Pengorbanan memang menjadi bagian yang paling berat dalam kehidupan seseorang karena, ada pertimbangan yang ada di dalamnya.
- Kirana Larissa -
Kesunyian kembali hadir antara Angkasa dan Kirana. Ucapan Angkasa barusan sepertinya membuat gadis itu merasa canggung. Cowok itu tahu jawaban apa yang hendak gadis itu berikan. Ia sangat yakin gadis itu menolaknya.
"Saya minta maaf kalau ucapan saya menyinggung perasaan kamu," ucap Angkasa sembari tertunduk malu.
Kirana masih terdiam. Sedetik kemudian gadis itu mulai membuka suara.
"Sebenarnya ada sesuatu juga yang mau saya ceritain ke kamu. Tapi, sebelumnya kamu bisa jaga rahasia ini?"
"Saya berjanji menjaganya," ucap Angkasa perlahan. Pandangannya tak lepas memandangi wajah Kirana.
Gadis itu tersenyum. Ekspresinya juga terlihat seperti mencoba mengumpulkan keberanian dan berharap penuh pada Angkasa untuk menjaga rahasia ini—kepercayaan yang diberikannya pada cowok itu benar-benar bisa dirasakan secara langsung oleh Angkasa.
"Sebenarnya selama ini saya menaruh perasaan pada sosok Bara Abhisar, apa kamu mengetahui siapa Bara Abhisar?"
Angkasa mencoba mengingatnya. Sekelebat teringat pembicaraan beberapa teman-teman kos-kosan yang membahas mengenai sosok pengusaha muda ternama bernama Bara Abhisar.
"Saya mengingatnya, apakah dia seorang pengusaha muda?"
Gadis itu mengangguk, "sekarang dia ada di dalam ruangan rapat bersama Kakak saya. Saya tak tahu sejak kapan saya mulai menyukainya. Entah kenapa bisa, padahal saya sendiri tak pernah melihat wajahnya. Selama ini yang saya ingat hanyalah suaranya. Dan itulah yang membuat saya selalu teringat dengannya."
Angkasa mendengarkan pengungkapan Kirana dengan seksama—Ia tak mau tertinggal satu pun kisahnya. Melihat senyum yang ditampilkannya ketika menceritakan mengenai perasaannya pada Bara membuat hati Angkasa terasa damai.
"Saya berharap suatu saat bisa kembali normal. Ingin sekali saya melihat wajahnya dan berjabat tangan langsung sembari menatap manic matanya. Namun, itu sepertinya hanya jadi khayalan belaka." Kirana menghela napasnya perlahan. Terlihat rona kesedihan di wajahnya.
Angkasa merasa iba dengan ucapan gadis itu. Ketidaksempurnaan yang ada padanya menghapuskan impian terbesar yang dipendamnya selama ini. Meskipun Ia belum mengalami keadaan tersebut, tetapi, Angkasa merasa kalau dirinya bisa membantu Kirana lepas dari kondisinya.
"Dan.....hal lain yang membuat saya harus mengubur harapan itu juga adalah Bara sudah memiliki calon pendamping. Dan ia adalah sepupuku sendiri. Saya yakin mereka akan bahagia. Dan pastinya dia adalah orang yang tepat dan juga terbaik buatnya. Mereka sama-sama sempurna. Bukan seperti saya yang cacat dan tak berguna ini," ucapnya sembari menitikkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECTUM [ COMPLETED ]
Roman d'amour[ Don't copy my story ] [ PLAGIAT HARAP MENJAUH!! ] [ Alert⚠ : Typo everywhere. Be careful ] [ COMPLETED ] [ Update setiap selasa, kamis dan sabtu ] [ 18+ ] [Disclaimer : terdapat adegan kekerasan yang tidak pantas untuk diikuti jadi bagi pembaca d...