lembar 11

11 3 0
                                    

mau cerita bentar, bisa di skip kok

note: aku akhir" ini merasa, jika aku selalu menuliskan di setiap chapter untuk meminta vote dan komen, kesannya aku memaksa kalian untuk selalu suka sama apa yang aku tulis, padahal itu ga harus.

dan kadang aku merasa kalau aku nulis cuman buat vote & komen doang. walau sebenerenya vote & komen juga penting sih, padahal aku nulis karena ucapan syukur ke Tuhan.

udah, mau ngomong itu aja.

enjoy;

"Tunggu, mau ambil laptop."

Kaluna hanya mengganguk pasrah ketika Bayu menghilang sesaat untuk mengambil separuh jiwanya yang tertinggal.

Terpaksa Kaluna menyeret dirinya ke kantin. Menelungkupkan kepalanya pada tangan yang ia jadikan tumpuan.

Angin yang berlarian kesana kemari beriringan dengan sunyi yang menyelimuti hampir sebagian bangunan itu, sukses menghipnotis Kaluna. Ia semakin terkantuk-kantuk, sebelum indra pendengaranya menangkap seruan dari seseorang di depannya.

"Masih sayang?"

Kaluna melenggak, alisnya bertaut dengan senyum paksa yang tercetak jelas pada wajah mungilnya.

"Maksudnya?" Tanya Kaluna.

"Masih sayang, sama Kirino?"

Kaluna menghela nafas sembari mengalihkan pandangannya lalu kembali lagi menatap ke arah lawan bicaranya itu.

"Engga, udah kedaluwarsa."

"Bagus lah, yang kedaluwarsa emang seharusnya dibuang kan?"

Kaluna bangkit, berdiri tegap dengan mata tajamnya yang mengarah kepada insan di depannya itu.

"Lagian buat apa masih sayang? Pada akhirnya juga kamu yang menang."

"Kamu buat semua jadi rumit Kaluna."

"Not me, tapi kamu sendiri, Jean. Kamu yang rumit." Jawab Kaluna penuh penekanan pada setiap kata.

"Hampir setengah taun bareng sama dia, tau seluk beluk keluarganya dan masih berhubungan dengan keluarganya sampai sekarang, bahkan kemarin jaket dia kamu pakai sehari penuh. Susah buat percaya sama kamu, Kaluna."

"Iya, susah, bahkan kamu sendiri ga percaya sama Kirino."

Bertepatan dengan selesainya Kaluna menandaskan kalimatnya, Bayu datang dengan tangan kanan berisi laptop kesayangannya dan tangan kirinya menyambar tangan Kaluna yang mengepal lalu sesekali ia usap pelan.

"Je, Kirino sayang sama lo. Kaluna udah ga berhak, kenapa masih mempertanyakan hal yang udah pasti?"

Lantas Bayu membawa Kaluna pulang. Jika Kaluna malam ini dipenuhi awan gelap, akan dipastikan motor kesayangan Bayu parkir di depan rumah Kirino, saat itu juga.

...

terimakasih, ya.

Kaluna: tidak ada yang lain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang