18.

1.1K 112 84
                                    

Happy reading

.

.

.

Kini, Alena, Lia, dan juga Kimberlly tengah berkumpul dirumah Azka. Jam menunjukkan pukul 14.58

Sedari tadi mereka asik menggibah sambil rebahan dan tak lupa TV yang terus menyala menemani mereka agar suasana lebih ramai. Mungkin itu pemborosan bagi kalian, tapi tenang saja, ini kan rumah Azka, dia yang bayar. Mulut ketiganya komat-kamit membahas satu persatu masyarakat dunia, ntah lah setiap perkumpulan pasti ada pergibahan.

"Hauss, gue mau ke bawah dulu. Kalian mau nitip?"

"Boleh-boleh."

Lia melangkahkan kakinya menuju pintu dan berkata, "Agak seram, temenin gue dong!"

"Apa yang seram Lia, rumah bagus kayak gini gak ada seram-seramnya."

"Lia mah penakutt. Sama hantu takut, tapi kalau melawan sama guru beh beraninya nomor satu."

"Apa sih kalian ini, tinggal temenin gue susah amat. Huhh..." Lia sedikit ngambek dan memberanikan diri untuk kebawa sendirian. Ia harus menuruni anak tangga satu persatu, terlihat was-was dan terus memperhatikan sekeliling dengan seksama.

Sesampainya di dapur, ia dikagetkan dengan piring yang tiba-tiba jatuh begitu saja tanpa disentuh olehnya sama sekali. Lia sontak kaget dan berteriak sambil berlari "AAAA" Suaranya begitu melengking hingga terdengar ke lantai atas.

Alena dan Kimberlly segera menuju sumber suara. Lia langsung memeluk keduanya dan menangis tersedu-sedu. "Alay."

"Huss, jangan begitu. Kamu kenapa nangis?" tanya Kim mengusap rambut Lia.

"Itu.. hiks.. hiks.. ada hantu.."

"Ha?"

"Hiks.. hiks.. ada hantu."

"Iya aku dengar, sedikit kaget. Dimana hantunya?"

"Di.. hiks.. da.. hiks.. dapur.. hiks.."

"Masa sih ada hantu di rumah semewah ini"

"G-gue serius hiks.."

"4 bulan aku tinggal disini, sama sekali belum pernah diganggu ataupun sampai lihat hantu. Kamu halusinasi nih.."

"Kalau ga percaya, lo liat saja sana. Hiks.. hiks.." Mereka bertiga menuju dapur, dapur sedikit berantakan akibat pecahan piring.

"Oke, sekarang dimana hantunya?" Lia masih saja menangis.

"Udah ah, muka kamu makin jelek kalau nangis. Aku bantu Kim dulu bersihin pecahan piring, kamu duduk disini dulu."

Kim dan Alena segera membersihkan daerah pecahan, tak sengaja Kim melihat sesuatu yang berbulu. Ia meraihnya..

Srett..

Tiba-tiba tangannya dicakar oleh kucing yang barusan ia temukan. Tidak terlalu besar, namun sangat perih. Tak sengaja ia langsung mencampakkan kucing tersebut dan berteriak, "Aw, pedih." Ucap Kim merintih kesakitan.

"Kotak obat kamu dimana?" Panik Alena. Lia yang tadi menangis akhirnya berhenti dan ikutan panik.

"D-di AWW.. PERIH."

"Dimana?"

"Di ruang tamu atas meja, dekat tv." Alena segera berlari dengan kecepatan seribu. Lia membantu meniup-niup tangan Kim. Alena kembali membawa kotak obat dan mulai membalut tangan Kim. Cukup telaten yang dilakukan Alena, ya karena Alena adalah ketua PMR.

Azkim [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang