Selama beberapa hari ke depan, Ron dipaksa oleh Harry untuk membantunya dalam kegiatan yang diberi nama Ron dengan ‘Rencana Harry Balikan dengan Malfoy yang Aku Nggak Mau Ikut Sama Sekali’. Selain berlatih mantra untuk Tantangan Ketiga, Harry dan Hermione juga merencanakan bagaimana cara untuk mendapatkan Draco kembali, dan Ron hanya akan mendengarkan sambil sesekali menggerutu.
Harry mulai berusaha untuk menarik perhatian Draco, entah menatapnya lebih lama atau tersenyum padanya. Sulit sekali karena si rambut pirang itu selalu saja menghindari menatap matanya. Pertama kali Harry berhasil bertatapan adalah saat pelajaran ramuan hari Jumat. Mata mereka bertemu walau mereka duduk di bangku yang berseberangan, di tengah asap-asap yang keluar dari kuali, dan, sebelum sepasang mata biru itu lepas dari pandangannya, Harry tersenyum lembut. Tentu saja senyumannya singkat dan mungkin terlihat canggung, tapi hal itu berhasil. Draco mengerjap padanya, sebelum menundukkan kepalanya lagi ke kuali. Bukan sesuatu yang besar, tapi perlahan-lahan sikap dinginnya mulai berubah, meski Harry tahu butuh waktu yang tidak sebentar. Namun Harry siap menunggu.
Namun kemudian Fay berdiri di depannya di ruang rekreasi di malam yang sama. Dia tersenyum khawatir saat Harry, Ron dan Hermione mengangkat kepala mereka untuk memandangnya.
“Hai,” sapa Fay, sebelum memandang Harry sepenuhnya. “Dengar, Blaise menyuruhku untuk bertanya padamu soal hari Senin nanti, apa kamu sudah membeli sesuatu atau dia harus mengutukmu karena kamu tidak tahu apa-apa?”
Harry mengerutkan alisnya, “Hah?”
“Aku simpulkan jawabannya kamu belum membeli apa-apa.” Fay tertawa. “Well, semoga beruntung, Harry,” katanya, sebelum berbalik dan bergabung dengan temannya.
“Senin itu tanggal lima,” gumam Hermione. “Juni tanggal lima. Dan kalau Zabini bertanya begitu, berarti ini soal dia—” mata Hermione melebar tiba-tiba lalu berbalik ke arah Harry.
“Ulang tahunnya,” Harry dan Hermione mengatakan di waktu yang sama.
Ron menatap mereka berdua dengan bingung. “Memang apa masalahnya? Tinggal pergi ke Hogsmeade besok dan belikan sesuatu. Sebotol racun, misalnya.”
“Jangan ngawur Ron, mana bisa asal membelikan sesuatu,” kata Hermione. “Harus hadiah yang spesial dong.”
“Ya sudah, belikan sebotol racun yang spesial, kalau begitu,” Ron menyarankan.
---
Terkadang, membeli suatu hadiah tidaklah sesusah saat memberikannya. Namun kali ini pengecualian. Karena dua-duanya sama-sama susah. Harry menghabiskan waktu sepanjang siang di Hogsmeade, yang untungnya tidak ketahuan siapapun, sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli apa.
Lalu, hari ini, dia sudah berjalan seharian membawa hadiah dalam tasnya, menunggu kesempatan untuk memberikannya.
Draco menerima paket saat sarapan tadi, tentunya dari kedua orang tuanya. Alih-alih membuka hadiahnya terlebih dahulu, seperti yang selalu dilakukan Ron selama ini, Draco membuka suratnya terlebih dulu. Alisnya terangkat, seperti khawatir soal sesuatu. Kekhawatirannya terpotong oleh Goyle, yang memukul-mukul punggungnya dengan semangat, sukses membuat Draco terdistraksi.
Karena Harry tidak bisa memberikannya saat sarapan, kecuali Harry siap untuk dihabisi oleh Parkinson, Harry mencoba untuk mendekatinya saat pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib. Namun Hagrid ternyata masih mengajari mereka soal Niffler, yang walaupun lucu, tapi sangat suka berlarian mencuri sesuatu.
Lalu, Harry melihatnya saat Draco dalam perjalanan menuju kelas Ramalan, namun saat Harry sudah akan mendekatinya, Pansy Parkinson malah menuntun Draco ke arah lain, sementara Zabini hanya memandang penuh rasa geli. Harry menghabiskan waktunya di kelas Ramalan memandangi bola kristal dengan tajam, dan asal memberitahu Trelawney bahwa dia melihat kematian di bola kristal itu, membuat Trelawney senang.
![](https://img.wattpad.com/cover/278113330-288-k714362.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #1 (INA Trans)
FanfictionMenemukan kenyataan bahwa Ayah Baptisnya bukanlah buronan kejam di tahun sebelumnya, ditambah tertekan karena hiruk-pikuk Turnamen Triwizard dimana dia terpaksa berpartisipasi, Harry menemukan dirinya terus-terusan menghabiskan waktu di kandang buru...