Part 15 Luka yang Berdarah

1.8K 88 41
                                    

#Menikahi_Pria_(tak)_Sempurna
#Drama_Romance
#Part_15

"Kenapa nikah enggak mau bilang-bilang," kata seorang teman pria.

"Biar dikira masih jomlo, Bro." Goda teman yang lain.

"Biar masih bisa lirak-lirik cewek," sahut yang satunya pula.

"Kupikir saat loe ngelanjutin S2 ke Australia, pulang bakalan bawa bini bule," seloroh teman yang lain.

"Bulepotan."

Tawa pecah seketika. Devin hanya menggelengkan kepala. Memandang Kamalia yang menunduk di sebelah istrinya Yaksa.

"Ceritanya ini sekalian honeymoon ya?"tanya seorang teman perempuan.

"Iyalah, masih anget-angetnya ini," jawab Yaksa.

"Kalian ini nggak bisa jaga perasaan banget, sih. Ada istrinya ini lho," tegur Era.

"Sorry, ya, Lia. Teman-teman Dev memang pada gila semua." Adi menimpali.

Kamalia menoleh sambil tersenyum hambar. "Enggak apa-apa."

Mereka mulai membahas hal lain, mengenai pekerjaan, keluarga, mengenang saat-saat kuliah dulu, dan yang kebetulan datang tanpa pasangan membahas tentang sang mantan.

Kamalia hanya menjadi pendengar dari berbagai percakapan di sana. Ditengah keramaian kawan-kawan Devin, ia merasa asing. Hanya sesekali ngobrol dengan istrinya Yaksa. Mau menyibukkan diri dengan ponsel juga tidak bisa, karena benda itu sudah di padamkan sejak tadi.

Imelda juga antusias masuk dalam percakapan. Lebih sering menimpali omongan Devin. Bahkan tidak segan menggoda dan tertawa bersama.

Rasanya Kamalia ingin segera pergi dari situ. Setiap candaan seperti ejekan untuknya. Ia menyesal telah ikut tadi.

Sesudah makan siang mereka pulang. Akhirnya Devin yang ditodong harus membayar semua pesanan makanan. Dengan alasan jamuan untuk pernikahannya karena tanpa mengundang mereka.

🌷🌷🌷

"Maaf, karena gurauan teman-temanku tadi," ucap Devin setelah masuk kamar hotel.

"Enggak apa-apa," jawab Kamalia tidak peduli.

Kamalia meletakkan handbag di nakas. Kemudian masuk kamar mandi, cuci muka, dan berwudhu.

"Ayo, salat dulu. Aku tunggu."

Devin yang duduk ditepi ranjang memandang sejenak istrinya yang sedang memakai mukena. Entah rasa yang bagaimana datang menjejali hati.

"Tunggu sebentar, aku ambil wudhu."

Empat raka'at telah ditunaikan. Doa yang dipanjatkan hanya masing-masing mereka yang tahu.

"Apa kita akan pulang hari ini?"

"Besok pagi kita baru pulang. Tidurlah kalau ngantuk. Aku mau ke balkon sebentar."

"Merokok? Tahu 'kan kalau kesehatan itu mahal harganya."

Devin tidak menjawab, hanya memandang sejenak kemudian segera keluar.

Cuaca sangat panas, matahari bersinar dengan garangnya. Dan suasana ini terbalik dengan perkebunan yang redup dan sejuk.

Dari pintu kaca Devin melihat Kamalia berbaring menghadap ke utara.

Di ruang kerjanya itulah untuk pertama kali ia melihat wanita itu. Gadis yang berpenampilan kasual dengan rambut bergelombang sebahu yang dibiarkan terurai.

Menurutnya Kamalia cukup berani menyerahkan diri sebagai jaminan penebus hutang pamannya. Apa mungkin karena memang tidak punya pilihan? Padahal jelas yang dikatakan lelaki tua itu kalau Eva yang akan datang.

Menikahi Pria (tak) SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang