Rintihan mega dengan balutan senja yang terlihat samar itu, tak lupa kemurkaan langit beserta semesta yang mengikutinya, menuntun gadis bersepatu hitam pudar dan rambut sebahu yang dibiarkannya terurai untuk memasuki taman pustaka.
Diliatnya, kanan, kiri, samping, depan, tak begitu ramai. Setiap sudut tersemat mereka yang sedang mengulik ilmu, hening, tanpa perdebatan suara.
Bangku kosong pada baris ketiga, yang memang dibiarkan begitu saja seperti sudah digunakan sebelumya karena terlihat dari tatanan bangku yang tak rapi, disanalah tempat tujuan Kaluna untuk mendaratkan jasmaninya.
Ketika kantung berbentuk persegi panjang dengan motif batik sudah terpaku di meja, Kaluna bergegas mencari sumber informasi guna menyelesaikan tugas ekonominya.
Rak berwana coklat yang didesain modern kini sudah mengepungnya, menampilkan deret demi deret kertas tebal yang sebagian tak terjamah, segeralah tanganya menelusuri kesana-kemari.
Kaluna membaca kepala karangan satu demi satu, hingga di ujung deret, yang dicarinya, menangkapnya.
Tubuh Kaluna menegang kala mendapat sosok di sebrangnya, bahkan hanya melihat dari sela bacaan-bacaan tebal yang tak tertata baik adanya.
"Bawa aja, kamu lebih butuh."
Dia, pemuda itu. Terlihat hidup dengan baik, batin Kaluna.
Pemuda dengan mata tajam bak elang, rahang tegas seperti pemimpin, netranya yang bulat sempurna, dan hampir tak ada cela yang menimpanya itu, melepaskan gengamannya pada buku ekonomi yang sudah tersentuh.
Kaluna menyadarkan dirinya yang sempat hanyut ke dalam siluet pemuda itu yang tampak indah walau tak terlihat dengan jelas, "Makasih, ya." Jawab Kaluna, berusaha menutupi semua rasa yang berkecamuk di dadanya.
Mungkin Kirino juga.
=
Jangan lupa tekan bintangnya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna: tidak ada yang lain.
Fanfictionharuskah aku pulang? rumahku masih ada? ada yang menerimaku? atau apakah aku harus benar-benar meninggalkannya? meninggalkan rumah yang sempat menjadi alasan aku bangkit. masih bisa aku singgah, kaluna? -kirino. tokoh milik @sklokal -on going