1.

132 7 0
                                    

Hubungan ku di sekolah tak begitu banyak akrab dengan orang. Aku sampai tak tau bahwa banyak orang begitu ingin mengenalku. Saking tak pedulinya aku akan hubungan pertemanan, membuat aku selalu diam di dalam kelas dan tak tau gosip-gosip apa yang sedang panas saat ini.

"Eh ji, kamu udah ada kelompok sejarah belum?"

Aku yang sibuk akan membaca novel di hp, seketika mengalihkan perhatian. Lalu menatap wanita yang mengajakku berbicara.

"Kelompok sejarah? Sejarah yang mana dulu nih? Kan ada dua sejarah."

"Sejarah peminatan, ji. Udah ada kelompok belum?"

Aku menggeleng, binggung karena aku tak tau bahwa sejarah peminatan ada pekerjaan yang harus di wajibkan berkelompok.

"Bagus kalo gitu, kamu mau gak masuk ke dalam kelompok ku?" Tanya Lisa.

"Eh bentar! Tugasnya apa ya? Emang harus banget pakek kelompok, gak boleh gitu individu?" Ucapku menawar layaknya seorang pembeli pada sang penjual.

"Ck, emang kamu pikir apa? pakek di tawar-menawar segala. Inget ji, ini itu tugas sekolah bukan jual beli. Haha ada-ada aja kamu. Tugasnya, di suruh buat kajian tentang kerajaan yang ada di Indonesia ini. Nah kebetulan kita dapet kerajaan Sriwijaya, jadi gak terlalu awal banget untuk maju."

"Ohh gitu?"

"Iya! Mau gak sih kamu itu masuk kelompok aku?"

Aku menggaruk kepala, "emang siapa aja anggota kelompok kamu?"

"Setiap kelompok di suruh 4 orang. Anggota kelompok ku, ada aku, Yoga, terus sih Farhan."

Seketika bulu kudukku berdiri mendengar satu nama yang Lisa sebut barusan.

"Hmm... Kalo yang lain kelompok nya udah penuh semua ya?" Tanyaku dengan suara pelan.

Kelas yang sangat ribut membuat pendengaran Lisa agak kurang jelas.

"Ha? Apa?"

Ku naikan satu oktaf suaraku, "kelompok yang lain udah penuh semua?"

"Udah kali? aku juga gak tau. Tapi saran aku ya, mendingan kamu masuk ke kelompok aku, mudah kok materinya udah di cari sama Yoga dan Farhan. Palingan tinggal ngapal aja. Kalo gak percaya tanya sama sih Yoga."

Yoga yang kebetulan lewat di depan barisan mejaku, langsung menghentikan langkah kakinya. Kemudian duduk di atas mejaku.

"Kenapa nih, nama ku di sebut-sebut?"

"Itu..."

Dengan cepat aku memotong ucapan Lisa, "kamu itu kebiasaan banget sih duduk di atas meja orang. Tau gak di laci meja aku itu ada Al-Qur'an nya." Marahku pada Yoga dengan suara sangat besar.

Yoga hanya bisa tersenyum masam, lalu berdiri. "Maaf kali, aku kan gak tau. Lagian kamu juga salah, orang lain pada ngumpulin Al-Qur'an mereka di dalam lemari kelas. Lah kamu malah narok di laci meja." Kesal Yoga yang malah menyalahkan ku balik.

Aku hanya bisa menatap yoga sinis, "ck.."

"Takut mungkin ga, sih Jihan. Al-Qur'an nya kan bagus." Celetuk sih Farhan yang memang notabene nya mulut seperti perempuan.

Tempat duduk Farhan memang berada di belakang ku, sedangkan Yoga tempat duduknya berada di depanku.

Aku duduk di barisan ke dua, jadi wajar kalo hatiku sering merasa panas juga jengkel akan keberadaan mereka berdua. Berbeda dengan Lisa, dia duduk di meja urutan kedua dan barisan ke dua sama seperti ku. Aku duduk berdua dengan Lena kembaran sih Lisa. Cuma bedanya sih Lena lebih banyak diam, sedangkan Lisa lebih suka berceloteh ria. Jadi wajar kalo aku lebih banyak diam di kelas, kecuali sedang beradu mulut dengan kedua mahkluk yang selalu membuat ku kesal.

KENAPA SIH HARUS KAMU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang