Ngapain malu? Saya cakep, saya imut, dan saya sombong.
~Pericilia
_____________________
Sumber pic: Pinterest
Sebelumnya cerita ini ditulis ala kadarnya mengalir bagaikan air yang jernih. Eakk, kek lagu. karena penulis susah mencari nama akhirnya memilih mengambil nama sendiri yaitu Peri. (Ngapain repot cari nama orang lain, kalau punya nama sendiri yang tak kalah bagus) isi pikiran author
____
Aku memasang earphone berwarna biru di telinga lalu berjalan dengan santai sambil memutar lagu bts, sepertinya lagu ini cocok untuk menemani perjalanan ke Kampus. Padahal sesungguhnya sepuluh menit lagi aku masuk dan aku masih santai. Apa kata dunia?
Dengan segera aku berlari secepat mungkin. Jangan lupa hari ini mata kuliah si Ibu garang. Astaga tamat riwayatku.
__
"Keluar!" Bentak seorang wanita yang sangat cantik, tapi jangan tertipu dengan wajah cantiknya, sikapnya tak seteduh wajahnya, perilakunya kepada Mahasiwi yang doyan terlambat sepertiku bagaikan singa yang menemukan mangsa.
Sementara anak-anak di dalam terlihat tegang mendengar Ibu garang marah. Maafkan aku teman-teman sepertinya acara belajar kalian akan terasa mengerikan karena mod ibu garang sedang tidak baik akibat ulahku.
Aku jalan mundur keluar setelah berada di penghujung antara kelas dan luar ruangan aku melambai tangan kepada teman yang di dalam lalu mengepalkan tangan dan berbahasa isyarat semangat kawan-kawanku!
___
Aku menunggu teman-teman di lantai bawah sembari mengunyah kuaci, sebenarnya enggak terlalu doyan makan kuaci, rasanya rada-rada aneh gimana gitu. Hanya saja ini pemberian dari Senior gak enak dong menolak, jangan salah imut-imut gini aku terkenal di berbagai kalangan, baik Senior, Junior, tetangga Fakultas, Dosen bahkan Kampus lain. Ya, mungkin pesonaku sulit ditolak kalik, yah.
Bosan juga perasan dari tadi dimakan, kenapa enggak habis-habis ini kuaci?
"Weee! Peri!" Aku mendongak dan mendapati beberapa teman sekelas yang menatapku berang seolah ingin melahapku hidup-hidup.
"Mau kuaci?" Tawarku pada mereka.
Seketika tangan lembut Anisa menoyor kepalaku, sahabat laknat memang, dia doang yang berani melakukan ini. Sementara yang lain hanya menatapku kesal.
"Mau dong," kata Niar seraya merampas kuaciku. "Tahu enggak tadi tuh hawanya panas banget padahal AC nyala. Lalu pas diksusi tadi Ibu memarahi habis-habisan si Ando karena mejawab pertanyan kelamaan." Kembali Niar menjelaskan setelah mengunyah kuacinya.
"Iya nih, gemetar akutuh." Ando masih terlihat pucat pasih, pria berkacamata itu terlihat menahan sesuatu.
"Ihhhh! Rese banget sih Peri." Setelah mengucapkan itu Ando pergi sekali kali menghentakan kaki. Dan yang lain pun menyusul pergi selain lima orang yang masih setia mengelilingi. Niar, Anisa, Mawar, Nina, dan Siska.
"Huh tahu enggak, bulu kudukku meremang, suasana makin mencekam setelah kamu keluar dari ruangan." Mawar menceritakan perasaannya.
"Auranya huh ngeri deh." Nina lagi kali ini.
"Sepertinya banyak yang mengutukmu dalam hati deh tadi." Kali ini Siska yang berbicara.
"Haaha bomat. Saya cakep, saya imut dan sa--"
"Kamu sombong!"
Aku terkejut dong kenapa mereka kompakan ngomong ke gitu? Dan aku semakin tertawa terbahak-bahak.
"Jangan ketawa mulu, nyawa kamu tinggal satu di mata kuliah ibu Jasmine." Peringat Nina.
"Iya nih, udah dua kali lho kamu telat dan membuat itu dosen tinggi darah." Anisa menatapku kesal.
"Iya-iya."
Aku hanya pasrah dimarahi habis-habisan oleh mereka. Memang salahku juga sih pakai terlambat segala.
____
Tertanda
____________
Peri Qyud101220
KAMU SEDANG MEMBACA
Siap, Bos
Fiksi RemajaCerita akan diupdate jika ada ide, ending tidak jelas. Konflik pun asal-asalan, hanya iseng-iseng dan hiburan semata. Jadi tidak perlu berekspetasi tinggi akan isinya. Jika suka silakan baca jika tidak tinggalkan. Tertanda _________ Peri Tiga Detik