Part 2 Siapa gadis itu, Dev?

1.2K 90 1
                                    

Menikahi Pria tak Sempurna
Part 2

[Naik ke ruang kerjaku, Kamalia.] Sebuah pesan masuk dari Devin.

Kamalia yang duduk di kursi kamar segera berdiri. Setelah mengikat rambut asal-asalan dia keluar kamar.

Diketuknya pintu kamar yang tertutup.

"Masuk." Suara Devin dari dalam.

"Bereskan semua kertas-kertas ini. Masukkan ke folder sesuai jenis file. Tidak perlu kuajari tentu kamu sudah tahu," kata Devin yang sudah berpakaian rapi di belakang meja kerjanya. Harum parfum mahal mengejek penciuman Kamalia.

"Ya."

"Bereskan secepat yang kamu bisa."

Kamalia mengangguk.

"Makan malam dulu kalau belum makan. Aku tidak mau mendengar pekerjaku sakit dan bikin repot." Setelah berkata demikian Devin melangkah keluar, tapi berhenti di ambang pintu.

"Di kotak P3K tersedia vitamin yang bisa kamu konsumsi setiap hari. Tanyakan itu pada Sumi atau Mbok Darmi."

Sekali lagi Kamalia mengangguk. Setelah Devin menghilang ia segera bekerja. Membaca dan memilah kertas-kertas yang menumpuk di atas meja. Entah kapan pekerjaan itu selesai. Terlalu banyak yang harus dikerjakan.

Kamalia seketika berhenti saat mendengar jeritan dari bawah. Teriak kesakitan seorang perempuan. Sepertinya dari arah paviliun. Kamalia mengintip dari gorden yang sedikit disingkap. Teriakan histeris kembali berulang.

Rasa penasaran membawa Kamalia turun ke bawah, menemui Sumi yang sedang menyiapkan menu makan malam di nampan.

"Ada yang teriak-teriak dari paviliun," bisik Kamalia pada Sumi.

Gadis itu mengangguk.

"Dia sakit apa?"

"Aku antar makan malam ini dulu. Baru nanti kuceritakan."

Sumi mengangkat nampan kayu yang penuh makanan. Ada sup iga, nasi putih, perkedel kentang, dan tempe goreng.

"Perlu kubantu!" tawar Kamalia.

"Tidak usah. Tunggu saja di sini."

Kamalia duduk di kursi ruang makan. Suasana hening, teriakan itu sudah tidak lagi terdengar.

Sumi kembali sambil membawa nampan yang berisi mangkuk dan piring kosong. Mungkin itu bekas makan tadi siang.

"Mbok Darmi ke mana?" tanya Kamalia setelah Sumi meletakkan bekas kotor di dapur belakang.

"Mbok Darmi kalau malam tidak tidur di sini. Tapi di paviliun itu sama Pak Karyo, suaminya. Kamu sudah lihat kan satpam yang jaga di depan."

"Ya."

"Itu suami Mbok Darmi."

Kamalia mengangguk paham.

"Terus siapa wanita di paviliun itu?"

"Mau dengar ceritanya sekarang apa besok? Bukannya kamu ada pekerjaan dari Tuan?"

"Iya, nggak tahu kapan kelar. Banyak banget kertas yang harus ku pilah-pilah."

"Ayolah, kutemani sebentar. Sebelum Tuan datang. Tapi aku nggak bisa membantumu, takut salah. Sekolah saja aku nggak tamat."

"Berhenti di kelas berapa?" tanya Kamalia sambil beriringan dengan Sumi naik ke lantai dua.

"Kelas dua SMP. Orangtuaku tidak sanggup lagi membiayai. Padahal pengen banget aku jadi guru TK, Lia."

Kamalia prihatin. Tebersit syukur dalam hati. Bagaimanapun keadaannya, pontang-panting berjuang untuk mendapatkan beasiswa, dia bisa menyelesaikan kuliah. Ternyata Sumi tidak seberuntung dirinya. Walaupun mungkin, gadis berkulit sawo matang itu lebih bahagia karena memiliki keluarga lengkap meski dalam ekonomi yang kekurangan.

Menikahi Pria (tak) SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang