mengangkat beberapa kantung berisi bahan-bahan kebutuhan dapur.
"Gue juga capek kali Bang, kan gue ikutan ngangkat. Ntar aja deh nunggu Bang Bayu aja." jawab Guntur menolak permintaan Surya karena tubuhnya juga letih.
Surya cemberut mendengar jawaban dari Guntur. Mau tidak mau mereka hanya mengandalkan kipas angin sementara waktu untuk mengusir hawa panas di tubuh mereka. Tak berselang lama, Bayu, Naura dan Mega juga Ranu datang. Belum saja keempat orang tersebut duduk di sofa, Surya langsung meminta hal yang sedari tadi diinginkannya.
"Bay, ambilin gue air minum dong, haus nih," pinta Surya pada Bayu.
Bayu melirik tajam ke arah Surya. Cowok itu kembali duduk di atas sofa dan pura-pura tak mendengar permintaan dari Surya.
"Wah, gue sumpahin budeg tu kuping dua-duanya, amin," ucap Surya berdoa.
Bayu menoleh dan meledek Surya dengan menjulurkan lidahnya. Ekspresi wajah Surya terlihat kesal dan hendak mengajak Bayu untuk berkelahi. Naura yang menyadari itu pun langsung mengambil inisiatif mengambilkan Surya segelas air agar perkelahian tersebut tak terjadi.
"Udah, gue ambilin Bang, lo diem di situ aja, ribut lagi gue gak segan-segan gampar kalian berdua." Naura bangkit dari posisi duduknya dan bergegas menuju ke arah dapur untuk mengambil segelas air.
Wajah Surya kembali normal. Memang di antara semua pegawai, Naura terkenal paling galak. Selain karena memang didikan keluarganya yang tegas dan disiplin, Naura memegang prinsip untuk taat dan berusaha selalu teratur. Maka tak heran juga, Naura menjadi orang kepercayaan Dave dalam menghandle karyawan yang lain terutama Surya dan juga Bayu yang seringkali membuat kerusuhan.
Tak lama kemudian, Naura kembali dengan segelas air mineral dan juga sekotak piza. Guntur dan Mega juga Bayu dan Surya bersorak riang. Mereka lantas mengerumuni Naura. Ranu hanya mengamati mereka sekilas dan kembali berkutat dengan ponselnya.
"Nu, ayo makan bareng, enak nih pizanya," ajak Guntur sembari menunjukkan potongan pizanya pada Ranu.
"Enggak, makasih," jawabnya singkat.
* * *
Angkasa masih kepikiran apa yang dikatakan Bayu mengenai Kirana. Rasa penasarannya pada Kirana semakin bertambah setelah Bayu menceritakan beberapa hal padanya.
Angkasa menyadari kalau dibandingkan Kirana, fisiknya jauh lebih sempurna. Tidak ada kekurangan satu apa pun. Tapi, itu sangat jauh dari hidup Kirana. Gadis itu mengalami kebutaan sejak lahir. Angkasa penasaran dengan bagaimana gadis itu bisa bertahan sampai sekarang di tengah keterbatasan itu.
Suara klakson mobil di belakang motor Angkasa berbunyi kencang dan menyadarkan lamunannya. Ekor matanya menatap lampu jalan yang sudah berubah warna menjadi warna hijau. Dengan segera, cowok itu memacu kendaraannya meninggalkan lampu merah tersebut.
TBC
Bojonegoro, 19 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECTUM [ COMPLETED ]
Romance[ Don't copy my story ] [ PLAGIAT HARAP MENJAUH!! ] [ Alert⚠ : Typo everywhere. Be careful ] [ COMPLETED ] [ Update setiap selasa, kamis dan sabtu ] [ 18+ ] [Disclaimer : terdapat adegan kekerasan yang tidak pantas untuk diikuti jadi bagi pembaca d...