[23] Dark

5.3K 852 93
                                    

Mikasa mengerang, membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mikasa mengerang, membuka mata. Tidak ada yang terlihat olehnya. Matanya menjadi buta oleh kegelapan di sekeliling, dan yang bisa dia lakukan hanya mendengarkan--dan merasa.

Dia tahu, dia sedang duduk di atas sebuah bangku kayu. Tubuhnya terikat erat di situ, sebuah kain menutup matanya, tak ada satu pun di antara tangan dan kakinya yang bisa digerakkan. Tapi dia tahu bahwa dirinya masih berpakaian lengkap. Tidak menjamin apa-apa, namun setidaknya membuatnya sedikit merasa lega.

Hal terakhir yang Mikasa ingat adalah dia ikut dengan Eren pergi ke perusahaan untuk mengurus movie terbaru Eren yang sudah rilis. Mikasa ingat, saat itu Eren memintanya untuk bersama Jiro karena Eren harus menemui sang direktur seorang diri. Lalu setelah itu--Kirika muncul dan membuat Mikasa pergi menghindar dari wanita itu dan ditengah aksinya melarikan diri, sesuatu memukul tengkuk Mikasa yang membuatnya pingsan. 

Saat itu Mikasa panik, tidak mengingat bahwa ada Jiro diruangan itu. Dia hanya berfikir bahwa dia harus lari, lari dan lari. Mikasa tidak boleh tertangkap, tapi pada akhirnya dia tetap tertangkap. 

Dia mencoba menggerakkan tangannya. Tidak memberi pengaruh. Tali yang mengikatnya jelas cukup kuat untuk menahannya, permukaannya yang kasar menggesek kulitnya, dan dia tahu akan ada bilur di sepanjang bagian yang dikelilingi tali itu. Jika Mikasa bergerak sedikitpun, tali kasar itu akan semakin menggesek kulitnya membuat rasa perih itu muncul.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, semampu yang bisa dia lakukan di bawah tekanan tali yang membebat dadanya hingga menempel ke sandaran kursi. Tenang, Mikasa tidak boleh panik. Itu percuma. Dia harus memikirkan bagaimana cara terbebas dari jeratan tali ini walau rasanya sangat mustahil.

Cklek

Saat kemudian suara pintu terbuka terdengar, dia sempat tersentak dan dengan refleks menegakkan tubuh; siaga. Mempertajam pendengarannya kala suara langkah kaki menggema dan kian mendekat ke arahnya.

"Tertangkap"

Suara itu, Mikasa sangat mengenalnya. Suara sang ibu, sosok yang melahirkan Mikasa. Juga sosok yang sudah memberi Mikasa luka.

"Lihat, sejauh apapun kau kabur, pada akhirnya kau kembali ke mansion ini. Sadarlah bahwa tempatmu berada disini"

Mikasa bisa merasakan tetesan keringat dingin yang mengalir turun di punggungnya, tapi anehnya, rasa cemasnya tidak cukup hebat untuk membuatnya menggigil ketakutan. Dia hanya--entahlah, mungkin mati rasa cukup untuk menggambarkan kondisinya.

"Dunia luar bukan tempatmu, jangan berharap kau bisa merasakan kebebasan. kau akan selamanya terkurung demi mempertahankan nama baik Kirika dan Ackerman"

Mendengar ucapan itu, entah mengapa membuat sesuatu dalam diri Mikasa terasa panas da membakar. Seolah dia tidak terima dengan perkataan yang keluar dari sang Ibu. 

"Kehidupanku ditentukan oleh diriku sendiri, bukan dengan kalian"

Mikasa berucap, walau suaranya terdengar sedikit lemah. Dapat dia dengar kekehan yang menyambut. 

Black Rose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang