Tiga

172 36 5
                                    

Rasa sakit sangat mudah sekali di dapatkan. Berbeda dengan kebahagiaan yang bahkan mereka tak  mengenalinya, sebab mereka tak memilikinya.

- Angkasa Jayendra -

Angkasa duduk di karpet kamar kost sembari melepas penatnya dari aktivitas seharian yang melelahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa duduk di karpet kamar kost sembari melepas penatnya dari aktivitas seharian yang melelahkan. Cowok itu menuju ke arah dispenser untuk mengambil air dan menuangkannya ke dalam gelas plastik berwarna hijau.

Bergelut dengan pikirannya sendiri membuatnya semakin lelah. Ya, pertanyaan Mr Smith sukses membuat Angkasa dilema berat saat ini.

Cowok itu meneguk air dalam gelasnya dalam sekali tegukan saja. Beberapa tetes air membasahi bagian luar bibirnya dan juga kaus oblong berwarna putih yang dikenakannya.

"Dah pulang lo dari tempat kerja, tumben gak sampe malem?" suara Bayu memecah keheningan ruangan kost yang sepi.

Angkasa hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia kembali berkutat dengan pikirannya yang sedang kalut. Melihat ada yang aneh dengan teman satu kamarnya itu, Bayu mencoba mendekat dan duduk di ranjang yang berhadapan langsung dengan Angkasa.

"Muka lo napa, sob? kusut amat kek kanebo kering," goda Bayu sembari terkekeh memperhatikan Angkasa yang sedang kalut dalam pikirannya.

"Kepo lo, udah sono urusin aja diri lo sendiri," jawab Angkasa mencoba mengusir Bayu yang menganggu konsentrasinya.

"Iyain dah, selamat berpikir keras, moga aja pala lo gak botak kayak Bos Bule lo yak." Bayu terkekeh dan berlalu menuju ke arah lemari baju untuk mengambil beberapa pakaian lalu bergegas untuk mandi.

* * *

Bayu melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 19.00 WIB. Cowok itu merasa kelaparan meskipun beberapa jam yang lalu Ia baru saja menyantap semangkuk mie ayam yang dibelinya dari pedagang keliling yang kebetulan lewat di depan kost-kostan mereka.

"Sa, lo laper nggak?"

Angkasa yang menatap ponselnya tak menjawab pertanyaan temannya itu. Bayu yang melihat sebuah bantal berbentuk dorayaki di dekatnya langsung saja menghantamkannya pada Angkasa hingga membuatnya hampir saja menjatuhkan ponselnya.

Cowok itu menatap tajam ke arah Bayu yang juga mengikuti gerakannya. Angkasa menghela nafasnya perlahan. Raut kesal dari wajah datarnya bisa dibaca oleh Bayu yang langsung saja mengungkapkan kekesalannya juga pada teman satu kamarnya itu.

"Rasain, dipanggilin gak respon sih. Sakit hati tau nggak gue lo kacangin."

Angkasa cuek dan kembali melanjutkan memainkan ponselnya. Baru saja beberapa menit, benda itu kehabisan daya. Mau tidak mau Angkasa harus mengisi daya ponselnya. Tangannya hendak mengambil kabel pengisi daya namun, benda itu dengan sigap sudah berada di tangan Bayu.

"Bawa sini!" titahnya pada Bayu agar mengembalikan kabel pengisi daya tersebut.

Bayu pura-pura tak mendengarkan seruan Angkasa. Cowok itu tertawa terbahak-bahak menatap video di dalam ponselnya sembari sesekali memainkan kabel pengisi daya. Angkasa mulai merasa jengkel dengan sikap temannya itu. Cowok itu pun bangkit dan pergi meninggalkan Bayu setelah sebelumnya meletakkan ponselnya di atas meja dekat ranjang mereka.

Bayu merasa kalau Angkasa kesal dan kini tengah pundung dengan sikapnya. Benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Angkasa yang terlalu kekanak-kanakan. Bayu merasa ini bisa jadi karena masa lalu Angkasa yang bisa dibilang jauh dari kata baik.

Angkasa memiliki seorang adik bernama Samudera Laksmana Altair. Sapaan akrabnya adalah Sam. Menurut pengakuannya pada Bayu, keluarganya itu bisa dibilang pilih kasih terhadapnya. Terlihat jelas dari perlakuan kedua orang tuanya yang sangat memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Sam tetapi, sangat minim sekali pada Angkasa.

Nilai-nilai Angkasa dan Sam biasanya seringkali dijadikan tolak ukur perbedaan mereka. Dari segi akademik memang jelas terlihat bahwa Sam merupakan anak yang lebih unggul dari Angkasa, akan tetapi, melihat dari sisi non akademik, Angkasa jauh lebih unggul dari adiknya itu.

Bayu jujur sangat prihatin melihat sikap kedua orang tua Angkasa pada anak sulungnya. Menurutnya, dibandingkan dirinya yang yatim piatu, Angkasa bisa dibilang lebih beruntung. Akan tetapi, jika melihat situasi saat ini, Bayu bersyukur tidak bertemu dengan orang tua seperti orang tua Angkasa. Cowok itu bangkit dan segera menyusul Angkasa yang pergi ke luar kamar.

Tampak Angkasa yang duduk di dekat pos ronda yang berada di dalam komplek kost-kostan tersebut. Biasanya tempat tersebut digunakan mereka untuk berjaga agar keamanan kost tetap terjaga mengingat beberapa hari yang lalu komplek kost lain yang berada tak jauh dari komplek kost mereka dirampok oleh segerombolan perampok.

"Sa, lo marah ya sama gue?"

Angkasa masih diam membisu. Ia mengamati langit malam yang penuh dengan bintang. Bayu langsung duduk di sebelah Angkasa. Keduanya diam sejenak, menyambut semilir angin malam yang melewati tubuh mereka. Bayu membuka obrolan dan berusaha membujuk Angkasa agar tidak marah lagi padanya. Terkesan seperti anak-anak, namun, hanya ini yang bisa dillakukannya.

"Gue traktir ya, tapi, lo jangan marah lagi sama gue, ya?"

Angkasa masih saja diam. Cowok itu tak merespon sama sekali pertanyaan teman satu kamarnya itu. Bayu yang mulai kesal pun langsung saja menarik tangan Angkasa untuk ikut bersamanya.

* * *

Jalanan sangat sepi. Hanya terlihat beberapa pedagang kuliner malam di sekitaran jalanan kota Bandung. Dampak pandemi saat ini memang membuat mereka semua harus memutar otak agar dagangan mereka cepat habis.

Bayu dan Angkasa mulai menelusuri jalanan kota Bandung untuk sekedar mencari cemilan untuk makan malam mereka. Dengan langkah gontai, Angkasa mengikuti setiap langkah Bayu yang celingukan memandangi setiap dagangan yang ada.

Dagangan yang ada beragam sekali mulai dari nasi goreng, sate ayam, mie ayam, martabak manis dan sampai dengan wedang ronde. Membayangkannya saja sudah membuat Bayu berkali-kali menelan salivanya.

Kegiatan ini sudah surga baginya meskipun Ia harus merelakan program diet yang dijalaninya rusak karena kebiasaannya yang suka kelaparan di tengah malam.

"Eh, Bayu!" suara seorang gadis dari arah depan mereka. Bayu yang melihatnya sontak terkejut.

"Naura? Mau cari makan juga?"

"Iya nih, Kirana lagi pingin banget makan martabak. Entah kapan dia bisa ngidam makan martabak," jawab Naura sembari menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Angkasa membiarkan dua orang itu mengobrol cukup lama. Sesekali Ia menatap arloji miliknya. Bayu yang sadar kalau mereka sedang bertiga, Bayu langsung memperkenalkan Angkasa pada Naura.

"Ra, kenalin ini temen satu kamar gue, namanya Angkasa. Panggil aja Akash, jangan panggil sayang ntar baper lagi anak orang," ucap Bayu sembari cengengesan.

"Apaan sih lo Yu, garing banget tau nggak." Naura ikut terkekeh.

Cowok itu tertawa terbahak-bahak namun, tidak dengan Angkasa yang masih diam sembari sesekali memperhatikan jalanan kota Bandung yang gemerlapan. Pikirannya berputar pada pertanyaan Mr Smith yang masih saja menghantuinya.

Diamnya Angkasa sedari tadi bukan hanya karena rasa kesalnya terhadap Bayu, melainkan juga rasa bimbangnya memilih jawaban atas pertanyaan dari Mr Smith.

Angkasa berharap Ia akan segera menemukan jawabannya.

TBC

Bojonegoro, 5 Agustus 2021

IMPERFECTUM [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang