Aula Utama terdengar lebih berisik dari biasanya keesokan paginya, padahal sebelum ini Harry mengira kalau itu tidak mungkin terjadi. Mungkin semangat yang dibawa oleh murid-murid dari Durmstrang dan Beauxbatons masih membara karena mereka baru tiba. Setidaknya Aula Utama akan berisik sampai satu bulan ke depan sebelum akhirnya tenang kembali.
Tapi tentu saja, fokusnya pasti akan beralih ke Turnamen Triwizard itu sendiri, jadi ya... lebih baik Harry membiasakan dengan suasana yang lebih berisik dari biasanya.
"Serius deh, Hermione, kamu harusnya dengar juga soal yang kemarin," kata Ron, memakan telur dan roti tawarnya. "Biar kamu bisa menyadarkan mereka."
"Aku kan sibuk mengerjakan tugas. Yang harusnya juga kamu lakukan," jawab Hermione, dengan mata yang masih terpancang ke bukunya. "Lagian, memangnya apa yang bisa kulakukan? Orang kan bebas berpendapat tentang apapun."
"Tapi pendapat mereka itu gila," Ron mendebat, dengan suara tak jelas karena mulutnya penuh roti, "Gila, buta, dan sangat salah."
Hermione menghela napas. Ron sudah bercerita dengan penuh emosi sejak mereka duduk di sini, sudah hampir setengah jam yang lalu. Hermione pada akhirnya mengangkat wajahnya dan melempar Ron dengan pandangan tak suka.
"Apa?" tanya Ron, menggigit sepotong sosisnya.
"Memangnya kenapa kamu semarah ini sih, Ron?" tanya Hermione heran. "Harry saja tidak begitu peduli dengan semua ini."
Mereka berdua lantas memutar wajah mereka untuk memandang Harry, yang langsung membuat Harry terdiam di tengah-tengah usahanya untuk mengunyah roti isi kalkun. Harry menelan makanannya, lalu memandang bergantian kedua temannya.
Dia lantas mengedikkan bahu.
Hermione tersenyum. "Tuh kan, Harry saja tidak peduli."
"Well, itu karena Harry mengkhianati asrama kita," gumam Ron, menyipitkan matanya untuk memandang Harry tajam. "Aku pikir kamu setuju denganku,"
Harry mengedikkan bahunya lagi.
Ron mengunyah daging kalkunnya dengan marah. "Orang-orang jaman sekarang itu benar-benar tidak menghargai tradisi ya."
Hermione memutar matanya. "Pengelompokan Asrama ini cuma sistem, Ron. Maksud sesungguhnya adalah untuk mendorong kita berkompetisi secara sehat, bukannya malah dipakai untuk saling bermusuhan antar Asrama. Sekolah muggle juga menerapkan sistem itu, tapi bedanya mereka menjunjung tinggi persatuan antar asrama. Hogwarts lupa soal itu, dan malah membiarkan permusuhan antar asrama jadi separah sekarang."
Ron membulatkan matanya sangat lebar, membuat Harry ingin mendengus.
"Kamu ngomong apa sih?" Ron berbisik keras, gelagapan melihat ke kanan dan ke kiri seolah ketakutan seseorang mendengarnya. "Hermione, mereka itu jahat! Malfoy dan gerombolannya—"
"Aku bukannya bilang mereka itu baik, Ron. Tapi kamu juga tidak bisa menganggap semua anak di Slytherin jahat."
"Tapi kenyataannya mereka semua jahat!"
"Oh, masa?" tantang Hermione, lalu berbalik untuk mencari sesuatu, kemudian menunjuk seseorang yang baru masuk di pintu Aula Utama. Dua anak yang sepertinya masih di tahun pertama atau kedua, sedang berdiri bersisian. Satu dari mereka adalah perempuan dengan rambut coklat dikuncir satu, tangannya teracung menunjuk langit-langit Aula Utama, tampak menjelaskan sesuatu pada temannya yang lain, gadis dengan tubuh lebih kecil berkacamata yang tengah mendengarkan dengan seksama sambil tersenyum penuh rasa kagum. Sungguh pemandangan yang hangat, walau mereka berdua tengah memakai seragam sehijau zamrud.
"Apa mereka terlihat jahat di matamu, Ron?" Tanya Hermione tersenyum, puas dengan pertanyaannya sendiri.
"Tentu saja," jawab Harry bercanda. "Mereka pasti sedang merencanakan untuk meruntuhkan atapnya dan mencelakai kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #1 (INA Trans)
ФанфикMenemukan kenyataan bahwa Ayah Baptisnya bukanlah buronan kejam di tahun sebelumnya, ditambah tertekan karena hiruk-pikuk Turnamen Triwizard dimana dia terpaksa berpartisipasi, Harry menemukan dirinya terus-terusan menghabiskan waktu di kandang buru...