lembar 8

17 4 0
                                    

Jam kantin sudah menunjukan pukul empat sore, menandakan sekolah telah usai, tetapi Kirino dengan santainya masih duduk bersenderan pada dinding kantin.

Matanya terlalu fokus menatap ponsel, hingga tak sadar di depanya terdapat Kaluna dengan wajah lesu dan rambut yang berantakan.

"No," panggil Kaluna, namun sepertinya Kirino tak menyadari panggilan Kaluna.

"Kirino," dan sama lagi, Kirino masih fokus dengan ponselnya.

"Ino..."

Kaluna nekat memanggilnya dengan panggilan yang digunakan khusus untuk kerabat terdekat Kirino sendiri.

"Hah? Ya, Ann?"

Julukan itu masih sama. Tidak tau reflek atau tidak Kirino mengucapkannya, kini keduanya sama-sama tersambar kilatan masa lalu.

Kaluna menyadarkan dirinya, lalu memberikan jaket milik Kirino sendiri.

"Makasih, ya."

"Yoi, duluan ya." Pamit Kirino dengan senyum manisnya.

Dan Kaluna hanya mengganguk, terpaku sudah ia dengan seringai tipis milik Kirino.

Kirino melintasi koridor dengan langkah tergesa seraya tangannya dipergunakan untuk memasangkan jaket pada tubuhnya.

Masih sama, Kirino ingat jelas. Parfum bayi. Kirino  membiarkan jaketnya terpasang rapat-rapat pada dirinya dengan aroma bayi yang menyeruak, tanpa berfikir apa yang ia lakukan menimbulkan perdebatan kecil.

"Jean, ayo!"

Kirino menyerahkan tanggannya agar Jean dengan mudah menaiki motornya. Dirasa sudah siap, Kirino segera melesat dengan motornya.

Hangat sore ini tak terasa, bahkan ramahnya kota yang biasa disebut kota pelajar itu serasa sirna, ada yang janggal.

Jeannya berbeda, ia sedingin malam. Membisu penuh misteri.

Sepuluh menit sudah mereka tempuh, kini rumah berpagar coklat muda sudah di depan mereka.

Jean menurunkan raganya dari motor Kirino seraya melepas kaitan yang ada pada helmnya.

"Je, kamu ga mau cerita apa gitu? Daritadi kamu diem, biasanya dijalan kamu bany---"

"Harusnya aku yang tanya ke kamu."

"Maksudnya?"

"Kamu gamau cerita?"

"Cerita?"

"Ga mungkin kan semalem kamu ga pergi, terus tiba tiba jaket kamu bau parfum bayi, mana ada bayi pake jaket seukuran kamu."

"Itu par---"

"Gamau cerita semalem kemana sama Kaluna?"

Kirino membisu.

"Aku gatau, ternyata kamu masih ada apa-apa sama dia," ucap Jean kembali.

Tepat pukul empat sore tadi, Jean melihat semuanya. Kaluna memberikan jaket Kirino dengan senyum hangat dan Kirino menerima jaketnya lalu membalas senyum Kaluna.

Sungguh, manis. Walau interaksi tersebut sebentar dan sekedar mengembalikan barang, mereka sukses membuat Jean iri hati.

Kirino ingin menyampaikan peristiwa kemarin malam saat bersama Kaluna, ia ingin terbuka. Namun, semua hal tak mudah untuk diceritakan, baginya cukup dirinya sendiri dan Kaluna saja yang mengerti. 

Kaluna: tidak ada yang lain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang