15. Bima Marah?

4 0 0
                                    

Jelas kaget dong, bisa-bisanya seorang Bima menggertakku.

"Apa-apaan sih! Kok ngebentak."

"Lagian apa urusannya dengan kamu?" Bukannya menjawab aku malah balik bertanya. Tak bisa lagi kuartikan tatapan Bima. Dia menggeleng lalu keluar dari kamar. Dia marah?

Aku hendak mengejar, tetapi urung. Tidak ada sejarahnya seorang Pericilia mengejar seseorang. Lagian test pack ini bukan punyaku. Kenapa juga dia harus membesar-besarkan hal ini. Tidak selamanya barang itu ada di kamar kita adalah punya kita.

____

"Peri. Kenapa tuh adik tercintamu tidak menyapa?" Niar menyenggol lenganku.

"Bodo amat!" Tukasku. Namun, sebenarnya aku merasa aneh karena memang Pericilia adalah jenis manusia yang tidak suka diabaikan.

"Huh bener-bener!" Aku mendumel

"Hah, kenapa lagi?" Anisa yang bersuara kali ini. Sekarang aku dan dua temanku duduk di gasebo yang tak jauh dari parkiran Fakultas.

Teman-temanku yang lain tidak ke kampus. Hanya Anisa dan Niar, jadi kali ini kami kekurangan personil.

Aku menarik napas lalu mulai menjelaskan."Kayaknya Bima marah deh. Gara-gara tes pack sepupuku itu lho."

"Makanya sudah kubilang. Buang, tetapi dasar malas kamu. Orang salah paham, kan?" Niar mulai deh memberikan wejangan.

Setelah sesi curhatan singkat itu. Aku memutuskan untuk menunggu kelas Bima usai. Sementara ke dua temanku pamit pulang duluan. Sebenarnya kami tak ada kuliah di hari Sabtu. Hanya bosan saja di kamar, jadi Kampus adalah tempat peralihan kegabutan.

Kurang lebih satu jam aku menunggu akhirnya kelas Bima telah usai. Aku duduk saja di lorong gedung ini. Sembari menunggu Bima menghampiri.

Namun, sayangnya Ia hanya melewatiku. Padahal aku yakin sekali Ia melihatku. Mau mengejarnya, jelas gegsi, nanti jadi pusat perhatian yang lain. Bisa-bisa aku digosipkan yang aneh-aneh dengan junior.



Tertanda
____
P.LK

300122

Siap, BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang