Bukan cemburu, hanya tidak terbiasa saja dengan pengabaian.
______
PericiliaSELAMAT MEMBACA
Sudah hampir tiga hari aku tidak pernah berinteraksi dengan Bima. Mau ngechat duluan, gengsi. Nunggu dia chat duluan, setidaknya nanyain kabar, tetapi nihil. Malah dia asik memposting kebersamaanya dengan Lisa. Apa mereka sudah jadian? Memikirkannya saja membuatku kesal.
"Peri!"
"Astaga! Biasa aja dong. Anak Sultan kaget ini," kataku kesal kepada Niar yang tiba-tiba muncul.
"Iya, ampun Nona Sultan." Niar menunduk ala ala orang korea yang meminta maaf.
"Najis! Gampang sekali bibir itu bergetar menyebut nama Bapakku." Ujarku kesal setengah mati. Niar malah tertawa dengan kekesalanku.
"Btw, tadi aku lihat Bima lho di kantin sama Lisa yang anak Fakultas sebelah."
"Bener-bener tuh anak!" Kataku sarkas
"Napa. Cemburu, yah?"
"Enggaklah. Mustahil!" Sanggahku cepat.
"Tapi kok kamu keliatan kesal." Niar makin gencar menggoda.
"Hemm." Aku menghela napas. "Bukan cemburu, hanya tidak terbiasa saja dengan pengabaian." Kataku pada akhirnya.
Ya, memang kami bersahabat ada enam orang sejak pertama kali menginjakkan kaki di dunia perkuliahan. Namun, masalah seperti ini aku hanya terbuka pada Niar.
"Kamu unggah ajah tuh videonya si Bima. Lucu tahu, biar dia tahu rasa karena sudah mengabaikanmu." Niar memberi solusi jahat. Dasar padahal video itu cuman ancaman agar Bima menurutiku.
Baru saja aku ingin mengucapkan sesuatu Niar malah memotong ucapanku. "Tapi mana tega, seorang Peri melakukan hal seperti itu. Se gila-gilanya kamu. Kamu gak akan membuat orang terluka."
"Udah, sini makan bakso. Niar imut yang teraktir!" Serunya semangat.
"Hemm, tumben." Kataku seraya tersenyum mengejek.
"Hih nih anak. Meskipun aku tidak terlahir dari keluarga kaya, tetapi uangku cukup buat beliin kamu bakso depan Kampus."
Aku malah tertawa mendengar cerocosnya.
_____
"Peri. Kayaknya Bima Saktimu itu beneran pacaran dengan Lisa deh." Anisa memulai topik.
"Kamu tahu enggak dia ngebawa Lisa ke sini yang jelas-jelas dari jurusan lain. Padahal ini kan LDK jurusan kita." Anisa ber api-api menjelaskan. Tidak kalah berapi-api dalam dadaku yang mendengar itu. Bukannya apa-apa hanya saja Lisa bukan dari jurusan sini. Buat apa coba dia ngebawa Lisa ke sini?
"Tahu dari mana?" Tanyaku.
"Lha, kamu gak sadar? Mereka tadi berboncengan." Jelas Anisa.
Aku hanya menggeleng. Sedari tadi aku sibuk mengurusi rasa pening saat naik mobil. Memang gak cocok jadi orang kaya sepertinya aku ini. Meskipun sudah berkali-kali naik mobil kalo jadi penumpang, yah tetap saja aku akan pusing. Namun, heran kenapa ketika aku yang mengemudi rasa pusing itu hilang? Memang hal aneh banyak di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siap, Bos
Teen FictionCerita akan diupdate jika ada ide, ending tidak jelas. Konflik pun asal-asalan, hanya iseng-iseng dan hiburan semata. Jadi tidak perlu berekspetasi tinggi akan isinya. Jika suka silakan baca jika tidak tinggalkan. Tertanda _________ Peri Tiga Detik