7.

16 3 1
                                    

Selamat membaca...

.

.

.

Entah kenapa hari ini aku merasakan ada perasaan yang aneh entah datang darimana. Akhh ya! mungkin saja perasaan itu datang dari atas apa yang terjadi kemarin saat pengambilan nilai ujian praktek olahraga. Entah mereka akan mengejek ku atau tidak? Atau mereka akan bertanya-tanya padaku?  Dan mungkin mereka akan melihat ku dengan tatapan jijik?

Sungguh rasa kegelisahan ini selalu ku rasakan setiap aku melangkah mendekati ruang kelas. Akhirnya ku beranikan diri menatap ke arah kelas, yang di mana dapat ku lihat ada satu orang laki-laki sudah berdiri tegap menatap ke arah gerbang di mana tempat siswa mulai berdatangan.

"Aduh pakek acarah ada yang udah dateng lagi. Siapa sih yang orang itu, padahal aku niatnya pengen dateng pagi biar gak ada orang. Tapi ini malah... Akh udah deh, ayo Jihan berani dikit napa!"

Gumamku dalam hati, sambil melangkah menaiki anak tangga. Pandangan ku menunduk agar aku tak dapat melihat wajah siapa yang pertama kali datang di kelas.

Pelan-pelan lalu ku cepatkan langkah kaki saat hampir sampai pintu kelas berwarna oren terang. Itu ku lakukan agar orang itu tak melihat wajahku yang mungkin memerah menahan gugup serta malu.

....

Author POV...

1 menit sebelumnya...

"Wihh belum pada dateng kayak." Ucap yoga saat memasuki kelas."

Ia meletakkan tasnya di atas meja, kemudian menyalakan AC untuk mendinginkan ruangan. Kebetulan sekali hari ini terasa panas, bahkan sinar matahari pun sudah berhasil menyinari separuh atap sekolah.

Setelah AC di nyalakan, yoga pun keluar kelas sambil menutup pintu agar ruang menjadi cepat dingin. Baru juga berdiri di depan teras kelasnya, matanya dapat melihat dengan jelas bahwa Jihan datang melangkah menaiki anak tangga yang berada di depan ruang guru.

Dengan berpura-pura, Yoga bermain hp. Tapi saat langkah kaki Jihan semakin mendekat, ia pun akhirnya...

"Aku kira kamu hari ini gak masuk? Padahal aku berharap banget kamu itu gak masuk, biar enak dikit aku bernapas di kelas." Cetus Yoga menghentikan langkah kaki Jihan.

Jihan yang awalnya menunduk, kini menatap Yoga sinis. "Seharusnya aku yang berharap kamu gak masuk. Jadi gak ada yang buat kesel aku hari ini." Balas Jihan ketus, lalu terus melanjutkan langkahnya kembali masuk ke dalam kelas.

Yoga yang mendengar jawaban Jihan, tersenyum tipis. "Ce-elahh...harapan loh tinggi banget dah. Aku dak akan pernah libur di sekolah ya. Buktinya absensi ku gak ada tu tinta pena merah."

Ucap Yoga di ambang pintu sambil memperhatikan apa yang di lakukan oleh Jihan.

"Terserah."

Jawab Jihan dengan sarkas dan sinis lalu melipat satu tangannya di atas meja untuk di jadikan bantal sandaran kepalanya. Dengan lihai jari lentiknya memainkan handphone yang sudah 2 tahun di pakainya. Yoga yang melihat itu mendesah lirih karena tak bisa lagi mendengar suara Jihan. Ia pun akhirnya memutuskan untuk duduk, walaupun ia tak bisa melihat apa yang Jihan lakukan tapi hatinya sudah merasa tenang.

Saat mereka berdua asik dengan diri sendiri, Lena dan Lisa masuk ke dalam kelas. Lena yang bertugas sebagai ketua kelas langsung menegur mereka berdua dengan nada bicara yang kesal.

"Kenapa kalian disini?"

Yoga yang sedari tadi berdiam diri langsung menatap Lena tajam. "Ya emang gak boleh? Lagian juga mau kemana, ini masih jam 6 lewat 5 menit." Sarkas Yoga merasa terganggu dengan kehadiran Lena.

KENAPA SIH HARUS KAMU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang