Hoseok menatap kartu nama yang sempat Suga berikan. Bisakah dia berharap walaupun mungkin presentasi keberhasilannya sedikit? Tapi Suga selalu meyakinkannya untuk mencoba.
Berbicara masalah si produser dan komposer lagu itu, hubungan mereka semakin dekat. Mungkin karena memiliki hobi yang sama dalam bidang musik. Entahlah itu terjadi begitu saja seperti arus sungai yang membawa serta apapun yang ia lintasi.
Jam sudah menampilkan pukul dua belas malam. Pasti orang-orang di rumahnya sudah tertidur. Hoseok lelah asal kalian tahu. Tapi lelahnya dia masih belum sepadan dengan apa yang sudah dia perbuat.
Hoseok menatap pintu rumahnya dengan takut-takut. Ragu apakah dia harus mengetuk atau tidak. Bagaimana pun juga sebagian besar penghuni rumahnya bersifat seperti bom atom. Sedikit saja terjatuh akan meledak.
Akhirnya dia memutuskan untuk duduk di bangku rumahnya. Hoseok menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Hawa dingin sangat terasa namun Hoseok tetap bertahan tak ingin mengganggu semua orang.
"Ibu.. seandainya aku yang mati saat itu." Lirih Hoseok menatap sendu bintang-bintang. Meratapi nasibnya yang menyedihkan. Bagaimana semua orang menjauhinya termasuk ayah kandungnya sendiri.
Mungkin dia bisa saja menahan olokan orang lain,tapi kalau untuk keluarganya sendiri rasanya begitu sakit. Hoseok menutup matanya menahan sesak. Kebahagiaan yang diinginkan sepertinya akan menjadi angan-angan.
"Lho Hoseok kok kamu disini? Ayo masuk!" Panggil Junho.
Hoseok tersentak karena dia pikir semua orang sudah tidur. Dia berdiri menghadap Junho dengan wajah kaget.
"Ah..aku pikir papa tidur makanya gak ngetuk pintu. Takut ganggu." Ucap Hoseok sambil mengusap tengkuknya.
"Yaampun! Kok mikirnya gitu? Justru papa lagi nungguin kamu dari tadi. Eh ternyata malah di luar. Masuk yuk nanti masuk angin!"
"Iya."
°°°
Seruan alam terdengar bergemuruh dari luar. Awan semula biru mendadak terperangkap dalam kabut hitam mendung. Yang biasanya menampilkan siluet bangunan-bangunan pencakar langit–di atas lantai karena membelakangi cahaya– oleh sinar ultraviolet,kini menggelap gulita.Atmosfir sekitar berubah drastis dengan penurunan suhu harian. Perlahan kain-kain penutup jendela berterbangan mengikuti gerakan angin yang meliuk-liuk kencang memasuki lubang-lubang kecil fentilasi udara.
Termangu. Hoseok yang baru bangun tidur menatap sekitar yang begitu gelap. Sepertinya hari ini akan turun hujan. Musim gugur yang dipaket komplitkan dengan hujan. Suatu hari yang buruk.
Sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa dia pergi bersekolah jika hujan pun turun begitu deras? Belum lagi dia tidak memiliki kendaraan yang sekiranya dapat membawanya pergi dengan cepat.
Ia menghembuskan nafas pasrah. Kulitnya seperti dikuliti akibat suhu dingin menerpa masuk melalui pori-pori. Jam menunjukkan pukul tujuh dimana dia sudah hampir telat.
"Tapi hari ini kan kumpul tugas kelompok!" Hoseok akhirnya teringat akan setumpuk tugas yang akan dipresentasikan hari ini. Langsung saja laki-laki itu berlari tunggang langgang memasuki kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama akhirnya Hoseok bersiap yang sayangnya bertepatan dengan luruhnya hujan yang turun dalam debit air yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hope || J-Hope [NEW VERSION]
Fiksi Penggemar[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] TAHAP REVISI! Hoseok laki-laki kuat. Hoseok tidak mementingkan ucapan orang. Dia hanya pemimpi yang berusaha menggapai apa yang dia inginkan. Sekalipun dunia menghalangi. . "Suatu saat aku akan menjadi seorang penyanyi"...