30 Juni, Hari Jumat: Perpisahan

5.3K 611 79
                                    

Lapangan terlihat begitu ramai dengan siswa-siswa dari tiga sekolah yang sibuk saling mengucapkan selamat tinggal. Harry bersandar pada dinding, dengan Ron dan Hermione di sampingnya, ketiganya memandangi apa yang sedang terjadi di Lapangan.

Di sebuah sudut, Harry menyadari seorang siswa Durmstrang yang sedang menggenggam tangan seorang siswa Ravenclaw, dengan teman Slytherin-nya yang mengernyit tak suka di sebelah mereka. Di sampingnya, Krum tengah mengobrol dengan Cedric, keduanya dengan mata yang sedikit lebam. Krum terlihat akan membungkuk meminta maaf pada Cedric, namun dicegah olehnya dan sebagai gantinya mengulurkan tangannya. Harry tahu Cedric tidak akan menyalahkan Krum atas apa yang terjadi, terlebih lagi saat Krum terkena kutukan Imperius. Namun Harry tetap saja lega begitu melihatnya.

Fleur mendekat ke arah mereka, bersamaan dengan adik perempuannya, keduanya mengecup pipi Ron. Setelah itu, Fleur menghadap Harry dan mengulurkan tangannya. "Aku dengar berita tentangmu, 'Arry." katanya sambil tersenyum dan menjabat tangan Harry. "Aku turut bahagia untukmu."

Harry merasa pipinya memanas. "Er, makasih," katanya akhirnya, mencoba mengabaikan tawa mengejek dari Ron. Fleur makin ceria, dia lalu mengucapkan selamat tinggal pada Hermione juga sebelum akhirnya berbalik pergi dan menjauh. "Kok dia bisa tahu?" tanya Harry pada teman-temannya.

"Mungkin karena kamu terlalu blak-blakan," Hermione tersenyum lebar.

"Atau karena Krum suka sekali bergosip," tambah Ron. Dia mengernyitkan dahinya begitu melihat nama orang yang baru saja dikatakan berjalan mendekati mereka, "Apa maunya tuh?"

Yang Krum inginkan adalah mengajak bicara Hermione secara privat, tapi sebelum mereka berjalan menjauh, dia menghadap Harry terlebih dahulu. Dia lalu meletakkan tangannya di atas pundak Harry. "Hermione bilang padaku soal keadaanmu dengan orang itu," katanya, lalu menepuk-nepuk pundak Harry senang. "Baguslah. Sangat bagus,"

Harry cuma bisa mengangguk, kurang paham maksud Krum, sambil melihat mereka berdua berjalan menjauh. Krum berhenti sejenak di depan sekelompok anak Slytherin. Rahang Crabbe dan Goyle menganga lebar, namun Krum hanya meletakkan tangannya di atas pundak Draco. Si rambut pirang mengerjap, kebingungan karena setelahnya Krum hanya mengangguk puas pada Draco dan melanjutkan langkahnya. Draco mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari penjelasan, dan menemukan sepasang mata Harry yang menatapnya.

"Scarhead," panggil Draco mendekat ke arah Harry. "Bisa jelaskan padaku kenapa Viktor Krum mengangguk aneh padaku lalu pergi? Aku salah apa?"

"Mana aku tahu," Harry mengedikkan bahu. Lalu tersenyum pada Draco. "Hei."

Pandangan mata Draco melembut dan tersenyum balik. "Hei."

"Bye!" kata Ron, buru-buru pergi dari situ.

---

Harry mengernyit ke arah papan catur, tampak sedang berpikir keras, sebelum akhirnya bergerak untuk memindahkan salah satu pionnya.

"Jangan yang itu," suara seseorang yang tidak asing terdengar dari sebelahnya.

Ron yang duduk di seberang Harry langsung mengerang kesal.

"Diam kamu, Malfoy!" gerutu Ron. Dia lalu mengernyit pada Harry, "Kenapa dia harus di sini sih?!"

"Soalnya liburan musim panas nanti aku tidak bisa bertemu dengan dia?" jawab Harry dengan senyumannya. Dia lalu menghadap ke arah Draco. "Yang mana, dong? Ksatria-nya?"

Draco mengejek, "Merlin, kamu ini benar-benar tidak jago ya." dia lalu memperhatikan papan caturnya lekat-lekat. "Gerakkan bentengnya. Bukan, bukan yang itu—Oh, biar aku saja sini." dia lalu menggerakkan satu pion dan menyeringai senang. "Giliranmu, Weasley."

✓ The Owlery #1 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang