9. Soal Cinta

632 44 5
                                    

Gue dan Tora udah berapa minggu pacaran, walaupun rasanya aneh banget. Pacaran dengan Tora kadang datar banget, iya datar banget. Ya gue cuman pengalaman pacaran 1 atau 2. Tapi pada asik semua, cuman dia yang datar.

Senyuman yang selama ini gue liat tiap hari dulu, gue merasa itu tulus banget. Tapi pas sama gue kayaknya maksa. Lo pasti bisa tu senyuman maksa sama senyuman tulus. Kalau lo ngeliat dia tiap hari, lo pasti tau.

Tatapan mata dia waktu dia ngeliat Vina, itu benar benar berbeda pas natap gue. Sebenarnya dia jadian sama gue kenapa? Apa cinta gue terbalas? Atau cinta sepihak? Seharusnya gue dari awal tau, kalau Tora gak akan suka sama gue, gue tau kalau Tora sukanya sama Vina. Iya gue tau kok. Cuman gue polos aja berfikir kalau dia menyukai gue.

Gue ingin putus, tapi satu sisi gak ingin melepaskannya. Tapi percuma aja bertahankan bangunan yang kokoh, jika itu dia betul-betul lapuk. Kenapa gak di bangun aja? Kenapa gak di betulin aja? Kalau ngebangun dan ngebetulin itu mudah, gue bakal milih itu. Tapi itu gak bisa secara langsung, hatinya utuh buat Vina. Rasanya percuma aja di pertahanin.

Gue memasuki kelas yang udah mulai rame, langsung berjalan kearah bangku gue. Disana udah ada Rehan, cowok yang baru aja menyerah akan soal cintanya. Dia nembak cewek, si cewek cuman bilang makasih. Cowok bisa juga digantungi.

"Yo!" sapa gue.

"Assalamualaikum," ujarnya.

Gue melirik kearah dia,"Iya deh, lo abis nyerah sama si doi, langsung alim ya."

"Gak usah bahas-bahas doi, doi mah masa lalu. Gue mau fokus belajar."

"Belajar apaan?"

"Belajar mencintai dengan baik," ujarnya dan gue ketawa miris.

"Belajar dicintai kalau lo cocoknya," ujar gue dan dia menatap gue dengan tatapan tajam.

"Iya deh iya, lo tukang ngata ngatain, teman galau malah ngata ngatain. Itu teman?"

Gue gak mendengar apa yang dikatakan Rehan, gue melihat dari jendela kelas, Tora dan Vina goncengan. Itu bagus bukan? Ah tapi jangan negatif thinking dulu, mana tau Tora nggak sengaja lewat dan ketemu Vina, akhirnya mengajaknya bareng ke sekolah. Iya mungkin itu.

Gue menatap mereka, ah mereka memang cocok. Gue bisa melihat Tora bercanda dengan Vina, cowok itu menatap Vina dengan tatapan lembut, sedang Vina tertawa dengan merdunya. Mereka benar-benar cocok.

"Kayaknya bakal ada yang senasib dengan gue nih," ujar Rehan.

"Beda. Gue udah jadi pacarnya, atau mungkin tepatnya pacar-pacaran?" ujar gue menatap ke meja.

"Jangan galau, pagi udah galau aja," ujarnya.

"Gue gak galau, cuman terbesit buat galau aja."

"Terserah lo kate aje. Eh besok perpisahan, lo datang?" ujar Rehan.

"Datang, katanya tempatnya besar."

"Lo mau lihat karena tempatnya besar? Gue sih nggak soal itu, kalau gue karena makanannya gratis."

"Siapa?"

"Gue lah."

"YANG NANYAAA!" teriak gue.

Dia cuman kesal sendiri, Rehan kayaknya cocok buat pelampiasan amarah gue.

"Oke balik ke inti masalah, perpisahan ya? Gue udah sering kali berpisah," ujar gue.

"Jangan bawa bawa masalah percintaan kau disini!" keluar logat bataknya. Cowok bermarga Siregar ini kadang bercanda, dibully, lucu, tapi kalau marah pakai "kau"

Clumsy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang