Chap sebelumnya
"Ma papa sakit?" Tanya Sandy kepada mamanya.
"Iya badannya papa tiba-tiba panas banget", karena sangat khawatir Sandy langsung berangkat ke kamar papa dan mamanya.
*****
Sekarang Sandy sudah ada di kamar orang tuanya. Dia nyamperin papanya yang sekarang lagi tiduran di kasur. Sedih Sandy tuh lihat papanya kayak gini mau mewek aja rasanya. Lino yang lihat anaknya udah mau nangis itu langsung rentangin tangannya bermaksud supaya anaknya meluk dia. Dan disambar langsung sama Sandy.
"Papa gak boleh sakit, nanti adek sedih gak punya temen main", emang kalo salah satu orang tuanya sakit Sandy bakal melow banget.
Sindy yang baru masuk ke kamar sambil bawa kompresan cuma bisa gelengin kepala lihatin anaknya yang lagi melow itu.
"Cup cup anak papa yang ganteng, papa cuma kecapekan kerja aja. Udah ya gak usah nangis, ini yang sakit papa lo kok kamu sih yang manja harusnya kan papa"
"Dek mama mau ngompres papa dulu, adek bisa geseran dulu gak?" pinta Sindy saat melihat putranya yang enggan melepaskan papanya.
Karena gak mau melihat papanya semakin sakit akhirnya Sandy mengalah dan sekarang tampak wajah belernya sehabis menangis. Sindy yang melihat itu terkekeh pelan, anaknya itu memang sangat sensitif jika ia ataupun Lino yang sakit. Dengan telaten Sindy menempelkan handuk kecil yang digunakan untuk kompresan itu ke dahi suaminya.
"Dek bisa minta tolong ambilin obat di kotak sekalian bawain makanan yang udah mama siapin bisa?"
"Bisa ma, bentar ya adek ambilin dulu"
"Makasih ya sayang"
"Iya ma"
Lino yang melihat pemandangan itu tersenyum hangat. Ia merasa sangat beruntung diberi anak sebaik Sandy meskipun agak menyebalkan jika sedang dalam mood yang baik. Dan ia tak kalah bersyukur karena memiliki istri yang sangat perhatian kendati Sindy sendiri sibuk mengurus bisnisnya.
"Makasih ya", ucap Lino secara tiba-tiba.
"Hm?"
"Makasih udah mau hadir dihidup aku, makasih udah mau bertahan sama aku sampe sejauh ini, makasih karena udah jadi sosok istri dan ibu yang baik buat aku sama Sandy, makasih udah mau melengkapi aku, aku minta maaf semisal aku belum bisa jadi suami dan papa yang baik buat kalian" ucap Lino tulus sambil menatap dalam istrinya.
"Hehem iya sama-sama. Makasih juga udah jadi sosok papa dan suami yang hebat buat aku sama Sandy, makasih juga udah mau ngejaga aku sama Sandy, makasih udah membimbing aku sama Sandy meskipun aku tahu itu gak mudah. Aku juga minta maaf kalo aku belum bisa jadi istri dan ibu yang baik buat kalian" ucap Sindy tak kalah tulus bahkan sampai menitikan air mata.
Melihat ada air mata yang turun tangan Lino lantas dengan cepat menghapusnya.
"Apaan sih kok ikutan nangis. Jelek ah senyum dong"
"Kamu sih mentang-mentang suasana lagi mendukung", ingat wanita selalu benar.
"Iya iya aku yang salah"
Tawa mereka tak bisa ditahan saat menyadari jika tingkah mereka seperti pasangan muda yang baru dimabuk asmara. Tak lama Sandy datang sambil membawa apa yang telah mamanya pesankan.
"Nih ma maaf tadi lama soalnya obatnya ngumpet"
"Iya sayang gakpapa, makasih ya. Nah sekarang papa makan dulu abis itu minum obat terus istirahat"
"Suapin ya?", walaupun sakit tengil tetep gak boleh ketinggalan kalo Lino mah.
"Iya ini disuapin kok", Sandy hanya mencibir papanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY FAMILY
Fanfiction"papa pokoknya aku gak mau tahu besok gantiin ps aku titik" - Sandy Calvian Ananta "pa hari ini mama males masak, makan malem diluar aja yuk" - Sindy Emilia Ananta "heh ini siapa yang naroh dori diatas lemari?" - Adelino Hardi Ananta lihat keseruan...