10. Perpisahan & Teka-Teki

465 34 7
                                    

Gue berjalan menuju gedung yang di sana bakal diadakan perpisahan sekolah gue. Semakin dekat gue dengan gedung itu, semakin dekat juga hati gue, gak gue bercanda. Semakin dekat, gue melihat hanya beberapa orang. Tapi gue positif aja sih, mungkin mereka lagi di jalan atau jalannya macet. Iya gue mah optimis.

Dan beberapa menit setelah gue menunggu, muncullah sosok cowok dengan tinggi lebih tinggi daripada gue, dan berjalan menuju kea rah gue.

"Dimana yang lain?" Tanya Roy.

Gue cuman mengangkat bahu menandakan kalau gue gak tau sama sekali.

"Daritadi lo disini?" Tanya Roy dan gue mengangguk.

"Dari jam berapa?"

"Jam 7." Jawab gue singkat dan padat.

Dan suasana menjadi awkward, gue dan Roy hanya sibuk dengan hp masing-masing, dia memasang earphonennya dan menyetel lagu, ya gue rasa itu sindiran buat gue agar gak mengajak dia ngobrol sama sekali. Dan satu lagi, gue juga gak bakal ngajak dia ngomong kan? Ya allah, ni anak pede banget diajak ngobrol.

Gue melihat-lihat sekitar gue, tapi gak ada satupun kawan gue muncul sama sekali, anak-anak kelas gak ada keliatan batang hidungnya, dan gue harus sama Roy nunggu di sini? Gue gak tau kesialan apa lagi yang bakal terjadi.

10 menit udah berlalu, tapi Roy tiba-tiba nyanyi,"30 menit kita di sini, tanpa suara. Dan aku resah, harus menunggu lama, kata darimu."

Karena dia bernyanyi, entah kapan gue mengikuti alunan lagunya,"Mungkin butuh kursus merangkai kata, untuk bicara. Dan aku benci, harus jujur padamu, tentang semua ini."

Tiba-tiba Roy melihat ke arah gue, sambil bernanyi dia menatap gue dengan matanya yang cokelat kelam."Jam dindingpun tertawa karena ku hanya diam dan membisu, ingin ku maki diriku sendiri, yang tak berkutik di depanmu. Ada yang lain di senyummu, yang membuat lidahku gugup dan tak bergerak. Ada pelangi di bola matamu, dan memaksa diri tuk bilang, 'aku sayang padamu'."

Entah kenapa dada gue berdebar, ini bukan karena dia nyanyi di depan gue kan? Gue tau suaranya merdu, tapi kenapa harus di depan gue? Dan ada apa dengan ekspresi mukanya, kenapa begitu memelas tetapi serius?! Dan satu lagi, kenapa ketika dia mengatakan 'aku sayang padamu', ekspresi mukanya serius?!

Gue mundur selangkah karena merasa Roy mendekat, dan dia tiba-tiba melepaskan earphonenya, dan menatap gue dengan tatapan datar,"Sorry gue lagi latihan buat nampil nanti, ya penghayatan sih. Maaf kalau buat lo risih. Lo kan udah punya Tora, nanti tu anak marah sama gue."

Badan gue menegang ketika mendengar nama Tora, dia ya? Gue gak yakin dia masih ingat sama gue, karena saat ini, gue melihat dia berangkat ke sini bareng Vina. Gue sama dia gak chat lagi via apapun, akhirnya gue minta putus dan dia nerima dengan lapang dada. Malah mungkin senang? Sekarang gue bisa melihat, dua sejoli itu tersenyum seperti orang yang kasmaran.

"Udah putus rupanya." Ujar Roy dengan suara datar.

"Bukan urusan lo juga kan?" Tanya gue.

"Iya bukan urusan gue, tapi menyangkut lo itu urusan gue." Ujar Roy dan meninggalkan gue sendiri.

Maksudnya apa coba? Urusan gue urusan dia? Gue nyangkut dia ngurusin gue gitu?

***

Sekarang gue lagi disituasi yang sama sekali gak gue inginkan, ketika gue mau masuk ke gedung tersebut, teman-teman gue yang cewek rupanya udah berjaga di depan pintu dan melihat gue dengan tatapan yang gue yakinkan bakal banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka.

"Woi cari tempat duduk, tanya-tanya ni anak! Asik mojok sama Roy ya lo! Putus sama Tora nyari yang kece langsung, ajaib dah." Ujar Oki sambil menepuk nepuk punggung gue.Remuk dah ni punggung.

Oki menarik kuat dengan kasar, badannya yang besar membuat gue ditarik dengan kasar tetapi ringan. Gue melihat teman-teman gue melambaikan tangannya, dan Oki berjalan cepat menuju kesana.

"Nah ini udah duduk ya, sekarang ceritakan!" ujar Weni.

"Mau diceritakan darimana?" tanya gue.

"Prolog, isi, epilog!" ujar Oki.

"Gue nunggu, dia datang, kami diem, dia nyetel lagu, gue ikuttan nanyi, dia ngeliat gue sambil nyanyi dan dia bilang dia lagi latihan dan butuh penghayatan. Udah gitu aja kok." Ujar gue.

"Pembohong! Lo gak bisa bohong," ujar Oki.

"Iya! Oki adalah inforwoman terbaik kita, Sera! Lo gak boleh menutup-tutupi! Jujur SERA! JUJUR!" ujar Lia sambil menggoncang-goncangkan tubuh gue.

"GUE UDAH JUJUR LIAAA!" teriak gue marah dan semua yang ada disana melihat gue. Ya, mau diletak dimana muka gue?!

Karena teriakkan gue tadi, mereka akhirnya pada diem dan memilih duduk rapi.

***

Acara pertama hanya pembukaan dari orang-orang yang ternama dan acara yang formal lainnya. Gue menunggu-nunggu untuk acara pulang. Dan itu bagi gue rasanya lama sekali. Sekarang lagi persiapan untuk band Roy maju, dan gue bisa dengar dia masih ngomong-ngomong sama anak kelas yang cowok, meminta izin dan meminta doa untuk nampil.

Ketika gue merasa dia udah pergi ke panggung, gue malah mendengar suara,"Lo gak doain gue biar lancar gue tampilnya?" tanya Roy di belakang gue.

"Gue doain deh, buruan maju sana. Biar cepat selesai ni acara!" ujar gue jutek.

"Bilang aja gak sabar buat liat gue nampil kan," ujarnya dan mengacak rambut gue.

"Sumpah tu anak ngeselin banget," gumam gue.

Dan kalian tau apa yang terjadi? Semua mata cewek di kelas gue pada liat ke arah gue semua.

"Ngeri Sera nih!"

"Sok-sok nolak, padahal mau tuh!"

"Mereka berdua lucu loh!!' Gue cuman menghela nafas dan melihat kearah mereka,"Terserah kalian saja~"

"Tes-tes-tes. 1 2 3." Ujar suara yang di atas panggung dan mengangguk ke tempat abang-abang yang nyetel-nyetel. Gue gak tau namanya apa.

Alunan lagu yang tadi pagi terdengar lagi di telinga gue, ekspresi wajahnya susah ditebak bagi gue, entah kenapa ketika dia bernanyi, dada gue berdebar. Apa karena lagunya? Suaranya yang cempreng, tetapi berat, begitu nyaman ditelinga gue. Semua orang tepuk tangan ketika dia nampil, dan gue ikuttan tepuk tangan. Tapi entah kenapa, gue merasa dia tersenyum ke arah gue.

"Sera, dia tersenyum ke arah lo." Ujar Oki

"Ki, cewek di sini banyak, gak mungkin dia senyum ke arah gue aja. Lo jangan ngada-ngada."

Lagu pertama telah habis, dan dia lanjuttin lagu kedua. Nada awal lagu tersebut gue yakin itu jazz, tapi gue gak tau itu sama sekali lagu siapa.

"Itu lagu Tompi – Aku Jatuh Cinta," ujar Oki dan gue cuman manggut-manggut.

Lagu yang dia bawakan sekarang begitu asik, gue gak tau kalau dia bakal bisa bawa penonton mengikuti alunan lagu yang asik. Gue kira dia cuman bisa mellow-mellow doang. Lo tau, entah kenapa hari ini gue merasa berdebar setiap dia melihat gue dengan matanya yang cokelat lekat tersebut.

"Oki, gue boleh cerita?" tanya gue.

"Cerita apa?"

"Teka-teki di kehidupan gue bertambah. Dan teka-teki ini sedikit mempermainkan perasaan."

Clumsy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang