Part 14 Hati Penuh Misteri

1.3K 74 17
                                    

#Menikahi_Pria_(tak)_Sempurna
#Drama_Romance
#Part_14

"Aku akan ke luar kota pagi ini, mungkin  menginap dua malam. Ada kerjaan dan ketemuan sama teman. Siapkan bajuku." Devin berkata setelah mereka selesai sarapan.

Kamalia mengangguk. "Iya."

Mereka menaiki tangga untuk sama-sama menuju kamar.

Kamalia mengeluarkan tas ukuran kecil, lantas menyiapkan pakaian. Tidak lupa pouch kecil diisi, sisir, minyak wangi, sikat gigi, pasta gigi, dan sabun cair.

Dengan santainya Devin berganti baju di hadapan Kamalia. Membuat wanita itu memalingkan wajahnya. Kaos kerah warna navy, celana jeans hitam telah rapi dipakai. Tidak lupa jam tangan Casio melingkar di pergelangan tangannya.

Kehidupan mereka dijalani seperti semula. Seminggu setelah malam pertama dilalui Devin lebih banyak menghabiskan malamnya di ruang kerja. Demi menjaga dirinya tetap waras saat has***nya sebagai pria dewasa menuntut untuk dituntaskan.

Devin beberapa saat diam berpikir. Tiga Minggu lagi genap empat bulan pernikahan mereka. Ia tahu Eva aktif menghubungi sang adik hanya untuk membicarakan rencana gugatan cerai. Devin masih diam. Namun ia tahu apa yang harus dilakukan ketika semua timbul ke permukaan.

"Ayo, ikut saja, Lia. Siapkan bajumu untuk dua hari kita pergi."

"Aku ikut?"

"Ya, kita akan pergi dua hari."

Kamalia termangu sejenak, kemudian bergerak lagi. Mengambil travel bag yang lebih besar. Pakaian Devin juga dipindahkan biar jadi satu di tas yang sama. Devin menunggu sambil sibuk membalas beberapa pesan di ponsel.

"Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu!" Kamalia membawa celana jeans dan blouse polkadot hitam ke kamar mandi.

Devin hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Kamalia. Sejak malam itu semua ditutup rapi. Bahkan memakai selimut pun hingga menutupi mulutnya. Tidur tanpa berubah posisi. Membuatnya makin gemas.

Kamalia duduk di depan meja rias. Memakai alas bedak dan compact powder. Memoles bibirnya dengan lipglos agar tidak kering. Terakhir menyisir rambutnya.

"Sudah," kata Kamalia sambil berdiri di depan suaminya.

"Kenapa bibirmu basah begitu?" tanya Devin sambil berdiri menatap bibir sensual yang sedikit mengkilat.

"Oh, aku pakai lipglos biar bibirku tidak kering."

"Sini biar ku hapus." Devin memegang dagu Kamalia dan membawanya mendekat. Dike(upnya lama hingga istrinya susah bernapas.

"Kenapa, sih, dihapus."

"Aku tidak suka."

"Ini bukan lipstik, biar bibirku enggak kering," gerutu Kamalia.

"Aku tahu."

"Sayang kalau enggak dipakai, Mama yang beliin. Biar aku pakai di rumah saja kalau gitu."

"Kalau aku yang tergoda apa tidak jauh lebih berbahaya," kata Devin sambil menatap istrinya. Kamalia hanya memandang tanpa pemahaman. Ah, Lia.

"Sudah, ayo, kita berangkat."

"Hapus dulu bibirmu yang mengkilat itu, orang mengira kamu sengaja pakai lipglos."

Devin menarik tisu dari meja rias. Mengelap kasar bibirnya kemudian melempar tisu bekas ke tempat sampah kecil samping meja.

Pria itu mengangkat travel bag keluar kamar. Sedangkan Kamalia buru-buru mengambil handbag, memasukkan tisu, dompet, dan handphonenya.

"Mbok, aku pergi dulu, ya. Bilangkan ke Sumi," pamit Kamalia pada Mbok Darmi yang memasak di dapur.

Menikahi Pria (tak) SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang