T U J U H

101K 14.8K 423
                                    

Happy Reading
:)

"Kita pergi ke kantor, hubungi John untuk melacak lokasi Faniya." Ujar Kayasaka setelah dirinya memastikan kalau Faniya tidak ada di kost-annya. Sekretarisnya itu seolah lenyap dalam semalam. Membuat Kayasaka sedikit gusar karena Faniya kali ini tidak main-main.

Louis hanya mengangguk, lalu dia dan Kayasaka pergi ke perusahaannya yaitu K'Yeast Group yang bergerak di bidang perbankan dan wirausaha mandiri. Kayasaka menggeluti bidang ini hampir 10 tahun lamanya. Dari awal merintis karir dia mengerjakannya hampir seorang diri.

Kayasaka terlalu riskan meminta bantuan orang lain. Dia terbiasa hidup dengan aturan dan caranya sendiri. Bisa dibilang, rasa empatinya sudah mati, egoisme sudah menyelimutinya sampai ke pangkal nadi. Menjadikannya sosok dingin dan keras kepala yang tak suka dengan bantahan dan kekalahan.

Hanya Faniya orang pertama yang bisa melewati batas-batas egoisme itu. Sosoknya yang mirip seseorang dihidup Kayasaka membuat lelaki itu tak sungkan menerima semua bantuan dan kehangatan Faniya. Dan sekarang, gadis itu ingin pergi. Kayasaka tentu tak bisa merelakannya begitu saja. Selama ini dia sudah cukup menerima begitu banyak kehilangan. Dia tidak ingin lagi merasakan sepi yang menyusup di sela-sela sumsum tulangnya.

"Kau di mana Faniya?" Kayasaka gusar, berkali-kali menghubungi nomor yang bahkan dia hapal diluar kepala. Tapi lagi-lagi tak ada sambungan, tak ada nada dering atau semacamnya. Faniya benar-benar memutus semua akses yang Kayasaka miliki untuk melacak lokasinya.

Di kantor, Kayasaka langsung pergi ke ruangannya di dampingi Louis. Di sana sudah ada seorang lelaki yang nampak berdiri di depan Kayasaka takut. Kemejanya yang kusut menandakan pekerjaannya yang tidak berjalan dengan lancar dan damai.

"Katakan apa yang kau dapatkan, John."

"Lokasinya tidak terlacak, Tuan. Bahkan terakhir kali ponselnya hanya menunjukan lokasi rumahnya yang biasa."

Kayasaka menatap John dingin. Direktur bagian IT itu mendadak merasa merinding. Dia tak berani menatap kilatan mata hazel yang marah itu.

"Pergilah. Aku berikan hari libur gratis untukmu."


Kayasaka menepuk pundak lelaki itu, berjalan melewatinya untuk masuk ke ruangannya lebih dalam.

John membeku. Tak senang sama sekali mendengar kalimat itu. Kalimat yang secara tidak langsung menyatakan pemecatan tidak terhormatnya. Dengan langkah gontai, lelaki itu pergi meninggalkan Kayasaka dan Louis di dalam sana. John harus berlapang dada, setidaknya kali ini hanya pekerjaannya saja yang melayang dan bukan nyawanya sendiri.

Di dalam ruangan bernuansa navy dan abu-abu itu, Louis termundur. Sudah memperkirakan bom dalam diri Bossnya yang akan meledak sebentar lagi. Dan benar saja, Kayasaka mengamuk, membanting semua barang yang ada di meja marmer ratusan jutanya. Tak peduli dokumen berharga milyaran macam apa yang akan terancam rusak karena kemarahannya saat ini.

***

Zavier masih tertegun di tempatnya. Tak mengindahkan gadis cantik yang menawarinya untuk mengganti rugi. Tapi sedetik kemudian, otak jeniusnya kembali menemukan kesadaran.

"Apa tidak ada ganti rugi lain selain uang? Uangku sudah terlalu banyak, Nona."

Emily mendelik, lelaki yang cukup sombong pikirnya.

Be the Wife of A Cruel Antagonist [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang