"Zevannya Natalia Permadi!"Seruan itu berhasil membahana memenuhi ruangan yang dipenuhi hilir mudik para karyawan perusahaan, membuat sang empu lantas berdiri dari balik kubikelnya untuk menjumpai siapa gerangan yang berhasil memanggil nama lengkapnya barusan.
Bukannya apa-apa, hanya saja satu kantor lebih cenderung memanggilnya dengan julukan kesayangan miliknya sejak lama. Mami Zeva.
Laki-laki tambun dan berkacamata tengah berdiri di ambang pintu sembari meneliti satu per satu karyawan yang ada dalam ruangan tersebut.
"Selesai meeting, temui saya di ruangan Direksi!" katanya, tak sempat mendengar jawaban dari bibir mungilnya. Zeva sudah ditinggal oleh laki-laki yang tak lain adalah Direktur Utama perusahaan tempatnya bekerja.
"Haha, mampus lo Mam, sampai dipanggil Pak Petrus."
Zeva mendelik, membuat laki-laki bergaris wajah Chinese tersebut mengatupkan bibir rapat-rapat lantaran kesinisan perempuan tersebut. Sementara Zeva sudah harap-harap cemas lantaran Pak Petrus sampai turun ke lapangan untuk sekadar memerintahkan dirinya untuk menghadap beliau.
Dua jam berlalu, hari Jum'at merupakan hari kerja singkat. Mengapa begitu? Karena sabtu-minggu alias akhir pekan, kantor tutup. Lalu jam kerja di hari terakhir dalam minggu ini hanya sampai pukul dua siang. Dan setelah menyelesaikan istirahat makan siang, lalu rapat bulanan dari para anggota Direksi telah selesai, Zeva memutuskan untuk segera menghadap pimpinannya.
Di sini Zeva berada, dengan laki-laki berusia awal lima puluh tahunan tersebut sedang membaca sebuah dokumen.
"Kamu tahu kenapa saya panggil ke ruangan saya, Zevannya?"
Zeva mematrikan senyumnya. "Maaf Pak, saya kurang tahu. Kalau boleh saya tahu, apa saya membuat kesalahan Pak?"
Beliau tersenyum ramah. Memamerkan guratan halus di sekitar kelopak matanya.
"Tidak ada, Zevannya. Tujuan saya memanggil kamu disini adalah untuk memberikan surat tugas ini!"
Zeva menerima sebuah dokumen dalam map berwarna biru tersebut. Setelah diinstruksikan Pak Petrus untuk membaca dengan seksama, Zeva yang memiliki kemampuan membaca kilat pun lantas mendongak.
Surat pindah tugas.
Mutasi?
"Hasil evaluasi bulanan perusahaan sudah menetapkan kamu untuk dipindahkan ke kantor cabang kita yang baru, Zevannya."
"Tapi Pak, apa tidak ada kandidat lain selain saya?"
"Sayangnya saya cocok sama kamu untuk menduduki posisi SBM di kantor kita yang baru, Zevannya. Apa kamu keberatan?"
Zevannya tertegun, untuk beberapa saat ia berusaha mencerna apa yang barusan ia dengar. Seharusnya tidak masalah, mengingat di sini ia juga merupakan karyawan hasil mutasi dari kantor lama.
Alih-alih menolak, Zeva menyanggupi perintah dari pimpinan kantor untuk dipindahtugaskan. Kedua netra Zeva memandang lamat-lamat nama kantor dan alamat yang tertera. Namun kedua netranya sontak membola begitu mengetahui di kantor cabang mana ia dimutasi.
Kenapa harus di sini? Ia bergumam nelangsa.
...
Jan lupa vote dan komen✨
See you next part, guis🌻

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Ending
Roman d'amourZevannya Natalia. Perempuan berusia dua puluh empat tahun itu tak menyangka jika mutasi dari perusahaan tempatnya bekerja akan memindahtugaskan dirinya ke kota penyebab mati rasanya selama ini. Zevannya tak pernah mau mengungkit atau bahkan menyebu...