#Menikahi_Pria_(tak)_Sempurna
#Drama_Romance
#Part_6Bu Rahma gembira karena putranya sudah datang. Ia berhenti sejenak di depan pintu. Heran karena selain sepatu Devin, ada sneakers perempuan warna putih.
"Assalamu'alaikum." Bu Rahma mengucapkan salam dengan suara lembut.
"Wa'alaikumsalam," jawab Devin dan Kamalia hampir bersamaan.
Senyum ramah terukir untuk Kamalia yang mengangguk hormat. Devin menyalami dan mencium tangan sang mama. Diikuti Kamalia.
"Saya Kamalia, Tante."
Bu Rahma mengangguk. Wajah itu seperti tidak asing. Seperti baru kemarin bertemu.
"Ayo, diminum tehnya." Bu Rahma mempersilakan sambil duduk di sofa depan mereka.
"Terima kasih, Tante."
Kesan pertama bertemu Bu Rahma sangat baik. Tidak seperti bayangannya tadi. Meski rasa gelisah masih merajai hati.
"Sudah lama sampai?"
"Lumayan, Ma."
Mbok Tini datang sambil membawa sepiring brownis kukus dan sepiring buah melon yang telah dipotong kecil.
"Ayo, Dev, Kamalia diajak makan siang. Biar Mama ganti baju dulu."
"Kami sudah makan, Ma."
"O, ya sudah, tunggu Mama ganti baju dulu."
Bu Rahma naik ke lantai dua. Kamalia bisa bernapas lega.
"Nanti kalau ditanya jawab seperlunya saja," kata Devin pelan.
Kamalia mengangguk.
Bu Rahma melepas jilbab dan mengganti bajunya dengan daster rumahan. Kemudian menemui lagi Devin dan Kamalia. Aura keibuannya terpancar. Kamalia seperti bisa melihat sosok ibunya pada diri wanita itu.
"Sekarang cerita ke Mama. Kamalia ini siapa? Teman, rekan bisnis, atau kekasih kamu?"
"Calon istri, Ma," jawab tegas Devin sambil memandang gadis di sofa sebelahnya. Napas Kamalia seperti berhenti sejenak seketika itu.
Bu Rahma yang terkejut kembali tersenyum. Berusaha menyembunyikan rasa kesal karena sejak kemarin ditanya, sang putra tidak mau jujur. Setelah rencana pertemuan dengan keluarga Bu Wini di rancang matang, Devin justru mengenalkan dan membawa pulang gadis yang diakui sebagai calon istri.
"Benar Kamalia?" tanya Bu Rahma memastikan kalau yang dibilang putranya tidak bercanda.
Kamalia mengangguk.
"Ayo, ngobrol di ruang makan. Mama belum makan siang."
Bu Rahma beranjak menuju ruang yang bersebelahan dengan ruang keluarga. Devin dan Kamalia mengikuti.
Di atas meja sudah tersedia menu makan siang. Sayur sop, tempe goreng, dan ayam goreng.
"Maaf, Tante. Saya mau numpang salat Zuhur," ucap Kamalia sopan.
"Oh, boleh-boleh. Mbok Tini, antar Kamalia ke ruang salat."
Mbok Tini muncul dari dapur. "Iya Bu. Mari, Mbak."
Kamalia mengikuti Mbok Tini menuju kamar samping. Bangunan tambahan yang berukuran empat meter persegi dan langsung menyatu dengan tempat wudhu.
"Kamu enggak bohongi Mama, 'kan, Dev," tanya Bu Rahma setelah Kamalia pergi.
"Tidak, Ma. Buat apa bohong."
"Tapi kenapa kemarin di tanya diam saja. Setelah Mama ngajak ketemuan dengan Ninis, kamu malah membawa gadis lain ke rumah." Bu Rahma menahan rasa geramnya. Selera makan mendadak hilang bersama rasa lapar yang tidak terasa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Pria (tak) Sempurna
RomanceDevin mengaku sebagai pria yang tidak sempurna, agar Kamalia mau menikah dengannya. Lah apa kalau dia pria sempurna Kamalia tidak mau? Kenapa ya? Baca aja deh 😀 Cerbung ini novelnya sudah bisa di pesan, ya guys.