Saat ini, Lisa hanya bisa memandang kekacauan yang terjadi dengan tatapan yang heran. Terlihat dimana bahwa Vee yang sedang memegang kompresan yang berisikan air dingin di pipi sebelah kirinya dan Anne yang terlihat sedang memaki-maki seseorang melalui sebuah panggilan diponselnya. Sama halnya dengan Anne, tampak jelas bahwa Eunha juga sedang menahan amarahnya kepada seseorang, yang tentunya Lisa tidak ketahui apa yang telah terjadi sebenarnya.
Haruskah Lisa melihat kekacauan ini disaat pertama kali dirinya baru terbangun dari tidur pulasnya selama beberapa waktu yang lalu. Sungguh, haruskah Lisa merasa kebingungan dengan keadaan yang bisa dikatakan cukup buruk untuk saat ini.
"Bisakah kalian tenang untuk sejenak? Haruskah aku terbangun dalam kondisi yang bahkan aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi." Tanya Lisa yang berusaha memahami tentang keadaan yang terjadi. Namun sepertinya tak ada yang ingin menjawab pertanyaan Lisa, kecuali Vee yang kini menatap gadis itu dengan tatapan yang tak bisa ia mengerti.
"Aku ingin jawaban, bukan tatapan darimu, Vee." Ucapan singkat dari Lisa membuat Vee menganggukkan kepalanya.
"Ayah lo membuat kekacauan saat ia sampai di sini. Termasuk itu yang menjadi penyebab pipi gue luka kayak gini." Ucap Vee dengan kesal karena mengingat kejadian yang sempat terjadi sebelumnya.
Namun baru saja ingin mengutarakan kekesalan dari pria itu terhadap Ayah dari Lisa, padangan Vee kini berubah menjadi tatapan yang kosong ketika dirinya baru saja menyadari apa yang selama ini terjadi kepada gadis itu.
"Ayahku membuat kekacauan lagi?" Tanya Lisa yang menatap kedua sahabatnya.
"Seperti biasa, si Suho selalu berbuat masalah." Balasan ucapan dari Eunha mampu membuat Mina menatap gadis itu dengan tatapan tajam, yang tentu membuat Eunha menyadari kesalahannya.
"Ah, maksudku Paman Suho." Ucap Eunha memperbaiki perkataannya sembari tersenyum canggung.
"Ayahmu membuat keributan dengan memaksa untuk bertemu denganmu, Lisa." Ucap Anne yang menceletuk percakapan dari kedua sahabat kembarannya itu. Kini tangan Anne berpindah ke dahi nya sendiri dan mengusap wajahnya karena merasa lelah atas perbuatan yang selalu Ayahnya lakukan.
Sedangkan Lisa justru tersenyum lebar karena menganggap bahwa Ayahnya memberikan perhatian untuk pertama kalinya kepada dirinya, sejak ia kehilangan sosok ibu didalam hidup gadis itu. "Bukankah itu bertanda baik? Ayah menjadi perhatian denganku, Anne."
Perhatian Anne kini teralihkan kepada Lisa yang ternyata masih tersenyum lebar. Jika seperti ini, tentu Anne tidak ingin senyuman Lisa menghilang dari wajah kembarannya, namun di satu sisi ia tak menyukai perkataan yang diucapkan oleh Lisa yang seolah-olah mengatakan bahwa Ayahnya telah berubah. Padahal tidak sama sekali.
"Kau harus tau apa yang terjadi sebenarnya, Lisa. Ayahmu itu selalu membuat kita semua terluka, bahkan ia juga ikut melukai Vee saat mencoba meleraikan kami berdua. Kumohon ingatlah Lisa, Ayahmu selama ini hanya memberikan luka pada kita semua. Kita tersiksa." Ucapan yang diberikan Anne tak sepenuhnya salah, bahkan Lisa mengingat dengan jelas apa yang selalu Ayahnya lakukan terhadap dirinya dan saudara-saudara kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24 More Days
Romansa"Berikan aku 24 hari untuk membuat mu jatuh cinta padaku." Ujar gadis itu. Namanya Lalisa Alexa, lebih tepatnya Lalice Alexa. Dia lahir untuk bahagia bukan tersakiti. Tapi dengan berjalannya waktu apakah Lisa berbahagia selama ini atau tidak? Entahl...