#3

9 5 9
                                    

+ mulai dari part ini, sudut pandang yg dipake itu dari author ya. Jadi jangan heran kalo yg awalnya nama Bagus jadi Gilang, ataupun Rajen, karna namanya Bagus sendiri memang sengaja dibuat begitu. Okei kalo gitu, Selamat membaca semua!

Enjoy ya sama ceritanya~



















Andita pikir, hanya kelasnya saja yang diabsensi oleh kepala sekolah, ternyata seluruh kelas dan dengan peringatan yang sama. Itu semakin memperkuat pendapat Andita, bahwa pada saat Pak Steven makan, Beliau membuka topeng Kaonashi-nya.

Tapi walaupun begitu, masih banyak yang ingin tahu bagaimana wajah kepala sekolah ini. Waktu upacara penyambutan, Beliau memberi tahu umurnya, kalian mau tau umurnya berapa? Dua puluh empat tahun. Bayangin, diumur semuda itu udah jadi kepala sekolah? Hebat.

Sekarang sudah seminggu Beliau menjamah sebagai Kepala Sekolah Kisantri.

Harini, hari dimana upacara diselenggarakan, alias hari senin. Tepat pukul 06.30, upacara sudah dimulai. Dari ujung halaman siswa siswi sudah bisa melihat, yang memimpin upacara harini adalah Pak Steven dengan topeng Kaonashi-nya.

Berjalan tepat tiga puluh menit, matahari semakin terik dan disaat itu pula Pak Steven berdiri didepan semua siswa siswinya, membaca Pancasila diikuti seluruh siswa siswi, kemudian berlanjut untuk amanat pembina upacara.
Semua siswa yang ada beristirahat ditempat. "Cek 1 2 3".

"Ekhem, selamat pagi semuanya". Ucap Pak Steven

"Pagi paakkk". Balas seluruh murid

"Seperti yang kalian semua tahu saya sudah memberitahu kalian semua, bahwa jangan pernah memasuki ruangan saya bila ada papan 'Sedang Makan^^!', betul?". Ucap Beliau dibalik topeng tersebut

"Betul Pak"

"BERARTI KALO LAGI MAKAN TOPENGNYA DIBUKA YA PAAAKKKK??". Bukan, bukan Andita yang teriak tapi anak kelas sebelah, tapi Andita gatau itu siapa, yang pasti sih cowo.

"Saya belum selesai berbicara". Ucap Beliau dengan penuh penekanan, otomatis seluruh warga sekolah yang mengikuti upacara menunduk diam, termasuk pada guru dan staff lainnya.

"Baiklah saya lanjut. Kenapa saya memberitahu kalian semua secara satu persatu? Dikarenakan kalau saya berbicara seperti ini pasti akan ada murid yang tidak memperhatikan. Juga saya tidak suka diganggu bila makan. Ini juga berlaku kepada guru dan staf ya".

Dalam hati Andita berbicara, "wah gila ini guru"

Setelah itu Pak Steven selesai berbicara dan upacara diselesaikan.

🐰

Jam istirahatpun dimulai, Andita beserta dua kawannya—Gilang dan Kai—makan bersama dikelas. Mereka biasa membawa bekal dari rumah.

"Jen, lu bawa apaan?". Kai mengintip bekal Rajendra yang ada dimeja.

"Nasi merah sama sosis doang, jangan minta ntar gue kurang!"

"Dih. Lu bawa apa na?". Kini beralih ke Andita yang baru saja mengeluarkan kotak bekalnya.

"Rendang. Kalo lo mau minta nasi nya aja, jangan daging ama bumbunya, gue doyan!". Ucap Andita seakan tau apa yang diinginkan oleh Kai

Mengdengus sebal, "Pelit lo pada!". Seolah tak mendengar dengusan Kai, Gilang dan Andita menyantap bekal mereka.

Setelah selesai, mereka masih diam berada dikelas, gabut. Masih ada sisa sekitar lima belas menit lagi untuk masuk.

"Gus, lo pernah suka ama cewe ga?". Tanya Andita tiba-tiba

"Pernah, dulu sih pas masih sd".

"Tapi ditolak ama cewenya dua kali malah". Balas Kai, Andita menoleh kaget. "Yang bener lo njir?"

"Iya gitu, terus yaudah". Andita membulatkan mulutnya tanpa bersuara.

Hening.

Tok tok tok!

Seketika mereka menoleh ke arah pintu, ada seseorang yang ntah mencari siapa.

"Nyari siapa?". Ujar Andita

"Emm ada yang namanya Andita? Disuruh ke ruang guru, dicari Bu Sri". Ucapnya lalu pergi begitu saja. Bu Sri adalah wali kelas XI-IPA1

"Hayolo na, lo buat masalah ya??". Goda Kai sambil menyolek nyolek pundak Andita.

Menggeleng kuat, "Ngga ya njir"

"Yaudah sana ke Bu Sri". Usir Gilang

kepsek, soobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang