Happy Reading
.
.
.
Pagi ini ada agenda rapat dan Azka harus menghadirinya. Ini adalah rapat penting mengenai evaluasi para pekerja dalm satu bulan terakhir. Azka tak bersemangat dapat dilihat dari raut wajahnya. Ia memakai baju yang telah disiapkan sang istri dan tak lupa membawa bahan evaluasi.
Semua peseta rapat sudah duduk rapi di meja yang tersusun membentuk Letter U. Azka memasuki ruang rapat dan semua peserta rapat berdiri, kemudian ia duduk dan diikuti peserta lainnya.
Azka mulai membahas satu persatu kinerja karyawan dan evaluasi perusahaan. Semua anggota tertunduk. Azka marah. Akhir-akhir ini perusahaan di cabang Bekasi mengalami penurunan kualitas pada karyawan dan membuat mereka kalah tender. Selain itu laporan anggaran dana perusahaan tidak jelas. Kini perusahaan ini diambang kebangkrutan.
Sebagian karyawan dirumahkan, dari 150 pekerja kini hanya 88 pekerja saja. Azka tak bisa membayar pesangon, ia memutar otak agar dapat membayar pesangon para pekerja. Satu persatu rekan bisnis di perusahaan cabang Bekasi mulai memutuskan hubungan termasuk Hans.
Dipikirannya terlintas untuk meminta bantuan ekonomi kepada Papanya. Apa gue minta bantuan papa aja? Tapi papa mau ga ya?
Pulang dengan keadaan lusuh dan terlihat puccat. "Gue pulang!" seru Azka melempar asal tas miliknya.
"Wah pas banget, aku lagi masak ayam goreng loh! Ayo cicip"
"Eh tapi mandi dulu sana, bauk busuk tau."
"BERISIK." Bentak Azka. Kim berlari menuju kamar berurai air mata.
"E- NG- Maksud gue.." Azka berlari menyusul Kim, pertama kali baginya membentak sang isri tanpa alasan yang jelas.
Azka menggedor pintu kamar milik Kimberlly, suara tangisan begitu jelas teerdengar. "Gue gak bermaksud bentak lo, maaf."
2 jam ia menangis, lama bukan? Kim lo gak boleh gitu, kok gitu aja nangis, batin Kim. Ia menghapus air matanya dan segera keluar. Saat membuka pintu, Azka terbaring lemah di depan kamar.
Kimberlly meletakkan tangannya di kening Azka dan merasakan suhu yang tidak biasa. "Kak, bangun." Ia terus mengulangi perkataannya itu dan menampar pelan pipi Azka berulang kali.
Tak ada jawaban, ia menggotong tubuh Azka yang jauh lebih besar daripadanya menuju kamar sebelah. Ia segera turun kebawa mengambil air dan kompresan. Kim mulai meletakkan komppresan di kening Azka. "Cepat sembuh kak."
Azka terbangun dari tidurnya, ia merasa sedikit baikan. Matanya tertuju pada Kim yang terlelap tidur di dekatnya. Ia mengelus rambut Kim secara halus sehingga membuat Kim terbangun.
"Gimana, udah enakan?" tanya Kim mengecek suhu Azka.
"Tau ga si kak, aku khawatir pas lihat kakak pingsan kemarin. Jangan sakit lagi ya."
"Hm."
"Kakak ga usah ke sekolah dulu, aku udah buat surat izin, nanti aku titip ke bang Darren."
"Sekarang aku siap-siap dulu, makanan belum aku siapin. Nanti aku telpon mami sekalian beliin obat."
"Engga usah."
"Gak usah apa nih, gak usah telpon mami atau aku ga usah sekolah?"
"Dua-duanya."
"Gabisa gitu, kalo aku ga telpon mami nanti kakak makin sakit. Terus kalo aku ga sekolah nanti aku bodoh. Kan kakak pernah bilang gak mau punya istri bodoh kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Azkim [ON GOING]
Teen FictionKimberlly Clarissa, gadis berusia 16 tahun yang akan dijodohkan sama temen Papi Dava. Gadis kalem namun cantik, sudah menjadi incaran bagi cowok di sekolah Golden High School (GHS). Azka Defsmitth, most wanted di Golden High School sekaligus CEO Smi...